Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Growth Response of Gyrinops verstegii Cuttings on Various Concentration Level of IBA (Indole Butyric Acid) Hormone RESPON PERTUMBUHAN STEK Gyrinops verstegii TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT KONSENTRASI HORMON IBA (Indole Butyric Acid) Amilda Auri; Petrus A. Dimara
Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 7 No. 2 (2016): Jurnal Silvikultur Tropika
Publisher : Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor (IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/j-siltrop.7.2.%p

Abstract

Until now, the supply of the seed sources still rely on seeds or germs. Meanwhie, the certain wood species, the production of seeds are insufficient and the handling is quite difficult. Consequently, when seedling, their germination capacities and growth percentages are very low. Providing seed source through shoot cuttings which if it is planted in advantegous condition for regeneration, it will grow and develop into fast growing species as well as good quality species. Supplying of plant growth regulator is expectedly able to affect the plant growth when given according to the plant needs. This research aimed to determine the concetration level of growth reglator IBA (Indole Butyric Acid) for the growth of shoot cuttings of agarwood Gyrinops verstegii. The method used in this research is experiment with completely-randomized design (CRD). Results showed that the concentration level of IBA affected the growth of callus, roots and shoots. IBA treatment at the concentration of 300 ppm showed the best response to the cutting life, growed earlier, the number and the length of shoot are greater. However, in the root zone, the treatment without IBA hormone provided better response which is showed by the number and the length of root.Key words: Gyrinops verstegii, Indole Butyric Acid, growth response
Tipologi penggunaan dan perubahan lahan berbasis spasial: pendekatan studi kasus di kabupaten jayapura Donie T. Watopa; Antoni Ungirwalu; Soetjipto Moeldjono; Jimmy F. Wanma; Petrus A. Dimara
Cassowary Vol 5 No 2 (2022): June
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30862/casssowary.cs.v5.i2.104

Abstract

Jayapura Regency is an area in Papua Province with relatively rapid growth since it was formed into a district in 2016. Over the last ten years, massive land use and changes have occurred in Jayapura Regency. Changes in land use can be identified by looking at the land use that occurred in the past and present. Land use change is an unavoidable process, so it is important to study it empirically and in multi-time observations for development planning. In this regard, the formulation of the problem is that the types of land use and change in Jayapura Regency are not yet known with a case study of the spatial approach in 2005 and 2018. Based on the formulation of the problem, the purpose of this study is to determine the typology of land use and change in Jayapura Regency for 2005 and 2018. It is hoped that this study will become a data base and spatial information on land use in Jayapura Regency and enrich knowledge about spatial models of land use change that can be used as an approach to regional development planning. The results of the study show that based on land use classification in Jayapura Regency, there are 20 typologies of land use where primary dry land forest type has an area of ​​983,713.71 ha or 67.98% of the total area. Most of these forests are state forest areas with protection and production functions. During the period 2005 – 2018, Jayapura Regency lost 6,508.08 ha of forested area with an average rate of forest depreciation reaching more than 500.62 ha annually, while open land changed functions almost half of its original use.
VIABILITAS BENIH GAHARU (Aquilaria malaccensis) DENGAN MEDIA PERKECAMBAHAN SERBUK GERGAJI DAN ARANG SEKAM PADI Amilda Auri; Petrus A. Dimara; Rafel Marani
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 1 No 2 (2015): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol1.Iss2.32

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media kecambah tanah yang dicampur arang limbah gergaji dan arang sekam dalam perkecambahan benih Aquilaria malaccensis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen yang dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data dianalisis dengan Analisi Ragam (Anova) untuk mengetahui pengaruh media terhadap daya kecambah. Untuk mengetahui mengetahui media perkecambahan mana yang memberikan persen dan waktu perkecambahan yang baik digunakan analisis HSD (TUKEY). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen dan waktu perkecambahan benih A. malaccensis yang baik adalah pada media kecambah tanah yang dicampur arang gergaji dan sekam. Persen perkecambahan pada media ini mencapai 79,33% dengan waktu perkecambahan 20 hari.
KLASIFIKASI KUALITAS DAN NILAI KOMERSIAL GAHARU PADA KLASTER PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN SORONG Daud Womsiwor; Petrus A. Dimara; Wolfram Y. Mofu
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol4.Iss1.87

