Rista D. Soetikno, Rista D.
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbedaan Intensitas Penyengatan Meningeal Hasil MRI antara Sekuens T2 FLAIR Post Contrast dan T1WI Post Contrast Gadolinium-DTPA dalam Mendeteksi Penyangatan Meningeal pada Kasus Meningitis Tuberkulosis Hendarin, Arie; Soetikno, Rista D.; Nugraha, Harry Galuh
Majalah Kedokteran Bandung Vol 49, No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1379.365 KB) | DOI: 10.15395/mkb.v49n3.1117

Abstract

Diagnosis meningitis TB terutama pada kasus possible dan probable sulit ditegakkan. Pemeriksaan MRI kepala dengan kontras Gadolinium-DTPA adalah modalitas radiologi yang paling sensitif untuk membantu mendiagnosis penyakit ini. Penyangatan meningeal di daerah basal merupakan gambaran MRI yang paling banyak ditemukan pada meningitis TB. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan peningkatan intensitas sinyal meningen sekuens T2-FLAIR dengan T1WI pada pasien meningitis tuberkulosis menggunakan pemeriksaan MRI kepala dengan kontras Gadolinium-DTPA di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Januari 2015–Juni 2016. Subjek penelitian sebanyak 21 orang dengan meningitis TB dilakukan pemeriksaan MRI kepala dengan kontras Gadolinium-DTPA. Analisis statistik komparatif dilakukan untuk menguji perbedaan peningkatan intensitas sinyal meningen sekuens T2-FLAIR post contrast dengan T1WI post contrast. Hasil penelitian menujukkan rerata peningkatan intensitas sinyal meningen sekuen T2-FLAIR (∆T2-FLAIR) sebesar 360,59±182,19 aμ sedangkan T1WI (∆T1WI) sebesar 126,47±72,57 aμ. Hasil uji statistik menggunakan uji T pada derajat kepercayaan 95% menunjukkan perbedaan yang bermakna ∆T2-FLAIR dengan ∆T1WI pada nilai p=0,000. Sebagai simpulan didapatkan peningkatan intensitas sinyal meningen sekuens T2-FLAIR post contrast lebih besar daripada T1WI post contrast pada kasus meningitis TB.  [MKB. 2017;49(3):172–78]Kata kunci: Meningitis tuberkulosis, MRI sekuens T1WI dan T2-FLAIR, penyangatan meningealDifference between Gadolinium-DTPA Enhanced T2 FLAIR Sequence and T1WI Sequence MRI in Detecting Meningeal Enhancement in Tuberculous MeningitisThe diagnosis of TB meningitis, especially in possible and probable cases, is difficult. Contrast-enhanced MRI of the head with Gadolinium-DTPA is the most sensitive imaging modality that supports diagnosis of this disease. The most common presentation of TB meningitis in MRI is basal meningeal enhancement. The objective of this study was to determine the difference in the increase of T2-FLAIR and T1WI sequence meningeal signal intensity of in patients with tuberculous meningitis using contrast-enhanced MRI of the head with Gadolinium-DTPA in Dr. Hasan Sadikin General Hospital from January 2015–June 2016. Contrast enhanced MRI examination was conducted in 21 subjects with TB meningitis. Statistical analysis was performed to examine the difference in the increase in meningeal signal intensity of post contrast T2-FLAIR and post contrast T1WI. The result showed that the mean increases in meningeal signal intensity of T2-FLAIR (ΔT2-FLAIR) and T1WI (ΔT1WI) were  360.59±182.19 au and 126.47±72.57 aμ respectively. Statistical test results using T test at 95% confidence level indicated that there was a difference between ΔT2-FLAIR and ΔT1WI at p-value=0.000. In conclusion, the mean increase in meningeal signal intensity of post contrast T2-FLAIR is greater than in the post contrast T1WI in TB meningitis. [MKB. 2017;49(3):172–78]Key words: Meningeal enhancement, T1WI and T2-FLAIR sequence MRI, tuberculous meningitis
INTERAKSI ANTIBODI MONOKLONAL NIMOTUZUMAB DENGAN RESEPTOR HER-1 YANG DIEKSPRESIKAN GLIOMA SEREBRI Mashuri, -; Soetikno, Rista D.; Mutalib, A.
Majalah Kedokteran Bandung Vol 45, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (881.875 KB)

