Nuning Damayanti
KK Senirupa-Fakultas Senirupa dan Desain ITB

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

VISUALISASI PEREMPUAN PADA LUKISAN TRADISIONAL TIONGHOA DI INDONESIA (Analisis karya-karya seni lukis Lee Man Fong dan Chiang Yu Tie) Pandanwangi, Ariesa; Damayanti, Nuning
PANGGUNG Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i2.254

Abstract

ABSTRACT Both Lee Man Fong - a male painter - and Chiang Yu Tie - a female painter - are Chinese who migrated to Indonesia. In the beginning of the 20th century, Lee Man Fong lived in Bali while Chiang Yu Tie lived in Java. Many of their artworks were collected by the National Palace and many government officers. The questions of this research are visualization of the women as the object of paintings of both artists and gesture of the women in the paintings of both artists. The purpose of the research is to enrich the documentary infrastructure about women as object in the social area of visual arts which has not been studied much. The research method that will be used is qualitative method with purpose sampling. The result of the research will show that both artists are very familiar with a particular social life during their stay in a certain place, so that their perceptions are focused in excavating the women object in their artworks.Keywords: Chiang Yu Tie, Chinese, Lee Man Fong, Painting, Woman.ABSTRAK Lee Man Fong adalah pelukis laki-laki dan Chiang Yu Tie adalah pelukis perempuan. Keduanya adalah orang Tionghoa yang merantau ke Indonesia. Pada tahun 1900 an Lee Man Fong tinggal di Bali sedangkan Chiang Yu Tie tinggal di Jawa Barat. Karya keduanya banyak dikoleksi oleh Istana Negara juga oleh pejabat pemerintahan. Penelitian ini untuk mengetahui visualisasi perempuan yang dijadikan objek pada lukisan tradisional tionghoa dan gestur perempuan pada objek karya seni lukis kedua seniman tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melengkapi infrastruktur pendokumentasian tentang objek perempuan dalam medan sosial seni rupa yang belum banyak dibahas. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan purpose sampling. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kedua seniman tersebut sangat akrab dengan lingkungan sosial ketika mereka tinggal disuatu daerah, sehingga pengamatannya banyak di fokuskan pada penggalian objek perempuan dalam karya seni lukisnya.Kata kunci: Chiang Yu Tie, Lee Man Fong, Perempuan, Seni lukis, Tionghoa. 
PERMAINAN TRADISIONAL ANJANG-ANJANGAN MENGASAH KREATIVITAS DAN RESILIENSI Mangadil, Nur Annisya; Hujatnika, Agung; Damayanti, Nuning
Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana Vol 31, No 1 (2025): Volume 31 Nomor 1 Tahun 2025
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/wahana.v31i1.12649

Abstract

Penelitian menganalisa keterhubungan nilai kearifan pada permainan tradisional anjang anjangan dan resiliensi ditengah isu lingkungan yang dilakukan dengan cara yang kreatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode interaktif dan noniteraktif. Sampel dari penelitian ini adalah enam orang anak berusia enam sampai sembilan tahun yang tinggal di Bandung Timur. Lokasi penelitian dilaksanakan di Seni Tani, Arcamanik, Bandung Timur yang dipilih berdasarkan penggunaan lahan kebun yang memanfaatkan lahan tidur di bawah sutet menjadi kebun pertanian pangan organik yang bekelanjutan. Data didapatkan melalui pengamatan terhadap subjek melalui wawancara, observasi langsung, pencatatan selama kegiatan dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bermain anjang-anjangan adalah metode yang tepat untuk mendekatkan diri anak dan alam melalui sektor pertanian. Saat bermain, anak-anak menunjukkan sisi kreatifnya yang dikembangkan dari imajinasinya pada saat bermain peran menjadi seorang petani. Menghayati perannya dengan kegiatan bermain yang sama halnya dengan kegiatan petani di kebun, yakni menanam biji sayur bayam dengan segala prosesnya. Di Seni Tani, anak menemukan banyak sampah yang menunjukkan adanya pencemaran lingkungan pada tanah yang diakibatkan oleh ulah tangan manusia. Penemuan tersebut memicu anak untuk berpikir kritis dan berpikir untuk menemukan solusi. Terakhir, anak menghayati dirinya sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan alam melalui sikap-sikap bijaksana yang mereka dapati selama bermain anjang-anjangan dan merefleksikan pengalamannya saat mengamati banyaknya sampah di kebun yang mereka tunjukkan melalu aksinya selama bermain di kebun dan selama merawat sayur kangkungnya secara mandiri dirumahnya masing-masing. Nilai kearifan yang tertanam dalam permainan anjang-anjangan menjadi pembelajaran yang berguna untuk bekal hidup mereka dimasa depan.