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami klasifikasi kualitas dan nilai komersial dari jenis gaharu pada klaster pedagang pengumpul di kabupaten Sorong yang berlangsung selama dua bulang di tahun 2016 dengan menggunakan metode deskriptif melalui kegiatan kajian lapangan dan proses wawancara kepada narasumber terkait aktivitas dan proses pemasaran gaharu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok gaharu antara lain: gubal, kemedangan dan abuk yang selanjutnya dikelompokan menjadi: super, AB, teri, sabah, TGC, kemedangan and abuk. Selanjutnya analisis nilai komersial berdasarkan sub kelas, dibagi menjadi: double super/ king, super, kacang AB pas, kacang Ab, kacang ABAB, teri tenggelam, teri A, teri B, teri C, sabah tenggelam/tua, sabah biasa, sabah tanggung, TGC, medang A, medang B, abuk super, abuk medang dan abu kerokan dengan kisaran nilai komersialnnya berkisar antara 5.000 hingga 200 juta per kilogramnya. Selain itu terdapat lima klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong. Total pencari gaharu plasma tercatat sebanyak 1.060 orang yang terdistribusi pada beberapa kabupaten/kota antara lain: Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat.
RESPON PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Aquilaria malaccensis) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK Oktovina Dorce Inggesi; Amilda Auri; Petrus A. Dimara
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol5.Iss2.151

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan semai gaharu (Aquilaria malaccensis) terhadap pemberian pupuk organik melalui penggunaan metode eksperimen rancangan percobaan lengkap (RAL) dengan total 180 unit percobaan. Hasil penelitian respon pertumbuhan semai gaharu menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara ketiga perlakuan yang diberikan terhadap pertambahan tinggi semai gaharu dengan nilai F hitung 2,196 lebih besar dari pada signifikannya yaitu 0,192. Rata-rata pertumbuhan diameter tertinggi dimiliki oleh perlakuan kontrol yaitu 0,037 cm sedangkan perlakuan media campuran pupuk kandang dan top soil dan media campuran pupuk kandang, EM4+ dan top soil memiliki nilai rata-rata pertumbuhan yaitu 0,09 dan 0,08 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara tinggi, diameter dan percabangan tanaman pada ketiga perlakuan yang diberikan.
Teknik Pemanenan Tumbuhan Gaharu Pada Masyarakat Pencari Gaharu Di Kampung Merdey Distrik Merdey Kabupaten Teluk Bintuni Ruth Lince Kodey; Wolfram Y. Mofu; Petrus A. Dimara
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol7.Iss2.257

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis gaharu dan teknik pemanenannya serta mengetahui karateristik masyarakat pencari gaharu. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 3 jenis gaharu yang dipanen oleh masyarakat pencari gaharu yaitu Gaharu Sirsak (Aquilaria filarial), Gaharu Beringin (Gyrinops verstegii) serta Gaharu Cabut/Gaharu Asli (Wikstroemia sp). Indikator yang digunakan adalah daun mengalami perubahan warna, adanya luka pada bagian batang, cabang dan ranting, dan juga bila kulit batang pohon di tarik mudah putus. Teknik pemanenan gaharu yang dilakukan masih bersifat sederhana yaitu dengan menebang dan pencabutan. Dalam kelas perdagangan, gaharu terbagi menjadi kelas Double Super dan Super Tanggung. Selanjutnya kelas AB dengan sub kelas Kacang A, kacang B, Teri A, Teri B dan Teri C, serta kelas Kemedangan dengan sub kelas Kemedangan A dan Kemedangan B. Harga jual gaharu beragam sesuai dengan kualitas gaharu yang dihasilkan, diantaranya: Doubel King Rp. 100 juta/kg, Gaharu Super dijual dengan harga Rp. 50-100 juta/kg, AB Super Rp. 15 juta/kg, AB Pass Rp. 3 juta/kg, AB Tanggung Rp. 600.000/kg, AB Celebort Rp. 400.000/kg, Kacang Rp. 150.00- Rp. 500.000/kg, TGC Rp. 150.000/kg, Teri Rp. 100.000- 500.000/kg.
Effect of Landform on the Distribution of Metroxylon sagu Habitat in Yapen Islands, Papua Province, Indonesia Petrus Abraham Dimara; Amilda Auri
Jurnal Sylva Lestari Vol. 11 No. 1 (2023): January
Publisher : Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jsl.v11i1.633

Abstract

Sago palm (Metroxylon sagu) plays a vital role in the Papuan indigenous community’s social, economic, and cultural life. It is a source of staple food, household income, and embedded cultural values. This research aimed to determine the extent of sago palm habitat spread using spatial data. The classification method and multispectral imaging were used by employing satellite imagery (Landsat 8 and Quick Bird) and field surveys. The sago forest coverage in Yapen islands was 87.73%, located between 9–50 masl, covering 9,456.26 ha. The results revealed that 43.53% of the habitat lies in the inclination of 2–8% (extreme gentle slope), covering 4,692.45 ha. Sago forest was found in a gleysol soil type with precipitation of 3,000-3,100 mm. The sago forest distances of 0–250 m and 251–500 m to the coastline showed that the habitat covers an area of 153.87 ha and 368.19 ha. The preferable area in this category is Raimbawi Subdistrict, followed by Kosiwo, and the less suitable area, or the marginal land, is in Windesi Subdistrict. Keywords: Alternative crop, Metroxylon sagu, sago, spatial distribution, Yapen Islands