Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Makna Tujuh Ungkapan Yesus Di Salib Bagi Orang Percaya Lele, Aldorio Flavius; Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 13, No 2 (2015): Jurnal Jaffray Volume 13 No. 2 Oktober 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuh perkataan Yesus di kayu salib merupakan tujuh ucapan yang mencakup seluruh pengajaran mengenai kasih Allah bagi manusia. Kasih yang sulit untuk dipahami, sulit untuk dimengerti secara tuntas karena ia melebihi kapasitas serta rasio pemikiran manusia yang terbatas. Pernyataan kasih itu disimpulkan sebagai berikut: Pertama, ucapan pengampunan yang diucapkan Yesus mengajarkan bahwa prinsip pengampunan adalah mengasihi musuh. Mendoakan dan mengharapkan dia bertobat serta mengampuni segala dosa-dosanya bukan berarti membiarkan dia berdosa terus menerus. Ucapan pengampunan yang diucapkan oleh Yesus ialah bukan supaya orang-orang yang didoakan diampuni tanpa pertobatan, tetapi supaya mereka diampuni melalui pertobatan. Kedua, dalam perkataan-Nya yang kedua, Yesus menjamin orang berdosa yang bertobat dan percaya kepada-Nya akan bersama-sama dengan Dia di Firdaus. Seruan jaminan kepastian yang diucapkan Yesus merupakan bentuk kasih yang menyelamatkan. Ketiga, Yesus adalah Allah yang peduli terhadap penderitaan umat yang dikasihi-Nya. Orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan memiliki tanggung jawab untuk melakukan segala perintah Tuhan dan dalam segala hal mengasihi sesama. Keempat, Seruan ini mengajarkan mengenai kuasa dosa yang dahsyat sehingga Allah Bapa merelakan Anak-Nya yang sangat Ia kasihi, memikul beban dosa tanpa pertolongan dan perlindungan. Kelima, ucapan kelima inilah satu-satunya ucapan yang berhubungan dengan kesakitan jasmani yang Ia ucapkan dari atas kayu salib. Rasa haus Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah benar-benar manusia. Ia adalah sumber air hidup yang rela menderita agar dapat menyelamatkan mereka yang datang kepada-Nya. Keenam, ucapan keenam ini bukanlah teriakan kekalahan, melainkan teriakan kemenangan. Ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa hingga akhir hidup-Nya menandakan kasih-Nya yang begitu besar bagi manusia. Inilah kasih yang taat sampai mati. Ketujuh, ucapan terakhir Yesus menjelang kematian-Nya adalah sebuah doa. Di dalam doa-Nya itu Ia mengajarkan orang percaya bagaimana menghadapi kematian. Bentuk kasih yang penuh, terkandung di dalam penyerahan total kepada Allah.The seven statements of Jesus on the cross are seven declarations which encompass all the teachings about God’s love for people. This love is difficult to comprehend, difficult to completely understand because it is beyond the limited capacity, including the reasoning ability of man. These statements can be summarized as follows: First, the pronunciation of forgiveness which Jesus uttered teaches that a principle of forgiveness is loving one’s enemies. Praying and hoping that they repent, as well as forgiving all of their sins, does not mean allowing them to continue to sin. Jesus’ statement about forgiveness was not so that people which are prayed for are forgiven without repentance, but that they are forgiven through repentance. Second, Jesus guarantees that the sinner that repents and believes in him will be together with him in Paradise. Jesus’ statement of certain assurance shows the nature of saving love. Third, Jesus is the God who cares about the sufferings of his people whom he loves. People which genuinely love the Lord have a responsibility to obey all of the Lord’s commands and in everything love their fellow man. Fourth, the fourth appeal teaches about the power of sin which is so devastating that God the Father offered his beloved Son to shoulder the burden of sin without help or support. Fifth, this fifth cry is the only utterance which he makes from the cross which makes reference to his physical pain. Jesus’ thirst shows that he really is man. He is the source of living water who is willing to suffer in order to save those who come to him. Sixth, the sixth declaration is not a cry of defeat, but rather a cry of victory. His obedience to the will of his Father until the end of his life shows the greatness of his love toward people. This is love that is obedient until death. Seventh, the final statement of Jesus before his death is a prayer. In his prayer, he teaches believers how to face death. The nature of a love that is comprehensive is contained in complete surrender to God.
Makna Tujuh Ungkapan Yesus Di Salib Bagi Orang Percaya Lele, Aldorio Flavius; Panggarra, Robi
Jurnal Jaffray Vol 13, No 2 (2015): Oktober 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jj71.v13i2.181

