Ida Nur Istina, Ida Nur
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Evaluation of Land Suitability and Financial Feasibility analysis For Land Use Planning in Riau Province Sutrisna, Nana; Istina, Ida Nur; Nurhayati, Nurhayati; Wibisono, M. Giiri
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education Vol 3 No 2 (2019): Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education (SJDGGE)
Publisher : Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (793.793 KB) | DOI: 10.24036/sjdgge.v3i2.214

Abstract

Land suitability evaluation and financial feasibility analysis are very important and necessary in land use planning, including which will develop plantation crops on peatlands. The purpose of these activities are to evaluate the suitability of the land and analyze the financial feasibility of agricultural commodities that will be developed namely coconut, sugar palm, areca nut, fragrant lemongrass and sugar cane. Land evaluation uses a survey method to collect data and information in the field and soil samples to be analyzed in the laboratory. Field data and the results of soil analysis obtained were analyzed using the Matching method (comparing the requirements for land use of commodities to be developed vs. Land quality). To facilitate reading the suitability of commodities to be developed, a land suitability map is made using Arc-GIS software. Financial feasibility analysis using investment valuation in financial aspects is assessed by the following criteria: Net Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR) and Net Present Value (NPV). The results showed that the commodities of sugar palm, coconut, areca nut, lemongrass, and sugarcane were in S3 land suitability classes (according to marginal) with limiting factors for root media, nutrient retention, and nutrient availability. The area for the development of sugar palm and coconut is 1,952 ha or around 27.1% of the PT. Uniseraya land, while areca nut, lemongrass and sugar cane are 1,466 ha or around 20.4%. If the planting system is carried out in monoculture, the commodity that provides the greatest benefits is Aren, then followed by Serai Wangi, Sugar Cane, Coconut, and Areca Palm. If the most beneficial polyculture is planted, Aren + Serai Wangi polyculture; then followed by Coconut + Aren; Kelapa + Lemongrass + Coffee; and Pinang + Lemongrass fragrant.
Analisis Pendapatan Usahatani Tumpangsari pada Peremajaan Kebun Kelapa Sawit Rakyat [Income Analysis Intercropping Farming System On Smallholder Oil Palm Replanting Area] Kusumawati, Sri Ambar; Yahya, Sudirman; Hariyadi, nfn; Mulatsih, Sri; Istina, Ida Nur
Buletin Palma Vol 20, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v20n1.2019.45-56

