Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PERAN WARTAWAN MUSLIM DALAM KEGIATAN DAKWAH Wahid, Abdul
Tabligh Vol 15, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract; Dunia dakwah mengalami tantangan yang semakin berat terutama sejak berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin kompleksnya masalah kemasyarakatan yang dihadapi oleh manusia. Di sisi lain, perkembangan media komunikasi yang semakin modern tampaknya akan sangat membantu aktivitas dakwah Islam. Peluang dakwah Islam akan semakin terbuka lebar ketika para da’i mampu memanfaatkan media massa dengan meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif dari media yang ada. Eksistensi jurnalis dalam konteks pemberi informasi kepada masyarakat melalui media yang digelutinya sangat urgen dalam ikut membangun opini publik (public opinion) termasuk umat Islam. Dalam bahasa dakwah maka wartawan dapat disepadankan dengan da’i (mubalig), dengan alasan bahwa da’i bertugas memberikan informasi kebenaran dalam masalah keislaman dalam arti seluas-luasnya dan dalam bingkai amar ma’ruf nahi munkar, sementara wartawan bertugas memberikan informasi yang positif terkait dengan berbagai masalah baik politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Dewasa ini, ketika masyarakat semakin pandai dengan adanya perkembangan teknologi dan komunikasi, seharusnya para da’i (juru dakwah) lebih pandai dalam memanfaatkan media yang ada. Media massa baik cetak maupun elektronik menjadi sarana yang dinilai efektif dalam penyampaian pesan dakwah. Sifat pesan dari media massa terutama media-media modern seperti internet adalah lebih luas serta tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga para mad’u dapat dengan mudah memperoleh materi-materi dakwah kapan saja. Umat Islam sangat mendambakan ada sosok seorang wartawan muslim dalam tataran realitas bukan hanya pada tataran wacana, masih adakah sosok wartawan muslim saat ini di Indonesia khususnya Kata Kunci: Peran, Jurnalis, Aktivitas World da’wa experiencing increasing challenges, especially since the development of science and technology and the increasing complexity of the social problems faced by humans. On the other hand, the development of modern communication media increasingly seems to be very helpful Islamic missionary activity. Islamic missionary opportunities will be open when the preacher is able to utilize the media to minimize the negative impacts and maximize the positive impact of the media. Existence of journalists in the context of a conduit of information to the public through the media that they do very urgent in participating public opinion (public opinion), including Muslims. In the language of da’wa, the reporter can be matched with the preacher, on the grounds that the preacher in charge of providing information of truth in Islamic affairs in the broadest sense and in the frame of commanding the good and forbidding the evil, while the journalist in charge of providing information that is positive associated with various problems either political, social, cultural, economic, and so forth. Today, when the public is getting smarter with the development of technology and communication, should the preacher (preacher) more proficient in using the media. Mass media both print and electronic means, is effective in the delivery of propaganda messages. The nature of the message of the mass media, especially modern media such as the internet is broader and is not limited by space and time. So the madu can easily obtain propaganda materials anytime. Muslims are eager there is the figure of a Muslim journalist in levels of reality not only at the level of discourse, there still figure Muslim reporters today in Indonesia, especially Keywords: Role, Journalist, Activity
PERAN WARTAWAN MUSLIM DALAM KEGIATAN DAKWAH Abdul Wahid
Jurnal Dakwah Tabligh Vol 15 No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdt.v15i2.353

