Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Reframing Approaches to Conceptualising Urban Governance in Melanisia: Insights from Jayapura and Port Moresby Jones, Paul R; Suhartini, Ninik
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 25, No 2 (2014)
Publisher : The ITB Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1216.669 KB) | DOI: 10.5614/jpwk.2015.25.2.1

Abstract

Abstrak: Sementara pemerintah berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduknya, masyarakat dengan akses yang minim terhadap mekanisme formal pelayanan dan infrastruktur telah mengembangkan cara mereka sendiri untuk memanfaatkan sumber daya, modal sosial dan jaringan kekerabatan mereka. Literatur perencanaan yang ada sering memberi label terhadap proses, hasil dan konsekuensinya seperti alokasi lahan dan pembangunan perumahan sebagai seuatu yang ilegal karena tidak diproduksi dalam suatu sistem perencanaan dan pembangunan yang formal. Artikel ini akan mengeksplorasi munculnya tipe tata kelola perkotaan informal dalam rangka penyediaan infrastruktur perkotaan dan kebutuhan lainnya di Melanesia dengan membandingkan situasi di kota-kota menengah seperti Port Moresby dan Jayapura. Tulisan ini adalah analisis awal tentang penyediaan infrastruktur perkotaan dan kebutuhan dasar lainnya yang terorganisasi sendiri yang telah berkembang di kedua kota tersebut, ditambah dengan implikasi pergerakan ke arah pengelolaan yang lebih efektif dalam bidang tata kelola dan manajemen perkotaan.Kata Kunci: Tata kelola, permukiman informal, Jayapura, Port MoresbyAbstract: As the government tries to meet basic public needs, people with least access to formal mechanisms for services and infrastructure have developed their own means to meet their needs by utilising their resources, social capital and kin network. Mainstream planning literature has often labeled such process, outcomes and consequences such as land allocation and housing development as illegal since they are not produced in the formal planning and development system. This paper will explore the emergence of informal types of urban governance in the provision of urban infrastructure and other needs in Melanesia by comparing the situation in the mid-sized cities of Port Moresby and Jayapura. The paper is a preliminary analysis of the nature of self-organised provision of urban infrastructure and other basic needs which has been flourishing in both cities, plus the implications for moving towards more effective arrangements in urban governance and management.Keywords: Governance, informal settlements, Jayapura, Port Moresby
IMPLIKASI PENETAPAN PUSAT PERTUMBUHAN TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG (STUDI KASUS: KOTA BENGKULU) Mustika, Winda; Suhartini, Ninik
Jurnal Pengembangan Kota Vol 12, No 1: Juli 2024
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jpk.12.1.64-73

Abstract

Pemusatan kegiatan ekonomi yang disebabkan oleh adanya pengembangan pusat pertumbuhan wilayah merupakan suatu bentuk eksternalitas positif yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan kota, namun dibalik itu semua hal ini juga menimbulkan eksternalitas negatif yang dapat dilihat dengan munculnya sektor informal akibat dari ketidaksempurnaan praktek pembangunan yang lahir dari tingginya tingkat urbanisasi dari luar daerah ke pusat pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis implikasi dari penetapan pusat pertumbuhan terhadap perubahan pemanfaatan ruang dengan studi kasus di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif menggunakan aplikasi Google Earth Engine (GEE) untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan di Kota Bengkulu pada tahun 2013 dan 2023.  Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, luas tutupan lahan vegetasi berkurang sebesar 1.127,9 Ha (19,43%), sedangkan tutupan lahan untuk lahan terbangun, badan air, dan sawah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 885 Ha (27,17%); 233,1 Ha (2,94%); 78,7 Ha (16,04%), serta lahan kosong berkurang sebesar 68,9 Ha (38,26%).  Hal ini mengindikasikan bahwa terjadinya perubahan penggunaan lahan vegetasi akibat adanya perluasan pembangunan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penetapan pusat pertumbuhan memiliki implikasi terhadap perubahan penggunaan lahan dan pemanfaatan ruang yang disebabkan oleh adanya interaksi dan dinamika antara aktivitas manusia dan lingkungan alam.
Sustainable Tourism Development Strategy Through the Community-Based Tourism Model at DTW Pesona Leuweung Oko, Cirapuhan Village, Garut District Kurniadinata, Widya; Suhartini, Ninik
International Journal of Science and Society Vol 6 No 2 (2024): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/ijsoc.v6i2.1119

Abstract

Community-based tourism (CBT) is very important for tourism growth, especially to support the economy of communities around tourist destination areas (DTW). Garut Regency, with its natural resources, culture and natural beauty, has great potential in this region. However, the growth of the tourism sector must be adjusted to the principles of sustainability and consider the prosperity of local communities. CBT is a tourism development approach that involves local communities to actively participate in planning, managing and benefiting from the tourism industry. This gives communities the opportunity to control the progress of tourism in their region. In Cirapuhan, especially in DTW Leuweung Oko, the process of developing Tourism Villages faces challenges. During the development process of the Leuweung Oko DTW, there was a disagreement between the developer and the surrounding community because this instrument was needed to look deeper at the source of the problem, using this qualitative descriptive method to explain tourism conditions clearly. The results of this research are problems that occur between tourism actors in Pesona Leuweung OKO, causing losses for each actor.