Sri Larnani
Departemen Biomedika Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Efek Pemberian Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Barbadensis Miller) pada Soket Gigi terhadap Kepadatan Serabut Kolagen Pasca Ekstraksi Gigi Marmut (Cavia Porcellus) Yuza, Fatma; Wahyudi, Ivan Arie; Larnani, Sri
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 21, No 2 (2014)
Publisher : Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tindakan ekstraksi gigi menyebabkan terjadinya luka sehingga akan melibatkan proses penyembuhan luka padajaringan. Salah satu tahap penting dari proses penyembuhan luka pasca esktraksi gigi adalah terbentuknya serabutkolagen. Lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) mengandung saponin, vitamin C dan acemannan yang diduga membantuproses pembentukan serabut kolagen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buayaterhadap kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi marmut (Cavia porcellus).Lidah buaya yang digunakan berasal dari Sleman, Yogyakarta. Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasidan pelarut air. Selanjutnya, dua puluh tujuh ekor marmut dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.Kelompok perlakuan terdiri dari kelompok ekstrak lidah buaya 45% dan 90%. Ekstrak lidah buaya sebanyak 0,05mlditeteskan kedalam soket gigi marmut pasca ekstraksi gigi pada kelompok perlakuan. Soket gigi marmut kelompokkontrol tidak diberi aplikasi zat aktif apapun. Tiga ekor subjek dari masing-masing kelompok dikorbankan pada hari ke-3,7, dan 14 setelah ekstraksi gigi. Preparat histologis kepadatan kolagen soket gigi marmut diamati dengan menggunakanmikroskop cahaya perbesaran 400x. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkandengan uji Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney untuk membandingkan kepadatan kolagen antar kelompok pascaekstraksi gigi marmut. Hasil uji statistik antar kelompok menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya 90% berpengaruh padapembentukan serabut kolagen jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05) pada hari ke-7 pasca ekstraksigigi marmut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak lidah buaya 90% dapat membantu meningkatkan kepadatanserabut kolagen soket gigi hari ke-7 pasca ekstraksi gigi marmut. ABSTRACT: The Effect of Aloe Barbadensis Miller Extract to The Density of Collagen Fibers in The WoundHealing Process after Tooth Extraction of Guinea Pig (Cavia porcellus). Tooth extraction causes wound that wouldinvolve wound healing process on tissue. One of the important stages of wound healing process after dental extractionis the formation of collagen fibers. Aloe barbadensis Miller contains saponins, vitamin C and ace mannan that allegedlyassist the process of collagen fibers formation. The purpose of this study was to determine the effect of Aloe barbadensisMiller extract to the density of collagen fibers in the wound healing process after tooth extraction of guinea pig (Caviaporcellus). Aloe vera is used in this study came from Sleman, Yogyakarta. Extract is made with maceration method andwater as the solvent. Furthermore, twenty-seven guinea pigs were divided into a control group and treatment groups.The treatment groups consisted 45% Aloe barbadensis Miller extract group and 90% Aloe barbadensis Miller extractgroup. Aloe barbadensis Miller extract as much as 0.05 ml dropped into guinea pigs tooth sockets after tooth extractionin the treatment groups. Guinea pig’s tooth socket of the control group was not given any active substance. Three guineapigs of each group were sacrificed on day 3, 7, and 14 after tooth extraction. Histology preparations of guinea pig teethsockets density of collagen were observed using light microscope 400x magnification. Analyzing data is done by Kruskal-Wallis test followed by Post Hoc test using the Mann-Whitney test for comparing collagen density between groups.Statistically results between groups showed that the extract of 90% Aloe barbadensis Miller affected the formation ofcollagen fibers when compared to the control group (p <0.05) on day 7 after tooth extraction of guinea pig. The conclusionof this study was 90% Aloe barbadensis Miller extract increased the density of collagen fibers from the tooth socket sevendays after tooth extraction of guinea pig.
Efek Penghambatan Ekstrak Akuades Daun Ocimum basilicum terhadap Streptococcus mutans In Vitro Lumaksita, Paulus Paksi Inggil; Sugihartana, David; Larnani, Sri
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 30, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2018.030.02.2

Abstract

Daun kemangi (Ocimum basilicum) telah diteliti ekstraknya sebagai antibakteri patogen pangan. Penelitian eksperimental antibakteri dari ekstrak daun Ocimum basilicum terhadap patogen di rongga mulut, termasuk Streptococcus mutans, masih harus diperdalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun Ocimum basilicum terhadap penghambatan pertumbuhan Streptococcus mutans. Daun Ocimum basilicum diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan akuades steril. Ekstrak diuji penghambatannya terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dalam larutan NaCl fisiologis dengan metode dilusi dan spektrofotometri 550nm. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan perlakuan ekstrak daun Ocimum basilicum terhadap penghambatan pertumbuhan Streptococcus mutans (p<0,05). Ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L.) berpengaruh menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. 
Efek Pemberian Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Barbadensis Miller) pada Soket Gigi terhadap Kepadatan Serabut Kolagen Pasca Ekstraksi Gigi Marmut (Cavia Porcellus) Fatma Yuza; Ivan Arie Wahyudi; Sri Larnani
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 21, No 2 (2014): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1014.512 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.8743

