Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Differences in Mechanisms of Orographic Rainfall over West Sumatra (Case Study: 10 April and 23 April 2004) Harjupa, Wendi; Shimomai, Toyoshi; Hashiguchi, Hiroyuki; Fujiyoshi, Yasushi; Kawashima, Masayuki
Jurnal Ilmu Fisika Vol 13, No 1 (2021): Published in March 2021
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jif.13.1.8-17.2021

Abstract

Two different mechanisms of orographic rainfall enhancement  in West Sumatra were investigated utilizing observed data during the Coupling Processes in the Equatorial Atmosphere (CPEA)-I campaign. The variation of the atmospheric conditions during the campaign was shown by rainfall, surface wind, humidity, and stability index. An X-band Doppler radar captured the atmospheric conditions related to the enhancement of orographic rainfall mechanisms. The dry and less stable atmospheric conditions resulted in the convective type of rainfall. In contrast, the humid and stable atmospheric conditions brought the large-scale rainfall in the mountainous region where the events took place coincided with the inactive and active MJO phases..
Perbandingan Karakteristik Distribusi Butiran Hujan yang Berasal dari Awan Laut dan Awan Darat di Kototabang Nur Fadillah; Marzuki Marzuki; Wendi Harjupa; Toyoshi Shimomai; Hiroyuki Hashiguchi
Jurnal Fisika Unand Vol 5 No 3 (2016)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.273 KB) | DOI: 10.25077/jfu.5.3.273-282.2016

Abstract

Karakteristik distribusi ukuran butiran hujan atau raindrop size distribution (RDSD) dari hujan yang berasal dari awan laut dan awan darat di Kototabang, Sumatera Barat, telah dibandingkan. Asal hujan diamati menggunakan X-band Doppler radar (XDR) selama proyek Coupling Processes in the Equatorial Atmosphere (CPEA)-I (10 April 2004 - 9 Mei 2004). Data RDSD berasal dari pengamatan two-dimensional video disdrometer (2DVD). RDSD dimodelkan dengan distribusi gamma dan parameternya didapatkan menggunakan metode momen. Dari penelitian ini terlihat bahwa intensitas curah hujan yang tinggi lebih banyak pada hujan dari awan darat dibandingkan dengan yang dari awan laut. Selain itu, butiran hujan yang berukuran besar pada awan darat lebih banyak daripada awan laut. Banyaknya butiran hujan dengan ukuran yang besar ini berdampak kepada nilai radar reflectivity (Z) pada awan darat yang lebih besar dibandingkan dengan awan laut untuk intensitas curah hujan yang sama. Hal ini mengakibatkan persamaan Z-R antara awan darat dan awan laut berbeda dimana nilai koefisien A dari persamaan Z-R untuk awan darat lebih besar daripada awan laut. Dengan demikian, perbedaan karaktersitik RDSD antara awan darat dan laut sebaiknya dipertimbangkan dalam pengembangan radar meteorologi di kawasan tropis. Penggunaan Z-R tunggal (Z = 200R1,6) untuk mengkoversi data radar cuaca di Sumatera terutama Sumatera Barat tidak akan akurat terutama untuk hujan dari awan laut.Kata kunci: distribusi butiran hujan (RDSD), awan darat, awan laut, Kototabang
ANALISIS VARIABILITAS TEMPERATUR UDARA DI DAERAH KOTOTABANG PERIODE 2003 – 2012 Wildan Hafni; Dwi Pujiastuti; Wendi Harjupa
Jurnal Fisika Unand Vol 4 No 2: April 2015
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1368.391 KB) | DOI: 10.25077/jfu.4.2.%p.2015

