Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH EKSTRAK DAUN DEWA (GYNURA DIVARICATA) TERHADAP KADAR SGOT DAN SGPT (STUDI EKSPERIMENTAL PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY BETINA MODEL KANKER PAYUDARA) Imantika Christina; Amallia N. Setyawati; Kusmiyati Tjahjono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.397 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14476

Abstract

Latar Belakang : Hepar memiliki peran penting dalam proses metabolisme dan detoksifikasi setiap obat dan bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga rawan untuk mengalami kerusakan. Kerusakan jaringan hepar dapat dideteksi dengan pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT. Salah satu penyebab kerusakan jaringan hepar adalah obat-obatan herbal, seperti daun dewa (Gynura divaricata), yang sering digunakan sebagai terapi kanker payudara, namun daun dewa mengandung senyawa hepatotoksik dan karsinogenik yaitu pyrrolizidne alkaloid.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh ekstrak daun dewa (Gynura divaricata) terhadap kadar SGOT dan SGPT tikus Sprague Dawley betina model kanker payudara.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan desain post test only control group design pada tikus. Penelitian ini menggunakan tiga kelompok, yaitu satu kelompok kontrol negatif (K1) yang tidak diberikan induksi kanker payudara maupun ekstrak daun dewa, satu kelompok kontrol positif (K2) yang merupakan tikus model kanker payudara, dan satu kelompok perlakuan (KP) yang merupakan tikus model kanker payudara yang diberikan ekstrak daun dewa sebesar 750mg/kgBB/hari.Hasil : Terdapat pengaruh yang signifikan dari kanker payudara terhadap kadar SGOT dan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kadar SGPT, dibuktikan dengan kelompok kontrol positif yang didapatkan peningkatan kadar SGOT sebesar 39,19% & kadar SGPT sebesar 11,80% apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Pada kelompok perlakuan, terjadi peningkatan kadar SGOT yang signifikan sebesar 25,35% dan peningkatan tidak signifikan terhadap kadar SGPT sebesar 8,13% dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.Kesimpulan : Pemberian ekstrak daun dewa dengan dosis 750mg/kgBB/hari selama 14 hari meningkatkan kadar SGOT dan SGPT pada kelompok perlakuan.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI FORMALIN Lilyn Setyorini Puspitaningrum; Kusmiyati Tjahjono; Aryu Candra
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.812 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20739

Abstract

Latar Belakang: Penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan dapat menyebabkkan kerusakan ginjal karena stres oksidatif. Kerusakan sel akibat stres oksidatif dapat dihambat oleh antioksidan. Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang kaya akan antioksidan yang berpotensi melindungi ginjal. Kadar ureum dan kreatinin dapat digunakan sebagai salah satu parameter gangguan fungsi ginjal.Tujuan: Menganalisa pengaruh pemberian ekstrak daun kelor terhadap kadar ureum dan kreatinin serum tikus wistar yang diinduksi formalin.Metode penelitian: Eksperimental Post Test Only Control Group Design. Sampel 25 tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok, Kelompok K(-) merupakan kontrol negatif. Kelompok K(+) diinduksi formalin peroral 100 mg/kgBB/hari selama 21 hari. Kelompok perlakuan P1, P2, dan P3 diinduksi formalin peroral dan diberi ekstrak daun kelor dosis 200 mg/kgBB/hari, 400 mg/kgBB/hari, dan 800 mg/kgBB/hari. Setelah 26 hari darah diambil untuk pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin serum.Hasil: Rerata kadar ureum K(-) 43,18 ± 11,67 mg/dl, K(+) 50,17 ± 21,87 mg/dl, P1 27,21 ± 11,46 mg/dl, P2 42,35 ± 9,82 mg/dl, dan P3 40,88 ± 12,79 mg/dl. Hasil uji Kruskal-Wallis tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,193). Rerata kadar kreatinin K(-)1,27 ± 0,34 mg/dl, K(+) 1,07 ± 0,24 mg/dl, P1 1,00 ± 0,20 mg/dl, P2 0,76 ± 0,43 mg/dl, dan P3 0,81 ± 0,22 mg/dl. Hasil uji One Way ANOVA tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,085).Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun kelor menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus wistar yang diinduksi formalin secara tidak signifikan.
HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENINGKATAN INDEKS RASIO KARDIOTORAKS Annisa Rizki Heryanti; Lydia Purna; Kusmiyati Tjahjono
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.364 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18547