Abstract

Abstract; Dunia dakwah mengalami tantangan yang semakin berat terutama sejak berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin kompleksnya masalah kemasyarakatan yang dihadapi oleh manusia. Di sisi lain, perkembangan media komunikasi yang semakin modern tampaknya akan sangat membantu aktivitas dakwah Islam. Peluang dakwah Islam akan semakin terbuka lebar ketika para da’i mampu memanfaatkan media massa dengan meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif dari media yang ada. Eksistensi jurnalis dalam konteks pemberi informasi kepada masyarakat melalui media yang digelutinya sangat urgen dalam ikut membangun opini publik (public opinion) termasuk umat Islam. Dalam bahasa dakwah maka wartawan dapat disepadankan dengan da’i (mubalig), dengan alasan bahwa da’i bertugas memberikan informasi kebenaran dalam masalah keislaman dalam arti seluas-luasnya dan dalam bingkai amar ma’ruf nahi munkar, sementara wartawan bertugas memberikan informasi yang positif terkait dengan berbagai masalah baik politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Dewasa ini, ketika masyarakat semakin pandai dengan adanya perkembangan teknologi dan komunikasi, seharusnya para da’i (juru dakwah) lebih pandai dalam memanfaatkan media yang ada. Media massa baik cetak maupun elektronik menjadi sarana yang dinilai efektif dalam penyampaian pesan dakwah. Sifat pesan dari media massa terutama media-media modern seperti internet adalah lebih luas serta tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga para mad’u dapat dengan mudah memperoleh materi-materi dakwah kapan saja. Umat Islam sangat mendambakan ada sosok seorang wartawan muslim dalam tataran realitas bukan hanya pada tataran wacana, masih adakah sosok wartawan muslim saat ini di Indonesia khususnya Kata Kunci: Peran, Jurnalis, Aktivitas World da’wa experiencing increasing challenges, especially since the development of science and technology and the increasing complexity of the social problems faced by humans. On the other hand, the development of modern communication media increasingly seems to be very helpful Islamic missionary activity. Islamic missionary opportunities will be open when the preacher is able to utilize the media to minimize the negative impacts and maximize the positive impact of the media. Existence of journalists in the context of a conduit of information to the public through the media that they do very urgent in participating public opinion (public opinion), including Muslims. In the language of da’wa, the reporter can be matched with the preacher, on the grounds that the preacher in charge of providing information of truth in Islamic affairs in the broadest sense and in the frame of commanding the good and forbidding the evil, while the journalist in charge of providing information that is positive associated with various problems either political, social, cultural, economic, and so forth. Today, when the public is getting smarter with the development of technology and communication, should the preacher (preacher) more proficient in using the media. Mass media both print and electronic means, is effective in the delivery of propaganda messages. The nature of the message of the mass media, especially modern media such as the internet is broader and is not limited by space and time. So the mad'u can easily obtain propaganda materials anytime. Muslims are eager there is the figure of a Muslim journalist in levels of reality not only at the level of discourse, there still figure Muslim reporters today in Indonesia, especially Keywords: Role, Journalist, Activity
DAKWAH DALAM PENDEKATAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL (Tinjauan Dalam Perspektif Internalisasi Islam dan Budaya) Abdul Wahid
Jurnal Dakwah Tabligh Vol 19 No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdt.v19i1.5908

Abstract

Tulisan ini memuat tentang pendekatan nilai-nilai kearifan lokal dalam kegiatan dakwah. Sebagaimana kita maklum bahwa dakwah bukanlah tujuan tapi alat untuk mencapai tujuan tersebut. Secara umum tujuan dakwah adalah untuk mengarahkan dan mendorong umat manusia agar masuk Islam. Karena itu, pada prinsipnya Islam dan budaya tidak bertentangan, sebab keduanya sama-sama mengajarkan nilai-nilai kebaikan yang tujuannya membuat keteraturan bagi sekelompok manusia. Karena itu, dalam konteks dakwah maka yang terpenting adalah bagaimana seorang da’i harus mampu memahami nilai-nilai historis dan filosofis dari budaya yang berkembang di masyarakat, kemudian diinternalisasi dengan nilai-nilai keislaman. Walhasil lahirlah model budaya baru yang bisa disebut “budaya Islami”. Agama Islam mengajarkan kepada manusia nilai-nilai normatif untuk menerapkan keadilan, kejujuran, persamaan, kebebasan, persaudaraan, kebebasan dan musyawarah, yang kesemuanya itu dalam rangka mewujudkan suatu tata kehidupan masyarakat dan negara yang sebaik-baiknya untuk kemaslahatan hidup yang berkesinambungan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial. Dan bahwa “pada dasarnya universalisme ajaran (agama) Islam telah memuat prinsip-prinsip dasar mengenai hubungan-hubungan individu dan hubungan-hubungan sosial yang kemudian pengejawantahan nilai-nilai kemanusiaan tersebut secara subtansial.
FENOMENA DAKWAH DI TELEVISI (KAJIAN DALAM DUNIA INFOTAINMENT) Abdul Wahid
Jurnal Dakwah Tabligh Vol 16 No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdt.v16i1.6108