Abstract

Tujuh perkataan Yesus di kayu salib merupakan tujuh ucapan yang mencakup seluruh pengajaran mengenai kasih Allah bagi manusia. Kasih yang sulit untuk dipahami, sulit untuk dimengerti secara tuntas karena ia melebihi kapasitas serta rasio pemikiran manusia yang terbatas. Pernyataan kasih itu disimpulkan sebagai berikut: Pertama, ucapan pengampunan yang diucapkan Yesus mengajarkan bahwa prinsip pengampunan adalah mengasihi musuh. Mendoakan dan mengharapkan dia bertobat serta mengampuni segala dosa-dosanya bukan berarti membiarkan dia berdosa terus menerus. Ucapan pengampunan yang diucapkan oleh Yesus ialah bukan supaya orang-orang yang didoakan diampuni tanpa pertobatan, tetapi supaya mereka diampuni melalui pertobatan. Kedua, dalam perkataan-Nya yang kedua, Yesus menjamin orang berdosa yang bertobat dan percaya kepada-Nya akan bersama-sama dengan Dia di Firdaus. Seruan jaminan kepastian yang diucapkan Yesus merupakan bentuk kasih yang menyelamatkan. Ketiga, Yesus adalah Allah yang peduli terhadap penderitaan umat yang dikasihi-Nya. Orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan memiliki tanggung jawab untuk melakukan segala perintah Tuhan dan dalam segala hal mengasihi sesama. Keempat, Seruan ini mengajarkan mengenai kuasa dosa yang dahsyat sehingga Allah Bapa merelakan Anak-Nya yang sangat Ia kasihi, memikul beban dosa tanpa pertolongan dan perlindungan. Kelima, ucapan kelima inilah satu-satunya ucapan yang berhubungan dengan kesakitan jasmani yang Ia ucapkan dari atas kayu salib. Rasa haus Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah benar-benar manusia. Ia adalah sumber air hidup yang rela menderita agar dapat menyelamatkan mereka yang datang kepada-Nya. Keenam, ucapan keenam ini bukanlah teriakan kekalahan, melainkan teriakan kemenangan. Ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa hingga akhir hidup-Nya menandakan kasih-Nya yang begitu besar bagi manusia. Inilah kasih yang taat sampai mati. Ketujuh, ucapan terakhir Yesus menjelang kematian-Nya adalah sebuah doa. Di dalam doa-Nya itu Ia mengajarkan orang percaya bagaimana menghadapi kematian. Bentuk kasih yang penuh, terkandung di dalam penyerahan total kepada Allah.The seven statements of Jesus on the cross are seven declarations which encompass all the teachings about God’s love for people. This love is difficult to comprehend, difficult to completely understand because it is beyond the limited capacity, including the reasoning ability of man. These statements can be summarized as follows: First, the pronunciation of forgiveness which Jesus uttered teaches that a principle of forgiveness is loving one’s enemies. Praying and hoping that they repent, as well as forgiving all of their sins, does not mean allowing them to continue to sin. Jesus’ statement about forgiveness was not so that people which are prayed for are forgiven without repentance, but that they are forgiven through repentance. Second, Jesus guarantees that the sinner that repents and believes in him will be together with him in Paradise. Jesus’ statement of certain assurance shows the nature of saving love. Third, Jesus is the God who cares about the sufferings of his people whom he loves. People which genuinely love the Lord have a responsibility to obey all of the Lord’s commands and in everything love their fellow man. Fourth, the fourth appeal teaches about the power of sin which is so devastating that God the Father offered his beloved Son to shoulder the burden of sin without help or support. Fifth, this fifth cry is the only utterance which he makes from the cross which makes reference to his physical pain. Jesus’ thirst shows that he really is man. He is the source of living water who is willing to suffer in order to save those who come to him. Sixth, the sixth declaration is not a cry of defeat, but rather a cry of victory. His obedience to the will of his Father until the end of his life shows the greatness of his love toward people. This is love that is obedient until death. Seventh, the final statement of Jesus before his death is a prayer. In his prayer, he teaches believers how to face death. The nature of a love that is comprehensive is contained in complete surrender to God.
Ketaatan menurut Kitab Daniel Aldorio Flavius Lele
Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jitpk.v2i2.598