Abstract

Tindakan ekstraksi gigi menyebabkan terjadinya luka sehingga akan melibatkan proses penyembuhan luka pada jaringan. Salah satu tahap penting dari proses penyembuhan luka pasca esktraksi gigi adalah terbentuknya serabut kolagen. Lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) mengandung saponin, vitamin C dan acemannan yang diduga membantuproses pembentukan serabut kolagen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi marmut (Cavia porcellus). Lidah buaya yang digunakan berasal dari Sleman, Yogyakarta. Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi dan pelarut air. Selanjutnya, dua puluh tujuh ekor marmut dibagi ke dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari kelompok ekstrak lidah buaya 45% dan 90%. Ekstrak lidah buaya sebanyak 0,05ml diteteskan kedalam soket gigi marmut pasca ekstraksi gigi pada kelompok perlakuan. Soket gigi marmut kelompok kontrol tidak diberi aplikasi zat aktif apapun. Tiga ekor subjek dari masing-masing kelompok dikorbankan pada hari ke-3, 7, dan 14 setelah ekstraksi gigi. Preparat histologis kepadatan kolagen soket gigi marmut diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkandengan uji Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney untuk membandingkan kepadatan kolagen antar kelompok pasca ekstraksi gigi marmut. Hasil uji statistik antar kelompok menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya 90% berpengaruh pada pembentukan serabut kolagen jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05) pada hari ke-7 pasca ekstraksi gigi marmut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak lidah buaya 90% dapat membantu meningkatkan kepadatan serabut kolagen soket gigi hari ke-7 pasca ekstraksi gigi marmut. The Effect of Aloe Barbadensis Miller Extract to The Density of Collagen Fibers in The Wound Healing Process after Tooth Extraction of Guinea Pig (Cavia porcellus). Tooth extraction causes wound that would involve wound healing process on tissue. One of the important stages of wound healing process after dental extraction is the formation of collagen fibers. Aloe barbadensis Miller contains saponins, vitamin C and ace mannan that allegedly assist the process of collagen fibers formation. The purpose of this study was to determine the effect of Aloe barbadensis Miller extract to the density of collagen fibers in the wound healing process after tooth extraction of guinea pig (Caviaporcellus). Aloe vera is used in this study came from Sleman, Yogyakarta. Extract is made with maceration method and water as the solvent. Furthermore, twenty-seven guinea pigs were divided into a control group and treatment groups. The treatment groups consisted 45% Aloe barbadensis Miller extract group and 90% Aloe barbadensis Miller extractgroup. Aloe barbadensis Miller extract as much as 0.05 ml dropped into guinea pigs tooth sockets after tooth extraction in the treatment groups. Guinea pig’s tooth socket of the control group was not given any active substance. Three guinea pigs of each group were sacrificed on day 3, 7, and 14 after tooth extraction. Histology preparations of guinea pig teethsockets density of collagen were observed using light microscope 400x magnification. Analyzing data is done by Kruskal-Wallis test followed by Post Hoc test using the Mann-Whitney test for comparing collagen density between groups. Statistically results between groups showed that the extract of 90% Aloe barbadensis Miller affected the formation of collagen fibers when compared to the control group (p <0.05) on day 7 after tooth extraction of guinea pig. The conclusion of this study was 90% Aloe barbadensis Miller extract increased the density of collagen fibers from the tooth socket seven days after tooth extraction of guinea pig.
Pengaruh Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum cardamomum) terhadap Kadar Metil Merkaptan yang Dihasilkan Bakteri Porphyromonas gingivalis (Kajian In Vitro) Nuning Wahyu Utami; Ivan Arie Wahyudi; Sri Larnani
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 19, No 1 (2012): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.04 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15645