Abstract

The major problem rejuvenation on smallholder oil palm plantation is approximately three years loss of income, since the plants have not yet produced,. Loss of income for big companies does not affect of their survival, on the other hand, for smallholders (farmers,) it threatens the survival of the farmers’ family. This study was aimed to analyze the income of intercropping system on smallholder oil palm replanting, carried out in Bukit Jaya Village Ukui Sub-District, Pelalawan Regency, Riau Province, on a replanted 28-year-old oil palm plantation. The experiment was arranged in a Split Plot Design with main plot is three farmer’s units and subplot is four intercropped treatments (corn, soybeans, legume cover crops and natural vegetation) and  three replications. The results showed that corn productivities of planting season 1-3 consecutively were 5,01 t ha-1; 7,51 t ha-1and 6,57 t ha-1. Soybean were 1,60 t ha-1; 1,28 t ha-1 and 2,19 t ha-1. Production costs per ha were IDR. 11.550.000 for corn and IDR 9.955.000 for soybean. Farmer's income with local selling prices of corn, on average, was IDR. 3.280.623  per month per unit and soybean was IDR 636.518  per month per unit.  The average R/C value of corn was 2,66 and soybean was 1,33.  There was no significant effect of intercropping farming system treatments on the growth of oil palms trees for all of three farmers. The use of corn as intercropping provides benefits by obtaining the economic value of their crop yields, since corn was more profitable than soybean.ABSTRAKPermasalahan peremajaan kebun kelapa sawit adalah hilangnya pendapatan selama tanaman belum menghasilkan, kurang lebih tiga tahun. Kehilangan pendapatan bagi perusahaan besar tidak banyak berpengaruh pada perusahaan, namun bagi petani mengancam kelangsungan hidup keluarganya.  Penelitian ini bertujuan menganalisis pendapatan usaha tani tumpangsari dan pertumbuhan tanaman pokok, dilaksanakan di Desa Bukit Jaya Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, pada kebun kelapa sawit 28 tahun yang diremajakan.  Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan petak utamanya kapling petani sebanyak tiga, anak petaknya perlakuan empat tanaman sela (jagung, kedelai, kacangan dan vegetasi alami), diulang tiga kali.  Peubah amatan adalah pertumbuhan dan produk-tivitas jagung dan kedelai, biaya produksi, serta pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit.  Data dianalisis meng-gunakan SAS versi 9,4 dan analisis kelayakan R/C rasio.  Hasil penelitian menunjukkan produktivitas jagung musim tanam satu sampai tiga berturut-turut 5,01 t ha-1; 7,51 t ha-1 dan  6,57 t ha-1, atau rata-rata 6,36 t ha-1; kedelai 1,60 t ha-1; 1,28 t ha-1 dan 2,19 t ha-1 atau rata-rata 1,69 t ha-1. Biaya produksi jagung Rp. 11.550.000 per ha dan kedelai Rp. 9.955.000 per ha.  Pendapatan petani rata-rata per bulan per kapling dengan harga jual jagung Rp. 4.350 per kg dan kedelai Rp. 7.000 per kg adalah jagung sebesar Rp. 3.280.623 dan kedelai Rp. 636.518.  Rata-rata nilai R/C jagung 2,66 dan kedelai 1,33.  Dibandingkan dengan praktek baku dengan tanaman kacangan, tidak ada pengaruh perlakuan tanaman sela terhadap pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit pada semua petani. Penanaman tanaman sela jagung pada lahan peremajaan kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibanding kedelai. ABSTRAKSalah satu permasalahan peremajaan kebun kelapa sawit rakyat adalah hilangnya pendapatan pekebun selama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan, paling kurang tiga tahun.  Penelitian ini menganalisis  pendapatan usaha tani tumpangsari pada peremajaan kebun kelapa sawit rakyat.  Penelitian dilaksanakan di Desa Bukit Jaya Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, pada kebun kelapa sawit rakyat umur 28 tahun yang diremajakan.  Penelitian menggunakan rancangan Split-Plot dengan petak utamanya kapling petani sebanyak tiga kapling, sebagai anak petaknya empat perlakuan tanaman tumpangsari yaitu jagung, kedelai, kacangan dan vegetasi alami, dan ulangan tiga kali.  Peubah amatan adalah pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung dan kedelai, biaya produksi, serta pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit.  Data dianalisis menggunakan SAS versi 9.4 dan analisis kelayakan R/C rasio.  Hasil penelitian menunjukkan produktivitas jagung musim tanam satu sampai tiga berturut-turut 4,850 t ha-1; 7,503 t ha-1 dan  6,578 t ha-1, atau rata-rata 6,31 t ha-1;   kedelai 1,603 t ha-1, 1,275 t ha-1 dan 2,193 t ha-1 atau rata-rata 1,69 t ha-1. Biaya produksi jagung Rp. 10.250.000,- per ha dan kedelai Rp 7.850.000,- per ha.  Pendapatan petani rata-rata per ha per musim tanam dengan harga jual jagung Rp. 4.350,- per kg dan kedelai Rp. 7.000,- per kg adalah jagung sebesar Rp. 17.424.950,- dan kedelai Rp. 3.982.333,-.  Rata-rata nilai R/C jagung 2,73 dan kedelai 1,51.  Dibandingkan dengan praktek baku dengan tanaman kacangan, tidak ada pengaruh perlakuan tanaman sela pada pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit pada semua petani. Penanaman tanaman sela jagung pada lahan peremajaan kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibanding kedelai.