Abstract

Daniel adalah salah satu tokoh Alkitab yang dikenal karena konsistensinya dalam menaati perintah Tuhan. Salah satunya adalah dengan tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja Nebukadnezar (Dan. 1:8). Ketaatan Daniel ditunjukkan melalui ketetapan hatinya kepada Tuhan yang tidak berubah sekalipun situasi dan kondisi berubah begitu drastis. Menariknya, kata Ibrani syama yang diterjemahkan “taat” dalam kitab Daniel hanya muncul sekali dalam keseluruhan kitab ini (Dan. 9:6). Meskipun demikian, sebagian besar hikayat dalam kitab Daniel memuat tema tentang ketaatan yang begitu nyaring. Hal ini nampak dalam setiap tindakan para tokoh yang mengasihi Allah secara khusus Daniel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membawa pembaca memahami dan mendalami konsep ketaatan dari sudut pandang kitab Daniel melalui pendekatan hermeneulik biblika. Berdasarkan hasil uraian dan analisis penulis tentang ketaatan menurut kitab Daniel, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: ketaatan menurut kitab Daniel didasarkan pada pengenalan yang benar akan TUHAN, pengakuan iman dan penyangkalan diri. Dengan demikian, maka ketaatan berarti mendengarkan apa yang TUHAN katakan; menjauhi apa yang Ia larang serta melakukan dengan setia apa yang Ia perintahkan. Jadi, ketaatan berbicara tentang sebuah relasi, yakni hubungan seseorang dengan TUHAN dan doa adalah kunci untuk memulai sebuah hubungan pribadi dengan TUHAN.Kata-kata Kunci: Daniel, Ketaatan, Kitab Daniel, Makna, Relasi. Daniel is one of the biblical figures known for his consistency in terms of God's commandments. One of them is not to defile himself with the food of King Nebuchadnezzar (Dan. 1:8). Daniel's obedience was shown by remaining steadfast to God who did not change even though the situation and conditions changed so drastically. Interestingly, the Hebrew word shama which is translated simply “obedient” in Daniel appears once in the entire book (Dan. 9:6). Nevertheless, most of the stories in the book of Daniel contain the big theme of obedience so loud. This is seen in every action of the characters who represent God specifically Daniel. The purpose of this study is to understand and explore the concept of observation from the perspective of the book of Daniel through a biblical hermeneutic approach. Based on the results and the author's analysis of obedience to the book of Daniel, the conclusions obtained are as follows: obedience to the book of Daniel is based on true knowledge of God, confession of faith and self-denial. Thus, obedience means paying attention to what God says; supports what he forbids and faithfully does what he commands. So, the relationship of obedience speaks of a relationship, namely a person with God and prayer is the key to starting a personal relationship with God.
Kedaulatan Allah atas kehidupan Manusia: Kajian Narasi Kitab Ayub 42:7-17 Aldorio Flavius Lele
Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jitpk.v3i2.764

