Raden Ganang Ibnusantosa
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Tingkat 1 Fakultas Kedokteran Unisba pada Sistem Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19 Nurmalia Putri; Yuniarti; R. Ganang Ibnusantosa
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1437

Abstract

Abstract. The COVID-19 pandemic was declared a "public health emergency of international concern" by WHO on January 30, 2020, and designated a pandemic on March 11, 2020. The COVID-19 pandemic causes psychological and social effects. One of the psychological effects of the COVID-19 pandemic is anxiety. This anxiety can occur among students. Data from Chang et al in China shows that students have an incidence of mental disorders due to the COVID-19 pandemic, namely anxiety around 26.60%. This study aims to describe the level of anxiety in level 1 students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung for the 2020/2021 academic year in the online learning system during the COVID-19 pandemic. The research design used was descriptive observational, with a cross-sectional design. The sample size is 133 first-year students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung for the academic year 2020/2021 with a simple random sampling technique, the instrument used is the Zung Self Rating-Anxiety Scale (ZSAS) questionnaire. The results showed that most of the respondents did not experience anxiety as many as 104 people (76%) and the rest experienced mild anxiety as many as 32 people (24%). Students don’t experience anxiety (normal) because of their adaptability to prevent the emergence of anxiety that arises such as interesting learning, doing self-care, namely sleeping, physical activity, and meeting nutritional needs. Students who experience a mild level of anxiety means that students still have to self-focus on things that cause anxiety but are still able to do other activities. Abstrak. Pandemi COVID-19 dinyatakan sebagai "darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional" oleh WHO pada tanggal 30 Januari 2020, dan ditetapkan sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Pandemi COVID-19 menyebabkan efek psikologis dan sosial. Salah satu efek psikologis pandemi COVID-19 yaitu kecemasan. Kecemasan ini dapat terjadi di kalangan mahasiswa. Data dari Chang dkk di negara China menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kejadian gangguan mental akibat pandemi COVID-19 yaitu kecemasan sekitar 26,60%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2020/2021 pada sistem pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Desain penelitian yang digunakan adalah observational deskriptif, dengan rancangan cross sectional. Besar sampel berjumlah 133 mahasiswa tingkat satu Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2020/2021 dengan teknik simple random sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner Zung Self Rating-Anxiety Scale (ZSAS). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak mengalami kecemasan sebanyak 104 orang (76%) dan sisanya mengalami kecemasan ringan sebanyak 32 orang (24%). Mahasiswa tidak mengalami kecemasan (normal) karena kemampuan adaptasinya untuk mencegah timbulnya rasa cemas yang muncul seperti pembelajaran yang menarik, melakukan perawatan diri yaitu tidur, aktivitas fisik dan memenuhi kebutuhan nutrisi. Mahasiswa yang mengalami tingkat kecemasan ringan artinya mahasiswa masih mempunyai fokus diri terhadap hal- hal yang menimbulkan kecemasan tetapi masih mampu melakukan aktivitas lain.
Systematic Review: Pengaruh Vitamin C terhadap Penderita Covid-19 Derajat Berat Hikmah Azzahro; Lisa Himawati; Fajar Awalia Yulianto; Raden Ganang Ibnusantosa
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1829

