Ariana Sumekar, Ariana
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Demontrasi Penyaringan Air Sederhana Ariana Sumekar; Heni Febriani
DIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : STIKES Wira Husada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.415 KB) | DOI: 10.47317/dmk.v1i2.205

Abstract

Demonstrasi Penyaringan Air Sederhana. Air jernih belum tentu bersih dan layak diminum yang dapat mengancam kesehatan karena mengandung zat-zat polutan. Untuk mengolah air baku menjadi bersih di pedesaan memerlukan alat penyaring air sederhana. Masyarakat Dusun Jagalanmengkonsumsi air dari sumur gali. Kondisi air sumur berwarna keruh dan mudah tercemar dengan air permukaan di sekelilingnya banyak terdapat kolam, selokan, waduk kecil, dan sungai. Masyarakatperlu diberikan pengetahuan tentang air bersih dan cara mengolahnya.
Dampak edukasi PHBS terhadap personal hygiene dalam upaya pencegahan penyakit kulit pada anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Yogyakarta Khristiani, Eva Runi; Sumekar, Ariana
Mikki: Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : STIKES Wira Husada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47317/mikki.v12i1.520

Abstract

Latar Belakang : Derajat kesehatan dipengaruhi 4 (empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor terbesar yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan. Personal hygiene yang kurang dan menurunnya daya tahan tubuh dapat menyebabkan bakteri, virus, jamur, dan parasit mudah masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan kejadian suatu penyakit. Penyakit kulit merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku atau personal hygiene seseorang. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Desember 2021 di LPKA Kelas II Yogyakarta mendapatkan data dari Perawat di LPKA dan wawancara dengan Anak didik pemasyarakatan pada satu tahun terahir ini rata-rata hampir semua anak didik sering terkena penyakit kulit, hal tersebut terlihat dari lingkungan kamar hunian yang kurang bersih dan tidak rapi.Tujuan : Mengetahui dampak edukasi PHBS terhadap personal hygiene sebagai upaya pencegahan penyakit kulit pada Anak didik pemasyarakatan di LPKA Kelas II Yogyakarta.Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental dengan rancangan penelitian One Group Pre Test – Post Test Design dengan metode sampling jenuh.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan peningkatan tingkat  personal hygiene pada Anak didik pemasyarakatan setelah diberikan Edukasi PHBS menjadi 100% dengan kategori “Baik”.Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat dampak edukasi PHBS terhadap personal hygiene pada Anak didik pemasyarakatan di LPKA Kelas II Yogyakarta dengan adanya perbedaan  tingkat personal hygiene responden (Anak Didik Pemasyarakatan) sebelum dilakukan edukasi dan setelah dilakukan edukasi PHBS di LPKA Kelas II Yogyakarta secara statistik (uji wilcoxon), dihasilkan P-value sebesar 0,000.
Analisis Penyakit Tidak Menular Melalui Program CERDIK Di Desa Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta Sugiman, *Sugiman; Chasanah, Siti Uswatun; Sumekar, Ariana
Mikki: Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia MIKKI VOLUME 13 NOMOR 1, APRIL 2024
Publisher : STIKES Wira Husada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47317/mikki.v13i1.617

Abstract

Penyakit tidak menular saat ini telah menjadi issue nasional. Data riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan trend PTM mengalami peningkatan dibandingkan Riskesdas tahun 2013. Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten di D.I.Yogyakarta yang sudah melaksanakan Posbindu PTM. Pada tahun 2022 terdapat 352 Posbindu yang tersebar di 75 Desa di Kabupaten Bantul, jumlah ini mengalami kenaikan dibanding tahun 2021 sebanyak 327 posyandu.Sedangkan yang terlihat peningkatan sangat signifikan yaitu di Puskesmas Imogiri I dari 16 Posbindu di Tahun 2022 meningkat menjadi 30 Posbindu di Tahun 2022.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan perilaku CERDIK sebagai upaya pencegahan Penyakit Tidak Menular  pada masyarakat peserta Posbindu PTM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Desa Girirejo, Imogiri, Bantul. Sampel penelitian sebanyak 80 responden.Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kepandaian responden dalam mengelola stress dengan perilaku cerdik dalam pencegahan PTM dengan p-value 0,012 (p-value<0,05). Dari penelitian ini terlihat bahwa 25(45,5%) responden yang dapat mengelola stress dengan teratur dapat berprilaku cerdik dengan baik. Sedangkan 5(9,1%) responden yang dapat mengelola stress dengan kategori teratur mempunyai perilaku cerdik yang kurang baik
Hubungan paparan asap rokok dengan kejadian ISPA pada balita di Dusun Banyumeneng Gamping Sleman Yogyakarta Asamal, Victor Lorense; Sumekar, Ariana; Kristiani, Eva Runi
Mikki: Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : STIKES Wira Husada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47317/mikki.v11i1.432

