Asmaran Asmaran, Asmaran
IAIN Antasari

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TAREKAT-TAREKAT DI KALIMANTAN SELATAN ( Alawiyyah, Sammniyyah dan Tijniyyah ) Asmaran, Asmaran
Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol 12, No 2 (2013)
Publisher : Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.908 KB) | DOI: 10.18592/al-banjari.v12i2.445

Abstract

There is no doubt that islamization of Nusantara can not be separated from significant role of sufism. The term "wals" in Indonesia, for example, refers to preachers or spreaders of Islam in the earlies periods of its history, and with same meaning the "datu" in South Kalimantan, such as Datu Kelampayan (attributed to the prominent Islamic leader, lim, Muhammad Arsyad al-Banjr). Based on this historical background, it is not strange that sufi orders developed rapidly in South Kalimantan. According to the scientific researches conducted, in South Kalimantan found Junaidiyyah, Naqsabandiyyah, Naqsabandiyyah-Khalidiyyah, Qadiriyyah-Naqsabandiyyah, Alawiyyah, Sammniyyah, and Tijniyyah. This article is discussion on the three latter orders; some of them took root in ulamas networks in middle east, but the others in Java
MEMBACA FENOMENA ZIARAH WALI DI INDONESIA: MEMAHAMI TRADISI TABARRUK DAN TAWASSUL Asmaran, Asmaran
Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol 17, No 2 (2018)
Publisher : Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.673 KB) | DOI: 10.18592/al-banjari.v17i2.2128

Abstract

Pilgrimage, tabarruk (seeking blessings) and tawassul (mediation) are three interrelated activities. A person who does such journey usually aims for the blessing of the Islamic scholars or the saints whose grave to be visited. This article analysed the phenomenon of Pilgrimage in Indonesia, especially in South Kalimantan.  Applying theological-normative approach, this study is expected to help the reader understand which activities of tawassul are allowed and which are not. Pilgrimage was once prohibited by Prophet Muhammad SAW, but, then allowed due to the reason that Moslems have possessed stronger faith.  Tabarruk and tawassul are somewhat prohibited. Based on the existed arguments, Tabarruk and tawassul is allowed in the sense that seeking blessings and meditating is on the virtues of the saints who have the privilege (karamah) from Allah SWT and believe that the will and consent is only from Allah SWT.Ziarah kubur, tabarruk (mencari berkah) dan tawassul (bermediasi) adalah tiga kegiatan yang saling berhubungan. Ketika seseorang berziarah kadang-kadang tujuannya adalah mencari berkah (tabarruk) sekaligus bermediasi (tawassul) dengan perantaraan berkah ulama atau wali yang berkubur di makam yang diziarahi. Tulisan ini bermaksud menganalisis fenomena ziarah wali yang marak di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan. Dengan pendekatan teologis-normatif, kajian ini diharapkan dapat membantu pembaca memahami mana aktivitas tawassul yang boleh dilakukan dan mana yang terlarang dengan alasan yang lebih kuat, berdasar dalil yang saheh atau mu’tabar. Ziarah awalnya pernah dilarang Nabi saw, kemudian dibolehkan karena orang Islam sudah kuat imannya. Tabarruk dan tawassul memang ada yang dilarang. Berdasarkan dalil-dalil yang ada, mencari berkah dan bermediasi pada prinsipnya dibolehkan asal jangan sampai mensyarikatkan Allah Swt, dalam arti ketika mencari berkah dan bermediasi kepada orang-orang saleh yang mendapat keistimewaan (karamah) dari Allah Swt bukan mereka itu yang mampu memberi mannfaat atau sebaliknya tetapi semuanya atas kekendak dan izin Allah Swt semata.
TAREKAT-TAREKAT DI KALIMANTAN SELATAN ( ALAWIYYAH, SAMMNIYYAH DAN TIJNIYYAH ) Asmaran, Asmaran
Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol 12, No 2 (2013)
Publisher : Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.908 KB) | DOI: 10.18592/al-banjari.v12i2.445

Abstract

There is no doubt that islamization of Nusantara can not be separated from significant role of sufism. The term "wals" in Indonesia, for example, refers to preachers or spreaders of Islam in the earlies periods of its history, and with same meaning the "datu" in South Kalimantan, such as Datu Kelampayan (attributed to the prominent Islamic leader, 'lim, Muhammad Arsyad al-Banjr). Based on this historical background, it is not strange that sufi orders developed rapidly in South Kalimantan. According to the scientific researches conducted, in South Kalimantan found Junaidiyyah, Naqsabandiyyah, Naqsabandiyyah-Khalidiyyah, Qadiriyyah-Naqsabandiyyah, Alawiyyah, Sammniyyah, and Tijniyyah. This article is discussion on the three latter orders; some of them took root in ulama's networks in middle east, but the others in Java
MEMBACA FENOMENA ZIARAH WALI DI INDONESIA: MEMAHAMI TRADISI TABARRUK DAN TAWASSUL Asmaran, Asmaran
Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol 17, No 2 (2018)
Publisher : Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.673 KB) | DOI: 10.18592/al-banjari.v17i2.2128