Abstract

Abstract. The COVID-19 outbreak is still a world health problem. The mortality rate of COVID-19 increased in patients with severe degrees. There has been no right antiviral drug to eliminate the SARS-COV2 virus so there are several therapeutic options to help eliminate the virus. One of the recommended therapies is micronutrients such as vitamin C. Some studies mention that vitamin C has benefits for COVID-19 sufferers. This study aims to analyze the effects of vitamin C on COVID 19 severe patients. The study was conducted using systematic review methods by taking data from Medline, Springerlink, Science direct, and Proquest taken in 2020-2021. Obtained 404 articles, then eliminated duplicate articles, then the application of inclusion criteria, exclusion criteria so as to get 2 articles. After that, the eligibility criteria are based on Joana Briggs Intitude in the two articles. The first article's research design was a randomized controlled trial (RCT), and the second article used cohort study. Both articles use sequential organ failure assessment (SOFA score) measurements. The results in the first article mention that HDIVC does not increase IMVFD28, but shows benefits for COVID-19 degree weight, with an increase in P/F ratio and decreased interleukin (IL-6), while in the second article mentions that vitamin C contributes to aggressive development slowdown and death due to COVID-19. The conclusion of both studies is that vitamin C affects COVID-19 degrees of weight by slowing progressivity and helping to reduce mortality. Abstrak. Wabah COVID-19 masih menjadi masalah kesehatan dunia. Angka mortalitas COVID-19 meningkat pada pasien dengan derajat berat. Belum ditemukan obat antivirus yang tepat untuk mengeliminasi virus SARS-COV2 sehingga terdapat beberapa pilihan terapi untuk membantu eliminasi virus tersebut. Salah satu terapi yang disarankan adalah mikronutrisi seperti vitamin C. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa vitamin C memiliki manfaat terhadap penderita COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek vitamin C pada pasien COVID 19 derajat berat. Penelitian dilakukan menggunakan metode systematic review dengan mengambil data dari Medline, Springerlink, Science direct, dan Proquest yang diambil pada 2020-2021. Didapatkan 404 artikel, kemudian dihilangkan artikel yang duplikasi, lalu penerapan kriteria inklusi, kriteria eksklusi sehingga mendapatkan 2 artikel. Setelah itu dilakukan kriteria kelayakan berdasar atas Joana Briggs Intitude terhadap 2 artikel tersebut. Desain penelitian artikel pertama adalah randomized controlled trial (RCT), dan artikel kedua menggunakan cohort study. Kedua artikel tersebut menggunakan pengukuran sequential organ failure assessment (SOFA score). Hasil pada artikel pertama menyebutkan bahwa HDIVC tidak meningkatkan IMVFD28, tetapi menunjukkan manfaat untuk COVID-19 derajat berat, dengan peningkatan rasio P/F dan menurunkan interleukin (IL-6), sedangkan pada artikel kedua menyebutkan bahwa vitamin C berkontribusi pada perlambatan perkembangan agresif dan kematian karena COVID-19. Kesimpulan dari kedua penelitian tersebut adalah vitamin C mempengaruhi COVID-19 derajat berat dengan memperlambat progresivitas dan membantu menurunkan mortalitas.
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kejadian Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Salwa Siti Salsabila; Caecielia Makaginsar; Raden Ganang Ibnusantosa
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.5725

Abstract

Abstract. Parenting styles play a role in child development, one of which is authoritarian parenting. Authoritarian parenting can make children have a lot of pressure that causes stress. This study aims to analyze the relationship between parenting style and stress events in students of the Faculty of Medicine at the Islamic University of Bandung class of 2019. The research was conducted using an analytic observational design using a cross-sectional study. The research subjects were calculated using the formula for estimating the proportion of a population. There were 110 research subjects out of a total population of 178 people who met the inclusion and exclusion criteria and were selected using a non-probability sampling technique. Retrieval of parenting pattern data using the PAQ questionnaire and stress using DASS-42. Data processing used the Chi-square test with a significance degree of 0.05. The results showed that 80 people (72.7%) had parents with authoritative parenting styles and 68 people (61.3%) had normal stress levels. Statistical results show that there is no relationship between parenting style and stress events in Bandung Islamic University Medical Faculty students class of 2019 with a P value of 0.663 (p> 0.05). This research shows that there are other factors that have more influence on stress in students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung class of 2019, such as a heavy academic load and high competition between students of the Faculty of Medicine. Abstrak. Pola asuh orang tua berperan pada perkembangan anak, salah satunya yaitu pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter dapat membuat anak memiliki banyak tekanan yang menyebabkan stres. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung angkatan 2019. Penelitian dilakukan dengan desain observasional analitik menggunakan studi cross-sectional. Subjek penelitian dihitung dengan menggunakan rumus estimasi proporsi sebuah populasi. Subjek penelitian berjumlah 110 orang dari total populasi 178 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta dipilih dengan teknik non-probability sampling. Pengambilan data pola asuh orang tua dengan menggunakan kuesioner PAQ dan stres menggunakan DASS-42. Pengolahan data menggunakan uji Chi-square dengan derajat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilki orang tua dengan pola asuh otoritatif sebanyak 80 orang (72,7%) dan memiliki tingkat stres normal sebanyak 68 orang (61,3%). Hasil statistik menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung angkatan 2019 dengan P value 0.663 (p>0,05). Penelitian ini menunjukan terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung angkatan 2019 seperti beban akademik yang berat dan persaingan yang tinggi antar mahasiswa Fakultas Kedokteran.
Kecemasan Mempengaruhi Gejala Insomnia pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Farah Amalia Mustika; Raden Ganang Ibnusantosa; Mia Kusmiati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6858