Abstract

Latar Belakang: Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang berpengaruh pada kesehatan manusia. Tingginya prevalensi merokok negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah merokok semakin serius. Kebiasaan dan keberadaan anggota keluarga dalam rumah juga menjadi faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan didalam keluarga seperti gangguan pernapasan khususnya pada balita. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan kematian pada anak balita, sehingga ISPA masih merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian cukup tinggi. Kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh pneumonia.Tujuan: Untuk mengetahui Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian ISPA pada Balita di Dusun Banyumeneng Gamping Sleman Yogyakarta.Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan penelitian croos sectional Subjek penelitian ini adalah ibu dari balita yang berjumlah 63 dan merupakan warga di Dusun Banyumeneng. Teknik pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling.Hasil: Menunjukan bahwa 46 balita di Dusun Banyumeneng terpapar asap rokok dan 24 balita penderita ISPA memiliki resiko terpapar asap rokok secara langsung. Analisis Fhisher’s Exact Test menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paparan asap rokok dengan kejadian ISPA diketahui Sig. (2-tailed) = 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat Hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian ISPA pada balita di Dusun Banyumeneng Gamping Sleman Yogyakarta.Kesimpulan: Ada hubungan paparan asap rokok dengan kejadian ISPA pada balita di Dusun Banyumeneng Gamping Sleman Yogyakarta
Hubungan tingkat pengetahuan ibu dan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting di wilayah puskesmas Kalasan Sleman Yogyakarta Sekarwati, Novita; Khristiani, Eva Runi; Sumekar, Ariana
Mikki: Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Indonesia Vol 13, No 2 (2024): Volume 13 Nomor 2, Oktober 2024
Publisher : STIKES Wira Husada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47317/mikki.v13i2.682

Abstract

Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan yang penting karena anak kecil merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap permasalahan gizi khususnya stunting. Keterbelakangan pertumbuhan menyebabkan anak-anak di bawah usia lima tahun mengalami kekurangan gizi  kronis dan kekurangan gizi sesuai usia mereka. Risiko jangka pendek akibat malnutrisi mencakup peningkatan morbiditas dan mortalitas, gangguan perkembangan, dan peningkatan beban perawatan dan pengobatan. Risiko jangka panjang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan reproduksi, berkurangnya konsentrasi belajar, dan berkurangnya produktivitas kerja. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan kecenderungan genetik, salah satu permasalahan gizi yang berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak adalah stunting. Masalah gizi pada anak  dibawah 5 tahun yang  tinggi badannya tidak sesuai dengan usianya. Kondisi ini menandakan anak mengalami gangguan tumbuh kembang akibat  kekurangan gizi yang tidak terpenuhi dalam jangka waktu lama. Berdasarkan data Survei Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan  masalah gizi lainnya seperti gizi buruk, wasting, dan obesitas. Prevalensi pada anak kecil meningkat sejak tahun 2016, mencapai 29,6% pada tahun 2017 dari 27,5%. Indonesia menempati urutan ke 17 dari 117 negara dengan prevalensi 30,8%. Metodologi penelitian menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Untuk populasi sebanyak 53 orang, metode pengambilan sampel menggunakan total sampel (ibu yang memiliki bayi stunting). Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian stunting dengan p-value 0,000. Terdapat hubungan antara kesehatan lingkungan dengan kejadian stunting dengan nilai p value sebesar 0,038
Upaya Pencegahan Diabetic Foot Ulcer pada Penyandang Diabetes Mellitus melalui Edukasi Kesehatan dengan Penerapan Teknologi Berbasis Website Widyarani, Linda; Sari Utami, Maria Putri; Sumekar, Ariana
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 5 (2025): Volume 8 No 5 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i5.18133

