Inflamasi adalah respon alami yang terjadi pada kerusakan jaringan. Untuk menyembuhkan inflamasi orang biasa menggunakan AINS (antiinflamasi non steroid). Antiinflamsi nonsteroid (AINS) yang secara spesifik mempunyai sejarah yang panjang dan banyak menimbulkan kontroversi serta efek samping. Salah satu tanaman obat yang digunakan secara empirik untuk pengobatan secara tradisional adalah sirih merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.). Tanaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi obat untuk antiinflamasi karena mengandung flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti efek antiinflamasi sirih merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) menggunakan metode induksi karagenin pada tikus. Untuk pengukuran aktivitas antiinflamasi digunakan 5 kelompok yang berbeda, dan sirih merah diberikan dengan dosis 25mg/kgBB, 50mg/kgBB, dan 100mg/kgBB. Asetosal digunakan sebagai kontrol positif. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa reduksi inflamasi adalah 77.58% untuk asetosal, 72.3% untuk ekstrak 25mg/kgBB, 85.60% untuk ekstrak 50mg/kgBB, dan 81.02% untuk ekstrak 100mg/kgBB. Ekstrak dengan dosis 50mg/kgBB menunjukkan efek antiinflamasi yang paling besar diantara dosis yang digunakan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak sirih merah memberikan efek antiinflamasi yang menjanjikan.