Abstract

Latar Belakang: Helitosis disebabkan pembentukan senyawa-senyawa sulfur atau Volatile Sulfur Compound (VSC) oleh bakteri. Metil merkaptan merupakan komponen VSC yang paling dominan menyebabkan bau pada halitosis. Agen antibakteri digunakan untuk mengatasi halitosis dengan cara menurunkan kadar metil merkaptan yang dihasilkan bakteri. Minyak atsiri kapulaga (Amomum cardamomum) diduga memiliki khasiat anti bakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minyak atsiri kapulaga (Amomum cardamomum) terdapat kadar metil merkaptan yang dihasilkan porphyromonas gingivalis. Metode Penelitian: Setiap sumuran pada microplate ditetesi minyak atsiri kapulaga  (Amomum cardamomum) konsentrasi minyak atsiri kapulaga 0% (control negatif), 6,25%, 12,5%, 25%, 50%. Selanjutnya setiap sumuran yang telah ditetesi minyak atsiri kapulaga berfbagai konsentrasi, kemudian ditetesi suspensi bakteri porphyromonas gingivalis pada media TSB dan diinkubasi anaerob selama 48 jam. Tiap perlakuan menggunakan sampel sebanyak 5 sehingga sumuran yang dibutuhkan sebanyak 25. Setelah itu, semua sumuran ditetesi metionin dan DTNB kemudian diinkubasi anaerob selama 12 jam. Hasil inkubasi tersebut kemudian dilihat absorbansi metil merkaptan dengan microplate reader. Hasil Penelitian: Absorbansi kadar metil merkaptan yang dihasilkan pada minyak atsiri kapulaga 0%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50% secara berurutan adalah 1,38, 0,217, 0,215, 0,204, 0,196. Minyak atsiri kapulaga (Amomum cardamomum) berpengaruh terhadap kadar metil merkaptan yang dihasilkan porphyromonas gingivalis. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok minyak atsiri kapilaga konsentrasi 0% sebagai kontrol negatif dengan minyak atsiri kapulaga 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan tidak ada perbedaan bermakna antara minyak atsiri kapulaga konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%. Kesimpulan: minyak atsiri kapulaga (Amomum cardamomum) dapat menurunkan kadar metil merkaptan yang dihasilkan bakteri porphyromonas gingivalis.Background: Halitosis is caused by the formation of sulfur compounds or Volatile Sulfur Compound (VSC) by bacteria. Methyl merkaptan is the main compound that causes halitosis. Antibacterial agents are often used to treat halitosis by reducing level of methyl merkaptan produced by bacteria. One of the antibacterial agents derived from natural plant oil is cardamom (Amomum cardamomum). The objective of this study was to determine the effect of essential oil of cardamom (Amomum cardamomum) on methyl mercaptan level produced by porphyromonas gingivalis. Method: Essential oil of cardamom (Amomum cardamomum) was expelled on every well on microplate in concentration of 0% (as negative control) 6,25%, 12,5%, 25%, 50%. All wells that have been expelled with cardamom essential oil in different concentration then etched with porphyromonas gingivalis bacterial suspension in TSB media and were incubated anaerobically for 48 hours. Each treatment group had 5 samples so that 25 wells were needed. After that, all the wells etched with DTNB methionine and were incubated anaerobically for 12 hours. The result of those incubation were observed the absorbance of methyl mercaptan with microplate reader. Result: absorbation level of methyl mercaptan were produced cardamom essential oil in concentration 0%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50% in sequence1,38, 0,217, 0,215, 0,204, 0,196. The essential oil of cardamom (Amomum cardamomum) affected the levels of methy mercaptan produced porphyromonas gingivalis. There was significant difference between group of cardamom essential oils in concentration 0% as negative control with group of cardamomum essential oil in concentration of  6,25%, 12,5%, 25%, 50%. Conclusion: the essential oil of cardamom (Amomum cardamomum) couid decrease methyl mercaptan level produced by porphyromonas gingivalis.  
Inhibition effect of cashew stem bark extract (Anacardium Occidentale L.) on biofilm formation of Streptococcus sanguinis Rizni Amaliah; Sri larnani; Ivan Arie Wahyudi
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 45 No. 4 (2012): December 2012
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.276 KB) | DOI: 10.20473/j.djmkg.v45.i4.p212-216