Abstract

AbstrakKedaulatan Allah menjadi isu yang penting dalam kitab Ayub terkait penderitaan yang dialaminya. Konklusi dan tujuan dari semua pengalaman yang ia jumpai di tulis secara mendarat pada bagian epilog dari kitab ini. Beragam pertanyaan teologis tentang kedaulatan Allah menjadi dasar penelitian ini, sehingga peneliti menelusuri topik ini dari sudut pandang pendekatan metode Narasi. Penjelasan tentang kedaulatan Allah terfokus: pertama, pada kesediaan TUHAN untuk berfirman kepada manusia sekalipun dalam masa kesukarannya; kedua, kedaulatan TUHAN untuk mendengar setiap doa dan menerima doa orang yang berkenan kepada-Nya, ketiga, kedaulatan TUHAN untuk memulihkan segala sesuatu, keempat, kedaulatan TUHAN untuk memberkati kehidupan yang telah diberikan kepada manusia. Berdasarkan kedaulatan Allah terhadap Ayub, dan semua tokoh yang terlibat dalam narasi ini, maka dapat dibuat dua implikasi yang menjadi acuan bagi kehidupan manusia secara khusus orang percaya, yaitu: pertama, setiap orang percaya sudah sewajarnya hidup sesuai dengan identitasnya sebagai umat Allah, yakni menjalani kehidupan yang benar; kedua, sekalipun dalam penderitaan orang percaya harus tetap setia untuk memperkatakan yang benar. 
Makna Teks “Engkau Akan Berahi Kepada Suamimu Dan Ia Akan Berkuasa Atasmu” Berdasarkan Kejadian 3:16 Priskila Riohvine Rondonuwu; Aldorio Flavius Lele
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 3, No 2 (2022): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/jtki.v3i2.618

Abstract

Penelitian ini lebih berfokus kepada menentukan makna teks dan impliksinya berdasarkan langkah-langkah hermeneutik yang digunakan oleh penulis yakni menggunakan kajian Hermeneutik Biblika metode Gramatikal Historis dengan pendekatan dari Douglas Stuart.  Dalam Kejadian 3:16, terdapat beberapa perbedaan pandangan maupun penafsiran berkaitan dengan teks ini, yang menyangkut peran, kesetaraan, dan tugas dari laki-laki maupun perempuan sehingga mempengaruhi hubungan antara laki-laki dan perempuan, khususnya dalam hubungan suami isteri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis berdasarkan langkah-langkah hermeneutik yang digunakan adalah bahwa makna teks ‘Engkau Akan Berahi Kepada Suamimu Dan Ia Akan Berkuasa Atasmu’ dalam Kejadian 3:16 ialah seorang isteri akan memiliki keinginan untuk mendominasi atau memiliki hasrat untuk menguasai atau mendominasi suami, sehingga suami harus menguasainya. Dalam kehidupan pernikahan, baik laki-laki maupun perempuan harus berusaha keras dalam membangun keharmonisan dalam pernikahan. Suami dan isteri harus berjuang bersama-sama untuk menghadapi konsekuensi yang telah ditimbulkan dari peristiwa kejatuhan.
Gereja Virtual: Integrasi Gagasan Menjaga Persekutuan Jarak Jauh Menurut Paulus Juan Rikson; Aldorio Flavius Lele
Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 4, No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jitpk.v4i1.848