Abstract

Abstract. Anxiety is often experienced by students who have just entered the tertiary level. Anxiety can affect both the quantity and quality of a person's sleep or what is commonly known as insomnia. Insomnia is defined as dissatisfaction with the quantity or quality of sleep. Insomnia is the most common type of sleep disorder worldwide. In previous research, it was found that anxiety and insomnia were often found in medical students. The purpose of this study was to determine the relationship between anxiety levels and insomnia symptoms in first grade students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung. The method used in this study was observational analytics with a cross-sectional design. The sample selection in this study was non-probability sampling with consecutive sampling. The research instrument used the Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) to assess the level of anxiety and the Insomnia Severity Index (ISI). Data collection was taken through primary data by interviewing 96 student respondents. Data analysis used Fisher's exact test with p value = 0.05. The results obtained showed that there was a relationship between anxiety levels and insomnia symptoms in first-grade students of the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University with a p value = 0.009 (p = <0.05). This study shows that freshmen at the Faculty of Medicine are a population with a fairly high level of anxiety, so this affects their sleep patterns. Keywords: Anxiety, Insomnia, Medicine, New students Abstrak. Kecemasan sering kali dialami oleh mahasiswa yang baru memasuki jenjang perguruan tinggi. Kecemasan dapat mempengaruhi baik secara kuantitas maupun kualitas dari tidur seseorang atau yang biasa disebut dengan insomnia. Insomnia didefinisikan sebagai ketidakpuasan dengan kuantitas atau kualitas tidur. Insomnia merupakan jenis gangguan tidur yang paling sering dijumpai dari seluruh dunia. Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa kecemasan dan insomnia sering kali ditemukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan gejala insomnia pada mahasiswa tingkat 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah observational analytics dengan design cross sectional, pemilihan sampel pada penelitian ini adalah non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling. Instrumen penelitian menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) untuk menilai tingkat kecemasan dan Insomnia Severity Index (ISI). Pengumpulan data diambill melalui data primer dengan wawancara kepada responden sebanyak 96 mahasiswa. Analisis data menggunakan uji Fisher exact dengan p value = 0,05. Hasil yang didapatkan menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan gejala insomnia pada mahasiswa tingkat 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung dengan p value = 0,009 (p = < 0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa baru Fakultas Kedokteran merupakan populasi dengan tingkat kecemasan yang cukup tinggi, sehingga hal tersebut mempengaruhi pola tidur mereka. Kata Kunci: Insomnia, Kecemasan, Kedokteran, Mahasiswa baru
Efektivitas Antioksidan Terhadap Pencegahan Katarak Salsabila Roudotul Farihah; Santun Bhekti Rahimah; Raden Ganang Ibnusantosa
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.5939