Abstract

Human epidermal receptor (HER-1) merupakan anggota famili epidermal growth factor receptor (EGFR) yang banyak diekspresikan glioma. Interaksi HER-1 dengan antibodi monoklonal (Mab) merupakan salah satu pendekatan untuk diagnosis dikaitkan dengan kespesifikan interaksinya yang lebih terarah dalam mencapai target molekul. Penelitian ini bertujuan menganalisis interaksi antara antibodi monoklonal nimotuzumab dan reseptor HER-1 yang diekspresikan glioma serebri. Penelitian menggunakan metode studi analitik korelasional dengan rancangan eksperimental untuk menilai interaksi antibodi monoklonal nimotuzumab (Mab) dengan reseptor HER-1 yang diekspresikan cell-line glioma. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) Badan Tenaga Atom Nasional, Serpong Tangerang periode Januari?Juli 2012. Subjek penelitian cell-line glioma yang didapat dari American Type Culture Collection (ATCC), diinkubasi dengan sejumlah nimotuzumab dengan konsentrasi yang berbeda-beda secara berturut-turut 0,22; 0,11; 0,055; 0,0275; 0,01375 pM, selanjutnya dilakukan penentuan interaksi nimotuzumab dengan HER-1 secara in vitro menggunakan Formula Scatchard. Nilai interaksi ditunjukkan dengan nilai tetapan disosiasi dan kerapatan reseptor dengan nilai Bmax. Hasil penelitian menunjukkan korelasi kuat antara konsentrasi nimotuzumab dan HER-1 yang diekspresikan glioma serebri (r=0,922;p<0,001). Nilai Kd nimotuzumab didapatkan 6x10-7 M dan nilai Bmax sebesar 1,64x10-5 mol/mg protein. Simpulan, terdapat interaksi antara antibodi monoklonal nimotuzumab dan reseptor HER-1 yang diekspresikan cell-line glioma serebri. [MKB. 2013;45(2):86?90]Kata kunci: Afinitas pengikatan, antibodi monoklonal, glioma, HER-1, nimotuzumabInteraction of Nimotuzumab Monoclonal Antibody with Human Epidermal Receptor-1 Expressed by Cerebral GliomaHuman epidermal receptor (HER-1) is a family member of the epidermal growth factor receptor (EGFR) which is widely expressed in glioma. Interaction of the monoclonal antibody with the HER-1 is a diagnosis approach which is associated with the specificities of a more targeted interactions in reaching the target molecule. This study aims to analyze the interaction between nimotuzumab monoclonal antibody and HER-1 receptor expressed by cerebral gliomas. This study is using correlational analytic studies with an experimental design to assess the interaction of nimotuzumab monoclonal antibody to HER-1 expressed by glioma cell line. This research was conducted in Center for Radioisotopes and Radiopharmaceuticals Laboratory, National Nuclear Energy Agency, Serpong, Tangerang in January?July 2012. Subjects were glioma cell lines obtained from the American Type Culture Collection (ATCC)which were incubated with nimotuzumab in different concentrations, i.e. 0.22, 0.11, 0.055, 0.0275, 0.01375 pM, respectively. Furthermore, the determination of the in vitro interaction of nimotuzumab with HER-1 was conducted using Scatchard formula. The value of the interaction is shown by the value of the dissociation constant and receptor density indicated by the Bmax value. The results showed a strong correlation between the concentration of nimotuzumab with HER-1 expressed by cerebral gliomas (r=0.922, p<0.001). Thenimotuzumab Kd value obtained was 6x10-7 M while the Bmax value was 1.64 x10-5 mol/mg proteins. In conclusion, there is an interaction between monoclonal antibody nimotuzumab with HER-1 expressed by the cerebral glioma cell line. [MKB. 2013;45(2):86?90]Key words: Binding affinity, glioma, HER-1, monoclonal antibodies, nimotuzumab DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v45n2.88