Abstract

Penelitian ini menyinggung maraknya gereja virtual dalam hal pemafaatan teknologi. Namun masalah yang dihadapi ialah sulitnya membangung sebuah persekutuan sebagai salah satu tujuan gereja. Unik untuk diperhatikan bahwa persekutuan jarak jauh sudah ada sejak jemaat mula-mula terbentuk. Paulus berhadapan dengan persekutuan yang jarak jauh dan – sama seperti sekarang – memaksa Paulus menggunakan media yang ada (surat) untuk berinteraksi. Tetapi bagaimana gagasan Paulus tentang persekutuan jarak jauh sehingga Paulus mampu mempertahankan persekutan adalah fokus utamanya. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menerapkan prinsip hermeneutik terhadap Alkitab dan studi kepustakaan lainnya. Dari hasil penelitian, dijumpai beberapa hal dalam exordium Paulus tentang gagasan Paulus membangun persekutuan jarak jauh, diantaranya: (1) Mengingat jemaat dalam doa. Persekutuan jarak jauh membawa Paulus untuk selalu mengingat dan menggumuli persekutuan jarak jauh dalam doa. (2) Mengecek kehidupan rohani. Dalam suratnya, Paulus sering menyinggung tentang ungkapan syukurnya terhadap iman jemaat, yang menandakan Paulus memang sering mencari dan mendengar kabar iman dari jemaatnya. (3) Mengusahakan perkunjungan. Paulus menyadari kekurangan yang besar akan persekutuan yang dibangun dari jarak jauh, sehingga banyak kali dijumpai Paulus ingin mengadakan pertemuan secara langsung untuk persekutuan yang lebih dekat lagi dengan jemaatnya. AbstractThis research alludes to the rise of virtual churches in terms of the use of technology. But the problem faced is the difficulty of building a fellowship as one of the goals of the church. It is unique to note that long-distance fellowship has existed since the early church was formed. Paul was dealing with a long-distance fellowship and – just like now – forced Paul to use existing media (letters) to interact. But how Paul's idea of long-distance fellowship so that Paul can maintain the fellowship is the main focus. This study uses qualitative research by applying hermeneutic principles to the Bible and other literature studies. From the results of the research, several things were found in Paul's exordium regarding Paul's idea of building a long-distance fellowship, including (1) Remember the church in prayer. Long-distance fellowship led Paul to always remember and struggle with a long-distance fellowship in prayer. (2) Check spiritual life. In his letters, Paul often mentions his expression of gratitude for the faith of the congregation, which indicates that Paul often seeks and hears news of faith from his congregation. (3) Undertake visits. Paul was aware of the great shortage of fellowship that was built remotely, so many times he encountered Paul wanting to hold meetings in person for even closer fellowship with his congregation.
Melampaui Batas Tradisi: Kritik Teks terhadap Ayat-ayat Tambahan dalam Perjanjian Baru Aldorio Flavius Lele
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v8i2.1161

Abstract

Abstract. This research discusses the urgency of textual criticism in New Testament exegesis, highlighting the problem of incorrect copying, whether intentional or not, as well as dealing with theological doubts, especially regarding additional verses in several New Testament manuscripts. Using textual criticism methods, this research analyzed several controversial verses, such as Mark 16:9-20; John 5:3b-4; 7:53-8:11; 1 John 5:7b-8a; Matthew 6:13b; 17:21; 18:11. Research result showed that most of these additional verses are not found in reliable ancient manuscripts, raising doubts about their authenticity. Even though they have historical and traditional value, researchers emphasize that these additional verses are not part of God's true word and should not be considered as a guide to faith and behavior.Abstrak. Penelitian ini membahas urgensi kritik teks dalam eksegesis Perjanjian Baru, menyoroti masalah penyalinan yang salah, baik disengaja maupun tidak, serta menghadapi keraguan teologi terutama terkait ayat-ayat tambahan dalam beberapa naskah Perjanjian Baru. Melalui metode kritik tekstual, penelitian ini menganalisis beberapa ayat kontroversial, di antaranya Markus 16:9-20; Yohanes 5:3b-4; 7:53-8:11; 1 Yohanes 5:7b-8a; Matius 6:13b; 17:21; 18:11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ayat-ayat tambahan ini tidak ditemukan dalam naskah-naskah kuno terpercaya, menimbulkan keraguan akan keasliannya. Meskipun memiliki nilai historis dan nilai tradisi, peneliti menegaskan bahwa ayat-ayat tambahan ini bukan bagian dari firman Tuhan yang sejati dan tidak boleh dianggap sebagai pegangan iman dan perilaku.
Keramahan Kristen di Tengah Krisis: Menyikapi Isu Imigrasi Dan Pengungsi Dari Perspektif Kitab Imamat 19:33-34 Lele, Aldorio Flavius
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol. 5 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/jtki.v5i1.789