Abstract

Latar Belakang : Indeks rasio kardiotoraks merupakan suatu indeks pembesaran jantung yang didapat dari perbandingan diameter jantung dan lebar dada yang didapat dari pemeriksan foto toraks. Peningkatan indeks rasio kardiotoraks disebabkan karena adanya pembesaran jantung. Salah satu penyebab pembesaran jantung adalah obesitas. Peningkatan berat badan pada penderita obesitas dapat memacu kerja jantung karena terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme tubuh. Peningkatan kerja jantung ini dapat menyebabkan pembesaran jantung.Tujuan : Membuktikan adanya hubungan obesitas dengan peningkatan indeks rasio kardiotoraks.Metode : Data rekam medis yang dipilih berdasar kriteria inklusi yaitu pasien obesitas usia dewasa yang melakukan pemeriksaan foto toraks. Data disajikan deskriptif kemudian dianalisia dengan metode uji Fisher exact untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan peningkatan indeks rasio kardiotoraks.Hasil : Dari data yang didapatkan pada 33 sampel pasien obesitas yang melakukan pemeriksaan foto toraks di RSUP Dr Kariadi Semarang tercatat 29 (87,9%) pasien mengalami peningkatan indeks rasio kardiotoraks dan 4  (12,1%) pasien tidak mengalami peningkatan indeks rasio kardiotoraks. Selanjutnya tidak didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara obesitas dengan peningkatan indeks rasio kardiotoraks (p=1,000)Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan peningkatan indeks rasio kardiotoraks.
HUBUNGAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DENGAN PROFIL LIPID MAHASISWA FK UNDIP Ivan Danindra; Andreas Arie Setiawan; Kusmiyati Tjahjono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.248 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23332

Abstract

Latar Belakang : Obstructive Sleep Apnea merupakan salah satu dari beberapa faktor risiko terjadinya dislipidemia. Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung. Sehingga, Obstructive Sleep Apnea secara tidak langsung dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung. Tujuan : Membuktikan hubungan antara Obstructive Sleep Apnea dengan dislipidemia pada Mahasiswa FK UNDIP Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain belah lintang. Subjek penelitian adalah 20 mahasiswa FK UNDIP dengan kriteria tertentu. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok OSA dan non OSA berdasarkan skor kuesioner Epworth Sleepiness Scale. Setiap subjek diperiksa profil lipidnya menggunakan darah vena, kemudian masing-masing kelompok dibagi menjadi kelompok OSA-Dislipidemia, OSA-Non Dislipidemia, non OSA-Dislipidemia, dan non OSA-non Dislipidemia. Uji statistik menggunakan uji korelatif Pearson, uji komparatif T independen, uji Chi Square – Fisher, dan uji Regresi Linear. Hasil : Didapatkan korelasi Skor ESS dengan profil lipid tidak berhubungan bermakna. Pada kelompok OSA didapatkan korelasi lebih kuat antara skor ESS dengan profil lipid dibandingkan pada kelompok non OSA., tetapi tidak ada hubungan bermakna. Tidak didapatkan perbedaan secara statistika kadar profil lipid antara kelompok OSA dibandingkan kelompok Non OSA. Hubungan antara status OSA (OSA dan Non OSA) dengan Profil lipid (Dislipidemia atau non Dislipidemia) didapatkan tidak bermakna. Didapatkan hubungan antara IMT dengan Kolesterol HDL lebih kuat dibandingkan hubungan antara Skor ESS dengan Kolesterol HDL. Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara Status OSA dengan Profil Lipid Mahasiswa FK UNDIPKata kunci : Obstructive Sleep Apnea, Dislipidemia, Profil Lipid, Epworth Sleepiness Scale
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP KADAR MDA SERUM TIKUS SPRAGUE DAWLEY SETELAH DIBERIKAN PAPARAN ASAP ROKOK Reynold Christian Sirait; Kusmiyati Tjahjono; Amallia Nugettsiana Setyawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.173 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15824