Abstract

Abstract. Cataract is a degenerative process, in which the lens of the eye becomes cloudy, which can lead to reduced vision and blindness. The cloudiness of the lens is caused by a biochemical reaction that causes protein coagulation in the lens. Antioxidants can be used as an alternative treatment to delay and/or prevent disease progression and are believed to be able to prevent cataracts by neutralizing free radicals. This research aims to find out the effect of antioxidant administration on cataract sufferers in the elderly. The method used is the Scoping Review technique. The research sample is in the form of articles, which are taken from 3 databases namely SpringerLink, Science Direct and PubMed. The steps taken are selecting relevant articles using inclusion and exclusion criteria. The results of the articles obtained as a whole were 15,960 articles, and then on the inclusion criteria screening, 422 articles were obtained. There are 5 duplicate articles were deleted. In the process of screening for discrepancies in article titles and abstracts based on PICOS, critical appraisal with CASP and JBI obtained 3 articles, then data extraction and results reporting were carried out. The preparation procedure using the Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses (PRISMA) method was used to describe the literature search flow. The results obtained were published in the period 2012-2022. The results showed that there was an effect of consumption of vitamin C, vitamin E, beta-carotene, and B vitamins on reducing the incidence of age-related cataracts and consumption of vitamin E and selenium supplements did not have a significant effect on the incidence of age-related cataracts. Keywords: Antioxidant, Cataract, Elderly Abstrak. Katarak adalah proses degeneratif, di mana lensa mata menjadi keruh sehingga dapat menyebabkan menurunnya kemampuan pengelihatan hingga kebutaan. Kekeruhan pada lensa tersebut disebabkan terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan adanya koagulasi protein di dalam lensa. Antioksidan dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk menunda dan/atau mencegah perkembangan penyakit dan dipercaya mampu untuk mencegah katarak dengan menjadi penetralisir radikal bebas. Penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi artikel yang meneliti efektivitas antioksidan terhadap pencegahan katarak pada lansia. Metode yang digunakan adalah scoping review, sampel penelitian berupa artikel-artikel yang diambil dari 3 database yaitu SpringerLink, Science Direct dan Pubmed. Artikel yang relevan dipilih menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil artikel yang didapatkan secara keseluruhan yaitu 15.960 selanjutnya skrining kriteria inklusi didapatkan 422 artikel, menghapus 5 artikel duplikasi, skrining ketidaksesuaian judul artikel dan abstrak berdasarkan PICOS, critical appraisal dengan CASP dan JBI didapatkan 3 artikel, melakukan ekstraksi data, dan melaporkan hasil. Prosedur penyusunan menggunakan metode Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses (PRISMA) digunakan untuk menggambarkan alur pencarian literature. Hasil yang diperoleh dipublikasikan pada kurun waktu tahun 2012-2022. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh konsumsi vitamin C, vitamin E, beta-karoten, dan vitamin B terhadap penurunan insiden katarak terakit usia dan konsumsi suplemen vitamin E dan selenium tidak memberikan efek yang signifikan terhadap insiden katarak terkait usia. Kata Kunci: Antioksidan, Katarak, Lansia
Is Resilience Knowledge Related to the Mental Health of First-Year Medical Students? Romadhona, Nurul; Fitriyana, Susan; Prasetia, Ayu; Ibnusantosa, Raden Ganang; Nurhayati, Eka; Respati, Titik
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 11, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/gmhc.v11i1.11361

Abstract

The many demands faced by first-year medical students can impact mental health. For students to function well, resilience is needed. This study aimed to determine the relationship between resilience knowledge and the mental health of first-year medical students. This quantitative study was conducted at the Faculty of Medicine, Universitas Islam Bandung, in October 2022. Respondents were 92 students in the first 2022/2023 academic year—data collection method was by distributing two Google Forms links. The first contains a pre-test regarding resilience knowledge, while the second includes the self-reporting questionnaire-29 (SRQ-29). Univariate analysis used distribution assumptions, frequency distribution (median, mean, standard deviation), and proportion distribution (percentage, 95% CI). Bivariate analysis used the ttest, Wilcoxon test, and chi-square test. Most respondents were female, 59% (95% CI=52.62, 72.37). The majority of respondents were 18 years old. The highest order of mental health screening was post-traumatic stress disordersymptoms at 59% (95% CI=48.27, 68.39), mental-emotional disorder (anxiety and depression) symptoms at 37% (95% CI=27.62, 47.37), and psychotic symptoms at 27% (95% CI 18.98, 37.28). No respondents experienced symptoms of narcotic or psychotropic drugs. Respondents who indicated mental health disorders were more significant than those who did not, namely 60% (95% CI=49.35, 69.39). There was no relationship between resilience knowledge and mental health (p=0.75). Respondent's understanding of resilience was good, but more indicated mental health disorders.