Abstract

This study explores the concept of Christian hospitality in response to immigration and refugee issues with reference to Leviticus 19:33-34. In the context of a global crisis, churches and Christian communities are called to show hospitality to refugees and immigrants, reflecting a commitment to provide help, support, and compassion to fellow human beings in distress. This research utilizes a qualitative approach with an in-depth analysis of the biblical text, especially Leviticus 19:33-34, and includes understanding the values, principles, and views related to hospitality. The results illustrate that the concept of Christian hospitality is placed in the context of holiness, emphasizing the importance of loving and welcoming strangers as a response to divine authority. Its theological implications include spiritual identity formation and bearing witness to God's love, while its practical implications form the basis for inclusive social policies and moral education.
Makna Teks "Engkau Akan Berahi Kepada Suamimu Dan Ia Akan Berkuasa Atasmu" Berdasarkan Kejadian 3:16 Rondonuwu, Priskila Riohvine; Lele, Aldorio Flavius
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol. 3 No. 2 (2022): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/jtki.v3i2.618

Abstract

Penelitian ini lebih berfokus kepada menentukan makna teks dan impliksinya berdasarkan langkah-langkah hermeneutik yang digunakan oleh penulis yakni menggunakan kajian Hermeneutik Biblika metode Gramatikal Historis dengan pendekatan dari Douglas Stuart.  Dalam Kejadian 3:16, terdapat beberapa perbedaan pandangan maupun penafsiran berkaitan dengan teks ini, yang menyangkut peran, kesetaraan, dan tugas dari laki-laki maupun perempuan sehingga mempengaruhi hubungan antara laki-laki dan perempuan, khususnya dalam hubungan suami isteri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis berdasarkan langkah-langkah hermeneutik yang digunakan adalah bahwa makna teks "Engkau Akan Berahi Kepada Suamimu Dan Ia Akan Berkuasa Atasmu" dalam Kejadian 3:16 ialah seorang isteri akan memiliki keinginan untuk mendominasi atau memiliki hasrat untuk menguasai atau mendominasi suami, sehingga suami harus menguasainya. Dalam kehidupan pernikahan, baik laki-laki maupun perempuan harus berusaha keras dalam membangun keharmonisan dalam pernikahan. Suami dan isteri harus berjuang bersama-sama untuk menghadapi konsekuensi yang telah ditimbulkan dari peristiwa kejatuhan.
Proses Pembuatan Potato Roll Crispy Tabuni, Omes; Mamoto, Heijen; Jaw, Afriana; Natanael, Joshua; Yikwa, Nison; Yikwa, Peenison; Lele, Aldorio Flavius
Khaliya Onomiyea: Jurnal Abdimas Nusantara Vol. 1 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Levinus Rumaseb Sentani, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61471/ko-jan.v1i2.23

Abstract

Penelitian ini membahas tentang olahan kentang sebagai bahan utama dari produk Potato Roll Crispy. Metode pembuatan produk ini meliputi proses pengolahan kentang, penggulungan dengan kulit lumpia, dan penggorengan dengan bumbu balado. Produk ini dievaluasi melalui uji organoleptik dan mendapat respon positif dari responden. Meskipun memiliki potensi sebagai jajanan baru, produk ini memiliki kelemahan seperti tekstur renyah yang kurang tahan lama dan kurangnya varian rasa. Untuk mengatasi kritik, perbaikan dilakukan dengan menghilangkan tambahan isian keju mozarela dan mengubah teknik penggulungan kulit lumpia. Penilaian uji organoleptik menonjol pada kategori rasa pada tingkat sangat suka mencapai 59,25% dan aroma pada tingkat suka mencapai 77,77%. Inovasi ini menghasilkan produk jualan yang cukup menguntungkan di masa kini dengan proses pembuatan yang cukup mudah.