Abstract

ABSTRAKTelah dilakukan penelitian tentang analisis variabilitas temperatur udara selama periode 2003-2012 di daerah Kototabang. Temperatur udara diukur dengan optical rain gauge (ORG) dengan sampling data temperatur setiap satu menit. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai batas atas tertinggi yaitu 32,2 °C dan nilai batas bawah terendah yaitu 19,0 °C. Pola rata-rata temperatur di Kototabang mulai mengalami kenaikan pada pukul 07:00–08:00 WIB dan mengalami puncaknya pada pukul 12:00–13:00 WIB. Dari pukul 13:00-14:00 temperatur mengalami penurunan hingga pada pukul 19:00–20:00 WIB dan temperatur mulai stabil hingga pukul 23:00-24:00 WIB. Nilai rata-rata temperatur harian tertinggi di Kototabang terjadi pada tanggal 11 Juni 2010 yaitu sebesar 25,4 °C dan nilai rata-rata temperatur terendah terjadi pada tanggal 3 September 2007 yaitu sebesar 18,8 °C. Temperatur bulanan tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu 23 °C dan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 22 °C. Rata-rata temperatur bulanan tertinggi terjadi pada saat curah hujan bulanan terendah dan begitu pula sebaliknya. Temperatur tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu 22,4 °C dan yang terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu 21,9 °C. Secara umum kenaikan dan penurunan temperatur masih berada dalam range batas atas dan batas bawah kecuali untuk rata-rata temperatur harian terendah. Faktor lokal masih mendominasi pola temperatur di Kototabang dan tidak adanya kecendrungan kenaikan temperatur di Kototabang akibat faktor global.Kata kunci : Variabilitas, temperatur udara, KototabangAbstractThe research about variability analysis of air temperature for 2003-2012 in Kototabang area has been conducted.  Air temperature were measured using optical rain gauge (ORG) with temperature data sampling was every minute. Results show that the value of upper limit was 32.2 °C and the value of lower limit was 19.0 °C. The average daily temperature in Kototabang start to increased at 07:00-08:00 and the reached the highest value at 12:00-13:00. The temperature decreased from 13:00-14:00 until 19:00-20:00 and start to stabile at 23:00-24:00. The highest of average daily temperature occurred at June 11, 2010 that was 25.4 °C. The lowest average daily temperature occurred at September 3, 2007. Its value was 18.8 °C. The highest monthly temperature was 23 °C in May and the lowest temperature was 22 °C in December.  The highest monthly temperature occurred when the rainfall was the lowest and the lowest temperature occurred when the rainfall was the highest. The highest annual temperature was 22.4 °C in 2003 and the lower annual temperature was 21.9 °C in 2008. In general, the increasing and decreasing of temperature was still in upper and lower limit, axcept for the lower average daily temperature.  Local factor was still predominate the temperature pattern in Kototabang and there was no increasing temperature trend that caused by global factor in Kototabang.Keywords : Variability, air temperature, Kototabang
Differences in Mechanisms of Orographic Rainfall over West Sumatra (Case Study: 10 April and 23 April 2004) Wendi Harjupa; Toyoshi Shimomai; Hiroyuki Hashiguchi; Yasushi Fujiyoshi; Masayuki Kawashima
Jurnal Ilmu Fisika Vol 13 No 1 (2021): March 2021
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jif.13.1.8-17.2021

Abstract

Two different mechanisms of orographic rainfall enhancement  in West Sumatra were investigated utilizing observed data during the Coupling Processes in the Equatorial Atmosphere (CPEA)-I campaign. The variation of the atmospheric conditions during the campaign was shown by rainfall, surface wind, humidity, and stability index. An X-band Doppler radar captured the atmospheric conditions related to the enhancement of orographic rainfall mechanisms. The dry and less stable atmospheric conditions resulted in the convective type of rainfall. In contrast, the humid and stable atmospheric conditions brought the large-scale rainfall in the mountainous region where the events took place coincided with the inactive and active MJO phases..
Prediksi Curah Hujan Dari Data Satelit Himawari-8 Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor (KNN) Hikmah Nisya; Casi Setianingsih; Wendi Harjupa
eProceedings of Engineering Vol 10, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak— cuaca adalah fenomena yang terjadi di atmosfer bumi yang berlangsung selama beberapa hari, dan yang berlangsung lama disebut iklim. Kondisi cuaca saat ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti suhu, tekanan udara, kecepatan angin, kelembapan udara, dan curah hujan. Perkiraan cuaca di Indonesia tidak menentu dan akan berubah setiap minggunya. Untuk memprediksi suhu dan kondisi cuaca secara akurat di suatu tempat, diperlukan teknologi yang dapat menganalisa dan memprediksi suhu dan kondisi cuaca di daerah tersebut. Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah aplikasi Machine Learning (ML). penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini membahas tentang prediksi suhu awan dan hujan menggunakan data dari Satelit Himawari-8 dengan menerapkan metode K-Nearest Neighbor (KNN). Hasil prediksi yang telah didapatkan akan dibandingkan Kembali untuk mengetahui dan menilai kesesuaian hasil. Prediksi dengan fakta yang terjadi secara langsung untuk mendapatkan hasil prediksi yang optimal. Dalam prediksi hujan ini menggunakan NetCDF (ekstensi .nc) untuk melakukan proses prediksi, untuk memprediksi suhu awan dan hujan digunakan metode K-Nearest Neighbor (KNN) dengan titik acuan suhu. Pengujian data dari 180 dataset telah dilakukan dan telah diperoleh hasil akurasi tertinggi beserta peta plot. Tingkat akurasi yang dihasilkan adalah 90-100 %.Kata kunci— Curah hujan, suhu awan, Himawari -8, Machine Learning, K-Nearest Neighbor.
ANALISIS VARIABILITAS TEMPERATUR UDARA DI DAERAH KOTOTABANG PERIODE 2003 – 2012 Wildan Hafni; Dwi Pujiastuti; Wendi Harjupa
Jurnal Fisika Unand Vol 4 No 2: April 2015
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.4.2.%p.2015