Abstract

Pilgrimage, tabarruk (seeking blessings) and tawassul (mediation) are three interrelated activities. A person who does such journey usually aims for the blessing of the Islamic scholars or the saints whose grave to be visited. This article analysed the phenomenon of Pilgrimage in Indonesia, especially in South Kalimantan.  Applying theological-normative approach, this study is expected to help the reader understand which activities of tawassul are allowed and which are not. Pilgrimage was once prohibited by Prophet Muhammad SAW, but, then allowed due to the reason that Moslems have possessed stronger faith.  Tabarruk and tawassul are somewhat prohibited. Based on the existed arguments, Tabarruk and tawassul is allowed in the sense that seeking blessings and meditating is on the virtues of the saints who have the privilege (karamah) from Allah SWT and believe that the will and consent is only from Allah SWT.Ziarah kubur, tabarruk (mencari berkah) dan tawassul (bermediasi) adalah tiga kegiatan yang saling berhubungan. Ketika seseorang berziarah kadang-kadang tujuannya adalah mencari berkah (tabarruk) sekaligus bermediasi (tawassul) dengan perantaraan berkah ulama atau wali yang berkubur di makam yang diziarahi. Tulisan ini bermaksud menganalisis fenomena ziarah wali yang marak di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan. Dengan pendekatan teologis-normatif, kajian ini diharapkan dapat membantu pembaca memahami mana aktivitas tawassul yang boleh dilakukan dan mana yang terlarang dengan alasan yang lebih kuat, berdasar dalil yang saheh atau mu?tabar. Ziarah awalnya pernah dilarang Nabi saw, kemudian dibolehkan karena orang Islam sudah kuat imannya. Tabarruk dan tawassul memang ada yang dilarang. Berdasarkan dalil-dalil yang ada, mencari berkah dan bermediasi pada prinsipnya dibolehkan asal jangan sampai mensyarikatkan Allah Swt, dalam arti ketika mencari berkah dan bermediasi kepada orang-orang saleh yang mendapat keistimewaan (karamah) dari Allah Swt bukan mereka itu yang mampu memberi mannfaat atau sebaliknya tetapi semuanya atas kekendak dan izin Allah Swt semata.
TERAPI SUFISTIK ATAS PROBLEMA KEJIWAAN Asmaran, Asmaran
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 6, No 2 (2008)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v6i2.3073

Abstract

Menurut sufi berbagai penyakit kejiwaan yang dialami oleh manusia dari dulu hingga sekarang, karena terpisahnya manusia dari sumber asalnya, yaitu Tuhan. Karena itu sufi berusaha menyadarkan manusia agar hidupnya selalu bersama Tuhan. Agar Tuhan bisa hadir dalam hidupnya, ia harus terlebih dahulu membersihkan hatinya dari perasaan dan pikiran negatif, yang secara simultan ia harus mengisi jiwa dengan perasaan dan pikiran positif. Diharapkan ia akan merasakan kehadiran Tuhan. Jika Tuhan hadir dalam jiwa, maka tidak lagi yang lain bisa menggoyang hatiya yang telah merasa damai ketika dia selalu bersama? Nya
Dinamika Kemandirian Mahasiswa Perantauan Fauzia, Nadia; Asmaran, Asmaran; Komalasari, Shanty
Jurnal Al-Husna Vol. 1 No. 3 (2020): Desember 2020
Publisher : Islamic Psychology Study Program, Faculty of Ushluddin and Humanities, UIN Antasari Banj

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/jah.v1i3.3918

Abstract

The purpose of this study is to discuss the dynamics of the independence of UIN Antasari Banjarmasin students and what factors are behind the independence of UIN Antasari Banjarmasin students. The reason is because overseas there are changes in conditions and situations, so that students who leave will experience dynamics of independence. This type of research is a qualitative descriptive research approach. Selection of subjects using purposive sampling technique, which is based on the characteristics of the subject in accordance with the research objectives to be carried out. The object of this research is the dynamics of independence, the subject is 5 overseas students. Data collection techniques using interviews and observations. Based on the results of research that overseas students of UIN Antasari Banjarmasin need a process to be independent in living their lives overseas. That is because overseas there has been a change. Factors that influence the dynamics of independence of overseas students at UIN Antasari Banjarmasin are factors of parenting style, the order of children in the family, age and the education system in schools.