Abstract

Background: Biofilm is communities of microorganisms attached to solid surface and enclosed in extracellular matrix that protected microorganisms from antibacterial agents and host defense. One of bacteria might have a role in initial colonization of biofilm formation is Streptococcus sanguinis (S. sanguinis). Previous studies showed that cashew stem bark extract (Anacardium occidentale L.) can inhibit the growth of Streptococcus strains. Purpose: The purpose of this study was to determine the inhibition effect of cashew (Anacardium occidentale L.) stem bark ethanol extract on biofilm formation of S. sanguinis. Methods: Streptococcus sanguinis grown in Brain Heart Infusion (BHI) + 2% sucrose medium by using microplate polystyrene 96 wells. The samples were divided into 3 groups, 5% polyethyleneglycol (PEG) as negative control, cashew stem bark extract (concentration 3.125 mg/ml, 6.25 mg/ml, 9.375 mg/ml, and 12.5 mg/ml), and 0.12% chlorhexidine (as positive control). Biofilm was stained by 1% crystal violet. Afterwards, optical density (OD) of samples were measured by microplate reader λ 595 nm. The data of biofilm formation inhibition percentage were analyzed by one way ANOVA and then continued by Least Significant Difference (LSD) test. Results: The result of one way ANOVA showed that there were significant differences in inhibition of S. sanguinis biofilm formation (p<0.05). LSD test showed that concentration extract 3.125 mg/ml had significant difference with concentration 9.375 mg/ml and 12.5 mg/ml. Reciprocally, concentration 6.25 mg/ml had significant difference with concentration 9.375 mg/ml and 12.5 mg/ml. Conclusion: Cashew stem bark extract was able to inhibit biofilm formation of S. sanguinis.Latar belakang: Biofilm merupakan sekumpulan mikroorganisme yang melekat pada permukaan solid dan diselubungi oleh matriks ekstraseluler yang melindungi mikroorganisme dari bahan-bahan antibakteri dan sel-sel pertahanan tubuh. Salah satu bakteri yang berperan pada awal pembentukan biofilm adalah Streptococcus sanguinis (S. sanguinis). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang jambu mete (Anacardium occidentale L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri strain Streptococcus. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol kulit batang jambu mete (Anacardium occidentale L.) terhadap pembentukan biofilm S. sanguinis. Metode: Media pertumbuhan S. sanguinis menggunakan Brain Heart Infusion (BHI) + 2% sukrosa yang ditumbuhkan pada microplate polystyrene 96 wells. Kelompok perlakuan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu PEG 5% (kontrol negatif), ekstrak kulit batang jambu mete (konsentrasi 3,125 mg/ml, 6,25 mg/ml, 9,375 mg/ml, dan 12,5 mg/ml), dan klorheksidin 0,12% (kontrol positif). Biofilm yang terbentuk diwarnai dengan crystal violet 1%. Kemudian optical density (OD) sampel diukur menggunakan microplate reader λ 595 nm. Data berupa persentase penghambatan pembentukan biofilm dianalisis menggunakan uji one way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD). Hasil: Uji one way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan daya hambat pembentukan biofilm S. sanguinis yang signifikan (p<0,05). Hasil uji LSD menunjukkan konsentrasi 3,125 mg/ml memiliki perbedaan yang signifikan dengan konsentrasi 9,375 mg/ml dan konsentrasi 12,5 mg/ml. Begitu juga dengan konsentrasi 6,25 mg/ml memiliki perbedaan yang signifikan dengan konsentrasi 9,375 mg/ml dan konsentrasi 12,5 mg/ml. Kesimpulan: Ekstrak kulit batang jambu mete dapat menghambat pembentukan biofilm S. sanguinis.
Kekuatan kompresi semen alpha tricalcium phosphate dengan komposisi larutan sodium yang berbeda Ruslin Ruslin; Sri Larnani; Priztika Widya Nursalim; Mayu Winnie Rachmawati; Anne Handrini Dewi
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.80838

Abstract

Calcium phosphate cement (CPC) merupakan campuran dari cairan dan serbuk yang mengandung calcium phosphate. Kelebihan CPC dibandingkan dengan bone graft lain adalah dapat menyesuaikan defek tulang, mengeras pada in vivo, dan biokompatibel. Kekurangan dari CPC adalah kekuatan mekanik yang rendah. Reaksi setting dan mengerasnya CPC dikarenakan adanya ikatan antar kristal apatite yang berpresipitasi. Cairan yang mengandung ion fosfat biasanya digunakan sebagai campuran untuk mempercepat reaksi setting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan kompresi semen alpha tricalcium phosphate (α-TCP) dengan penggunaan larutan disodium hydrogen phosphate (Na2HPO4) dan sodium dihydrogen phosphate (NaH2PO4). Sebanyak 12 sampel semen α-TCP dibuat dengan ukuran diameter 3 mm dan tinggi 6 mm. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan, kelompok pertama campuran serbuk dan larutan Na2HPO4 dan kelompok kedua campuran serbuk α-TCP dan larutan NaH2PO4. Sampel kemudian direndam dalam larutan saline selama 24 jam pada suhu 37 °C. Setelah perendaman selesai, sampel diuji dengan menggunakan universal testing machine (UTM). Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui kekuatan kompresinya. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan independent sample t-test dengan tingkat signifikansi 95%. Rerata kekuatan kompresi semen α-TCP dengan penggunaan larutan Na2HPO4 dan NaH2PO4 adalah 44,51 ± 4,22 MPa dan 21,52 ± 1,85 MPa. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada penggunaan kedua larutan (p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan kekuatan kompresi yang signifikaan antara semen α- TCP dengan penggunaan larutan Na2HPO4 NaH2PO44. Kekuatan kompresi semen α-TCP dengan penggunaan larutan Na2HPO4 lebih tinggi daripada semen α-TCP dengan penggunaan larutan NaH2PO4.