Abstract

ABSTRAKTelah dilakukan penelitian tentang analisis variabilitas temperatur udara selama periode 2003-2012 di daerah Kototabang. Temperatur udara diukur dengan optical rain gauge (ORG) dengan sampling data temperatur setiap satu menit. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai batas atas tertinggi yaitu 32,2 °C dan nilai batas bawah terendah yaitu 19,0 °C. Pola rata-rata temperatur di Kototabang mulai mengalami kenaikan pada pukul 07:00–08:00 WIB dan mengalami puncaknya pada pukul 12:00–13:00 WIB. Dari pukul 13:00-14:00 temperatur mengalami penurunan hingga pada pukul 19:00–20:00 WIB dan temperatur mulai stabil hingga pukul 23:00-24:00 WIB. Nilai rata-rata temperatur harian tertinggi di Kototabang terjadi pada tanggal 11 Juni 2010 yaitu sebesar 25,4 °C dan nilai rata-rata temperatur terendah terjadi pada tanggal 3 September 2007 yaitu sebesar 18,8 °C. Temperatur bulanan tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu 23 °C dan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 22 °C. Rata-rata temperatur bulanan tertinggi terjadi pada saat curah hujan bulanan terendah dan begitu pula sebaliknya. Temperatur tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu 22,4 °C dan yang terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu 21,9 °C. Secara umum kenaikan dan penurunan temperatur masih berada dalam range batas atas dan batas bawah kecuali untuk rata-rata temperatur harian terendah. Faktor lokal masih mendominasi pola temperatur di Kototabang dan tidak adanya kecendrungan kenaikan temperatur di Kototabang akibat faktor global.Kata kunci : Variabilitas, temperatur udara, KototabangAbstractThe research about variability analysis of air temperature for 2003-2012 in Kototabang area has been conducted.  Air temperature were measured using optical rain gauge (ORG) with temperature data sampling was every minute. Results show that the value of upper limit was 32.2 °C and the value of lower limit was 19.0 °C. The average daily temperature in Kototabang start to increased at 07:00-08:00 and the reached the highest value at 12:00-13:00. The temperature decreased from 13:00-14:00 until 19:00-20:00 and start to stabile at 23:00-24:00. The highest of average daily temperature occurred at June 11, 2010 that was 25.4 °C. The lowest average daily temperature occurred at September 3, 2007. Its value was 18.8 °C. The highest monthly temperature was 23 °C in May and the lowest temperature was 22 °C in December.  The highest monthly temperature occurred when the rainfall was the lowest and the lowest temperature occurred when the rainfall was the highest. The highest annual temperature was 22.4 °C in 2003 and the lower annual temperature was 21.9 °C in 2008. In general, the increasing and decreasing of temperature was still in upper and lower limit, axcept for the lower average daily temperature.  Local factor was still predominate the temperature pattern in Kototabang and there was no increasing temperature trend that caused by global factor in Kototabang.Keywords : Variability, air temperature, Kototabang
Perbandingan Karakteristik Distribusi Butiran Hujan yang Berasal dari Awan Laut dan Awan Darat di Kototabang Nur Fadillah; Marzuki Marzuki; Wendi Harjupa; Toyoshi Shimomai; Hiroyuki Hashiguchi
Jurnal Fisika Unand Vol 5 No 3 (2016)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.5.3.273-282.2016

Abstract

Karakteristik distribusi ukuran butiran hujan atau raindrop size distribution (RDSD) dari hujan yang berasal dari awan laut dan awan darat di Kototabang, Sumatera Barat, telah dibandingkan. Asal hujan diamati menggunakan X-band Doppler radar (XDR) selama proyek Coupling Processes in the Equatorial Atmosphere (CPEA)-I (10 April 2004 - 9 Mei 2004). Data RDSD berasal dari pengamatan two-dimensional video disdrometer (2DVD). RDSD dimodelkan dengan distribusi gamma dan parameternya didapatkan menggunakan metode momen. Dari penelitian ini terlihat bahwa intensitas curah hujan yang tinggi lebih banyak pada hujan dari awan darat dibandingkan dengan yang dari awan laut. Selain itu, butiran hujan yang berukuran besar pada awan darat lebih banyak daripada awan laut. Banyaknya butiran hujan dengan ukuran yang besar ini berdampak kepada nilai radar reflectivity (Z) pada awan darat yang lebih besar dibandingkan dengan awan laut untuk intensitas curah hujan yang sama. Hal ini mengakibatkan persamaan Z-R antara awan darat dan awan laut berbeda dimana nilai koefisien A dari persamaan Z-R untuk awan darat lebih besar daripada awan laut. Dengan demikian, perbedaan karaktersitik RDSD antara awan darat dan laut sebaiknya dipertimbangkan dalam pengembangan radar meteorologi di kawasan tropis. Penggunaan Z-R tunggal (Z = 200R1,6) untuk mengkoversi data radar cuaca di Sumatera terutama Sumatera Barat tidak akan akurat terutama untuk hujan dari awan laut.Kata kunci: distribusi butiran hujan (RDSD), awan darat, awan laut, Kototabang