Abstract

Media is a tool used in marketing the products of capitalist society culture and create a lifestyle materialistic, pragmatic, hedonist and consumerist even. Although on the other hand the presence of the media to bring a positive influence in digging the ideas of human thought that can support the formation of critical mass. One program or event that is very loved by society today is that many infotainments publish personal lives and careers of celebrities. Therefore, it is a tremendous business advantage, even will be aired every day because mumpung public interest. While morality is an event impressed ignored. Among the negative effects of infotainment serving them is, tends to accustom the public to see the mistakes of others, and spent a lot of time audience (people). Propaganda strategy in balancing the infotainment program include; made the Prophet. as a role model as a whole, delivering propaganda through mass media, especially television and unearth the religious teachings in everyday life with consistent and istiqamah.
POTRET DAKWAH DALAM MENGAKOMODASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MENUJU ASIMILASI BUDAYA Abdul Wahid
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 7 No 1 (2022): JURNAL AL MUBARAK
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v7i1.1059

Abstract

Pada tulisan ini memuat tentang potret dakwah dalam mengakomodasi nilai-nilai kearifan lokal menuju asimilasi budaya. Sejak awal kehadiran agama ke muka bumi telah terjadi interaksi dan dialog dengan budaya yang telah ada di tengah masyarakat khususnya masyarakat Arab Jahiliyah, hal inilah kemudian Nabi saw. diperintahkan oleh berdakwah harus dengan bijaksana (hikmah), menggunakan pesan nasihat yang baik (mu’idzhatul hasanah), dan berupaya berdialog dengan cara yang terbaik (wajadilhum billati hiya ahsan),dialog ini penting dilakukan agar menghindari jarak yang terlalu jauh antara da’i dan masyarakat sebagai objek dakwah. Dalam perjalanannya ajaran agama yang suci ini sering kali dinodai oleh hal-hal yang justru kontra produktif dengan esensi ajaran agama itu sendiri, misalnya memahami teks-teks agama secara sempit dan subjektif. Akibat yang ditimbulkan dari pemahaman ini ada segelintir oknum dari umat Islam yang gemar saling membid’ahkan amal sesama muslim bahkan hingga menuduh kafir sesama muslim, model pemahaman dan pengamalan ajaran agama seperti secara prinsip bertentangan dengan misi Islam yang rahmah terhadap semua elemen mahluk Allah swt. yang hidup di alam semesta di setiap tempat dan keadaan.
Penerapan Model Komunikasi Dakwah dalam Al-Qur’an di Tengah Generasi Milenial Abdul Wahid
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 7 No. 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tulisan ini memuat tentang penerapan model komunikasi dakwah dalam al-Qur’an di tengah generasi milenial. Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat melepaskan diri dari komunikasi dengan lingkungannya. Komunikasi adalah bagian dari proses interaksi antar seorang idividu atau lebih dengan orang lain yang keduanya saling mempengaruhi langsung atau tidak langsung. Dalam konteks dakwah, manusia sebagai objek dan subjek dakwah terus mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu tak terkecuali generasi muda yang kemudian disebut generasi milenial. Generasi milenial disebut pula generasi muda, di mana pada masa ini adalah masa mencari jati diri, masa membuktikan eksistensi, masa mencari perhatian dan masa penuh semangat dan bergairah, akan tetapi dibalik semangat ini perlu kontrol dan pembinaan agar tidak berlebihan dan keluar dari ajaran agama. Dengan kelebihan pada usia muda seperti semangat masih membara, tenaga masih kuat, pikiran masih fresh dan tekad yang kuat, maka tak heran kelak masa muda akan diminta pertanggung jawabannya secara khusus di sisi Allah Swt. Dalam mencermati kondisi tersebut di atas, maka pola komunikasi yang diterapkan dalam mentransformasikan pesan-pesan agama kepada mereka yang disebut milenial harus tepat dan dapat mengakomodasi dunia mereka sehingga mereka bisa tertarik terhadap ajaran agama sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Saw.
POTRET DAKWAH DALAM MENGAKOMODASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MENUJU ASIMILASI BUDAYA Abdul Wahid
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 7 No 1 (2022): JURNAL AL MUBARAK
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v7i1.1059