Abstract

ABSTRAK Posyandu Menur terletak di Desa Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Posyandu Menur memiliki anggota aktif sejumlah 152 orang, 62 orang diantaranya (40,78%) menderita penyakit Diabetes Mellitus, 17 dari 62 orang (27,42%) telah mengalami diabetic foot ulcer, bahkan sudah terjadi luka gangren dan infeksi dan 7 dari 62 orang (11,29%) sudah menjalani amputasi kaki. Diabetic foot ulcer yang tidak ditangani dengan tepat dan rutin dapat meningkatkan risiko amputasi. Amputasi berdampak buruk terhadap kualitas hidup penyandang Diabetes Mellitus dan meningkatkan ketergantungan terhadap keluarga dan pelayanan kesehatan. Amputasi dapat menyebabkan depresi, cemas, reaksi penolakan, berduka bahkan keinginan bunuh diri. Pemberdayaan berbasis masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penyandang Diabetes Mellitus tentang diabetic foot self-care sebagai upaya pencegahan diabetic foot ulcer. Pelaksanaan pemberdayaan berbasis masyarakat ini diawali dengan kegiatan sosialisasi dan focus group discussion bersama dengan pengurus Posyandu Menur dan Puskesmas Kasihan 2 tentang Plan of Action (PoA) dan Tem of Reference (ToR) kegiatan serta pemaparan teknologi berbasis website. Tahap selanjutnya, pemberian edukasi kesehatan dengan metode pelatihan dan workshop melalui penerapan teknologi berbasis website, website tersebut dapat diakses dimanapun dan kapanpun, diakses berulang kali secara gratis melalui smartphone. Website tersebut berisi artikel, gambar dan video animasi 2D. Hasil:Kegiatan Pemberdayaan berbasis masyarakat ini diikuti oleh 35 orang penyandang Diabetes Mellitus, dan diselenggarakan di Posyandu Menur. Rata-rata usia responden adalah 52,08±2,35 tahun. Mayoritas penyandang Diabetes Mellitus, berjenis kelamin perempuan (97,14%), sebagian besar berlatar pendidikan SMA (74,29%) dan mempunyai pekerjaan wiraswasta (65,71%). Pengetahuan tentang diabetic foot self care sebagai upaya pencegahan diabetic foot ulcer sebelum intervensi pada kategori baik hanya 8,6%, sedangan pengetahuan setelah intervensi pada kategori baik meningkat mencapai 85,7%, dengan p-value 0,000 artinya terdapat perbedaan secara signifikan, pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi. Ketrampilan tentang teknik/cara/prosedur diabetic foot self-care sebelum intervensi pada kategori baik hanya 8,6%, sedangan ketrampilan setelah intervensi pada kategori baik meningkat mencapai 85,7%, dengan p-value 0,000 artinya terdapat perbedaan secara signifikan, ketrampilan sebelum dan sesudah intervensi. Media edukasi kesehatan dengan penerapan teknologi berbasis website berdampak positif bagi pengetahuan dan ketrampilan penyandang Diabetes Mellitus dalam upaya pencegahan diabetic foot ulcer. Diharapkan keberlanjutan program kegiatan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan dukungan dari puskesmas setempat agar penderita Diabetes Mellitus dapat melakukan pencegahan diabetic foot ulcer secara mandiri dan berkelanjutan.  Kata Kunci: Diabetic Foot Ulcer, Diabetic Foot Self-Care, Media Edukasi Kesehatan, Posyandu, Website ABSTRACT Posyandu Menur is located in Tirtonirmolo Village, Kasihan District, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta Province. Out of the 152 active members of Posyandu Menur, 62 (40.78%) have diabetes mellitus, 17 out of 62 (27.42%) have diabetic foot ulcers, some of which have even resulted in infections and gangrene, and 7 out of 62 (11.29%) have had their feet amputated. Untreated diabetic foot ulcers can increase the risk of amputation. Diabetes mellitus patients' quality of life is adversely affected by amputation, which also makes them more reliant on family and medical assistance. Anxiety, sadness, suicide thoughts, denial responses, and despair can all be brought on by amputation.  The goal of this community-based empowerment program is to help people with diabetes mellitus prevent diabetic foot ulcers by improving their knowledge and abilities about diabetic foot self-care. The implementation of this community-based empowerment began with socialization activities and focus group discussions with the Posyandu Menur and Puskesmas Kasihan 2 administrators about the Plan of Action (PoA) and Terms of Reference (ToR) of the activities, as well as a presentation on website-based technology. The next stage involves providing health education through training and workshops using website-based technology. The website can be accessed anywhere and anytime and can be accessed repeatedly for free via smartphone. The website contains articles, images, and 2D animated videos.  This community-based empowerment activity was attended by 35 people with diabetes mellitus and was held at Posyandu Menur. The average age of the respondents is 52.08±2.35 years. The majority of diabetes mellitus patients are female (97.14%), most of whom have a high school education (74.29%) and are self-employed (65.71%). Knowledge about diabetic foot self-care as an effort to prevent diabetic foot ulcers before the intervention in the good category was only 8.6%, while knowledge after the intervention in the good category increased to 85.7%, with a p-value of 0.000, indicating a significant difference in knowledge before and after the intervention. Skills about the techniques, methods, and procedures of diabetic foot self-care before the intervention in the good category were only 8.6%, while skills after the intervention in the good category increased to 85.7%, with a p-value of 0.000, indicating a significant difference in skills before and after the intervention. Diabetes mellitus patients' knowledge and abilities in preventing diabetic foot ulcers are positively impacted by health education media that uses web-based technology. It is intended that this program will continue to be sustainable with the help of the neighborhood health center, enabling people with diabetes mellitus to avoid diabetic foot ulcers on their own and in a sustainable manner. Keywords: Diabetic Foot Ulcer, Diabetic Foot Self-Care, Health Education Media, Posyandu, Web