Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PARTAI POLITIK LOKAL DALAM TATA HUKUM INDONESIA Ansari, Muhammad Insa
TANJUNGPURA LAW JOURNAL Vol 1, No 2 (2017): VOLUME 1 ISSUE 2, JULY 2017
Publisher : Faculty of Law, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.294 KB) | DOI: 10.26418/tlj.v1i2.24251

Abstract

In the Indonesian legal system, local political parties introduced and allowed in Aceh province along with the enactment of Law No. 11 Year 2006 on Governing Aceh (UUPA). UUPA has set a lot of things related to local political parties, including the definition, formation, principles, objectives, and functions, rights and obligations, prohibitions, membership and sovereignty of members, financial sanctions, to the supervision of local political parties. Development of local political parties in Aceh province represents a new chapter in the development of democracy in Indonesia. Implementation of the UUPA associated with local political parties, the government has issued Government Regulation No. 20 Year 2007 on Local Political Parties in Aceh. In line with the Government of Aceh has prepared regulations related to local political parties, among them the Aceh Qanun No. 8 of 2007 on Financial Aid to Political Party and Local Political Parties and Aceh Qanun No. 3 of 2008 on political parties and the setting of local political parties in the regulation of central government and local government regulations indicate the existence of local political parties in the Indonesian legal system.
Implikasi Pengaturan Lingkungan Hidup terhadap Peraturan Perundang-Undangan dalam Kegiatan Bisnis (Perspektif Konstitusi) Ansari, Muhammad Insa
Jurnal Konstitusi Vol 11, No 2 (2014)
Publisher : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.061 KB) | DOI: 10.31078/jk%x

Abstract

In the Act of 1945 (before amendment) environment is part and Chapter XIV of the National Economy and Social Welfare, precisely in Article 33 paragraph (3). After the amendment, the environment gets the settings in Chapter XA of Human Rights, which in Article 28H (1) and Chapter XIV of the National Economy and Social Welfare, which in Article 33 paragraph (3) and (4). Environmental settings  in the constitution of course have implications for legislation, including legislation business activities. There are a number of regulations of business activities that have included environmental material in it. Law No. 40 of 2007 on Limited Company is a business law institutions that have incorporated environmental material. While the laws governing business activities have included environmental material of which   is Law No. 25 of 2007 on Investment, Law No. 10 of 1998, and a number of other legislative business activities.
BUMN dan Penguasaan Negara di Bidang Ketenagalistrikan Ansari, Muhammad Insa
Jurnal Konstitusi Vol 14, No 1 (2017)
Publisher : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.481 KB) | DOI: 10.31078/jk1415

Abstract

Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat dewasa ini. Kebutuhan terhadap tenaga listrik terus meningkat dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan sumber daya manusia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) penguasaan ketenagalistrikan berada dalam penguasaan negara. Dimana dalam pasal 33 ayat (2) UUD 1945 dinyatakan: "Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang banyak dikuasai oleh negara." Namun sebagian penguasaan negara terhadap energi kelistrikan dianulir oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, misalnya dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan menyatakan: "Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik." Namun dengan ditetapkan putusan Mahkamah Konstitusi perkara nomor: 111/PUU-XIII/2015, penguasaan negara dan BUMN di bidang ketenagalistrikan kembali dikukuhkan dan dikuatkan dengan putusan tersebut.Electric power is one important requirement for today's society. The need for power is growing from time to time in accordance with developments in science, technology, and human resources. In the Constitution of 1945 (UUD 1945) mastery of electricity in the possession of the state. Where in the Article 33 paragraph (2) of the 1945 Constitution states: "The branches of production that are important to the state and which are controlled by the state." But most of the state's control of the electrical energy annulled by Act Number 30 of 2009 on Electricity, for example in Article 11 paragraph (1) of Law Number 30 Year 2009 on electricity states: "enterprises electricity supply to the public interest as referred to in Article 10 paragraph (1) conducted by state-owned enterprises, local owned enterprises, entities private enterprises, cooperatives, and non-government organizations are endeavoring in the field of electricity supply." But with the Constitutional Court decision determined case number: 111/PUU-XIII/2015, control of the state and state-owned electricity sector re-confirmed and strengthened by the decision.
PENDAMPINGAN PENYUSUNAN REUSAM GAMPONG DI GAMPONG ALUE DEAH TEUNGOH KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Safrina, Safrina; Ansari, Muhammad Insa; Taqiuddin, Zulfikar
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 1 (2023): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v6i1.41613

Abstract

Gampong Alue Deah Teungoh terletak di Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh dengan luas wilayah 35 ribu ha. Masyarakat gampong memiliki potensi untuk mengembangkan wilayah tersebut menjadi sentra pengelolaan limbah rumah tangga yang memiliki nilai ekonomi melalui unit usaha BUMG.Salah satu masalah yang dihadapi aparatur gampong adalah berkaitan dengan ketiadaaan reusam gampong, terutama reusamtentang BUMG dan persampahan. Pembentukan reusam membutuhkan aparat gampong yang memiliki kemampuan dalam memahami proses pembentukan reusam, sehingga penting bagi aparat gampong memiliki pengetahuan terkait penyusunan reusam. Kegiatan pengabdian bertujuan untuk mendampingi aparat gampong/desa dalam penyusunan reusam gampong. Pendampingan dilakukan dengan menerapkan metode pertisipatif, dengan melibatkan seluruh aparat gampong dan komponen masyarakat. Pengabdian telah melakukan kegiatan berdasarkan tahapan yang direncanakan, di antara pendampingan penyusunan reusam gampong tentang BUMG dan draft Reusam tentang Persampahan. Selain itu, kegiatan pendampingan juga telah menghasilkan rencana bisnis unit usaha pengelolaan sampah sebagai salah satu unit usaha BUMG. Keberadaan reusam menjadi salah satu upaya penting untuk membentuk tata kelola pemerintah gampong yang baik dan berkualitas demi pembangunan gampong yang berkelanjutan.