Abstract

Pada tulisan ini memuat tentang potret dakwah dalam mengakomodasi nilai-nilai kearifan lokal menuju asimilasi budaya. Sejak awal kehadiran agama ke muka bumi telah terjadi interaksi dan dialog dengan budaya yang telah ada di tengah masyarakat khususnya masyarakat Arab Jahiliyah, hal inilah kemudian Nabi saw. diperintahkan oleh berdakwah harus dengan bijaksana (hikmah), menggunakan pesan nasihat yang baik (mu’idzhatul hasanah), dan berupaya berdialog dengan cara yang terbaik (wajadilhum billati hiya ahsan),dialog ini penting dilakukan agar menghindari jarak yang terlalu jauh antara da’i dan masyarakat sebagai objek dakwah. Dalam perjalanannya ajaran agama yang suci ini sering kali dinodai oleh hal-hal yang justru kontra produktif dengan esensi ajaran agama itu sendiri, misalnya memahami teks-teks agama secara sempit dan subjektif. Akibat yang ditimbulkan dari pemahaman ini ada segelintir oknum dari umat Islam yang gemar saling membid’ahkan amal sesama muslim bahkan hingga menuduh kafir sesama muslim, model pemahaman dan pengamalan ajaran agama seperti secara prinsip bertentangan dengan misi Islam yang rahmah terhadap semua elemen mahluk Allah swt. yang hidup di alam semesta di setiap tempat dan keadaan.
MENEROPONG GERAKAN DAKWAH DI ERA DIGITAL: Keberadaan Dakwah dalam Merespon Pengaruh Infotainment Abdul Wahid
Retorika: Jurnal Komunikasi, Sosial dan Ilmu Politik Vol. 1 No. 4 (2024): Retorika: Jurnal Komunikasi, Sosial dan Ilmu Politik
Publisher : Retorika: Jurnal Komunikasi, Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mengungkap pergerakan dakwah di era digital yang dikhususkan pada keberadaan dakwah dalam mengimbangi pengaruh tayangan infotainment di dunia pertelevisian. Keberadaan perangkat digital telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan global dalam kehidupan sosial, budaya dan agama di tengah masyarakat. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang mampu memadukan antara unsur informasi dan komunikasi sehingga menjadi model baru dalam interaksi sosial di tengah masyarakat modern saat ini. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh lebih terfokus pada tinjauan pustaka. Sehingga data yang telah diperoleh sifatnya lebih filosofis dan teoretis dibandingkan pengujian empiris di lapangan. Karenanya metode penelitian yang digunakan ialah meliputi sumber data, pengumpulan data dan analisis data. Keberadaan televisi sebagai alat komunikasi, informasi, hiburan dan sebagainya kemudian dipastikan tidak hanya membawa dampak positif bagi kehidupan umat terutama kalangan generasi muda, namun juga pasti ada dampak negatif. Khususnya tayangan infotainment begitu besar pengaruhnya bagi kehidupan umat terutama kalangan wanita dan generasi muda. Untuk itulah para da’i dan aktivis dakwah lainnya harus merespon hal tersebut dengan tepat dan bijak, bukan dengan jalan menghalangi siaran tersebut untuk tayang, namun lebih dari itu berupaya menggunakan perangkat dunia digital khususnya televisi untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah secara profesional, inovatif, konsisten dan massif sehingga dengannya diharapkan dapat mengimbangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh tayangan infotainment di televisi.