Abstract

Latar Belakang : Malondialdehid (MDA) adalah salah satu marker radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan molekul yang terbentuk akibat kerusakan oksidatif. Paparan asap rokok merupakan salah satu sumber radikal bebas. Antioksidan merupakan senyawa untuk mengatasi kerusakan oksidatif yang berasal dari dalam dan luar tubuh. Jintan hitam (Nigella sativa) merupakan tanaman herbal yang mempunyai potensi sebagai antioksidan. Pemberian ekstrak jintan hitam diharapkan dapat menurunkan kadar MDA.Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap kadar MDA serum tikus Sprague Dawley setelah diberikan paparan asap rokok.Metode : Penelitian ini bersifat true experimental with posttest only control group design. Sampel adalah 18 ekor tikus Sprague Dawley jantan yang memenuhi kriteria, dan dibagi dalam tiga kelompok; K1 merupakan kelompok kontrol negatif; kelompok K2 diberi paparan asap rokok 4 batang/hari; kelompok P diberi paparan asap rokok 4 batang/hari dan ekstrak jintan hitam 500 mg/hari. Setelah 28 hari penelitian dilakukan pengambilan darah tikus pada hari ke-29 untuk diperiksa kadar MDA-nya. Data dianalisis dengan uji Kruskal Wallis.Hasil : Rerata kadar MDA serum: kelompok K1 sebesar 0,99 ± 0,56 µmol/L; kelompok K2 sebesar 2,28 ± 1,88 µmol/L; kelompok P sebesar 1,14 ± 0,74 µmol/L. Pada uji Kruskal Wallis tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antar kelompok (P>0,05).Kesimpulan : Ekstrak jintan hitam dapat menurunkan kadar MDA serum tikus Sprague Dawley yang telah diberikan paparan asap rokok secara tidak signifikan.
EFEK EKSTRAK TANAMAN ASHITABA PADA KADAR SERUM ALKALIN FOSFATASE (ALP) PADA TIKUS YANG TERPAPAR LUKA BAKAR Johan, Andrew; Kusmiyati Tjahjono; Wenda Yoanda; Dwi Ngestiningsih; Lusiana Batubara
JIFI (Jurnal Ilmiah Farmasi Imelda) Vol. 5 No. 1 (2021): JIFI (Jurnal Ilmiah Farmasi Imelda)
Publisher : Universitas Imelda Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.742 KB) | DOI: 10.52943/jifarmasi.v5i1.662

Abstract

Serum alkaline phosphatase (ALP) levels increases in burn tissue damage. Several bioactive compounds found in Ashitaba, are expected to reduce serum ALP levels and enhance the process of wound healing. This study aims to prove that administration of oral Ashitaba extract can reduce serum ALP levels in rats exposed to burn trauma. This study uses true experimental post-test control group design with a total of 20 Sprague dawley rats as samples. All samples were inflicted with 2nd degree burn wound and divided into 2 groups, treatment group (Ashitaba extract 300 mg/KgBW) and control group. Blood serum were analyzed for ALP levels on the 2nd, 8th and 14th days. Kinetic-IFCC method was used to find serum ALP levels. Data was analyzed using Mann-Whitney Test, paired T-test amd independence T-test. Scalded wound size was measured macroscopically over the course of 21 days to find contracture rate. In conclusion, Ashitaba extract is not proven to significantly reduce the serum ALP levels, increase contracture rate and enhance burn wound healing process. However, there was slight increase in contracture rate in treatment group as compared to control group. In addition, there was a lower ALP levels in treatment group as compared to control group in day 8.