Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

POLA ORDINANSI KOMUNITAS POHON DI HUTAN SEKUNDER DISTRIK MANOKWARI UTARA KABUPATEN MANOKWARI INAREN MARKUS HUBY; JIMMY F. WANMA; MARIANA H. PEDAY
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol6.Iss1.195

Abstract

This study aimed to reveal indicator plant species in the secondary forest by applying a descriptive approach and field observation as well as refer to releve method. Tral vegetation data of vascular plant at seedlings, saplings, poles, and tree stages that analyzed using MVA.4 (TWINSPAN) software. The analyzed result indicated 12 groups of associations and 1 group of solitary association in which the species were categorized as dominant. The most often appear species in 12 association group based on their growing shapes were Actinodaphne nitida, Celtis latifolia, Hemappasandra sp., Teijmaniodendron sp., Lea acuelata, Spatiostemon jevensis, Koordersiodendron pinnatum, Sisipus sp., Sterculia macrophylla, Litsea timoriana, Macaranga sp., Aglaia sp., Rhus taitensis, Alstonia scholaris, Archidendron parviflorum, Callophylum inophylum and Ficus sp. While the most dominant species in the solitary association were Chisocheton ceremicus, Cryptocarya sp., Canarium hirsutum, Euodia elleryana, Litsea ladermani, and Litsea timoriana. These species arranged and functioned as the dominant tree structure in the secondary forest along the north Manokwari area of Manokwari.
Penurunan Stok Tegakan Alami Masohi [Cryptocarya Massoy (Oken) Kosterm] di Kabupaten Nabire Julius Nugroho; Jimmy Wanma; Cicilia Susanti; Susilo Husodo; Nouke Mawikere
Igya ser hanjop: Jurnal Pembangunan Berkelanjutan Vol 1 No 1 (2019)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Papua Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47039/ish.1.2019.11-18

Abstract

Masohi [Cryptocarya massoy (Oken) Kosterm.] tergolong dalam famili Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman ini menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi untuk dijadikan antikanker, antimikroba dan peningkat rasa. Eksploitasi tegakan alam Masohi untuk diambil kulitnya telah lama dilakukan karena harga yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi stok tegakan alamiMasohi di Nabire melalui identifikasi kulit kayu yang dikumpulkan oleh pedagang pengumpul ke luar Nabire pada periode 2012-2015 dan menelusuri keberadaan tegakan alami Masohi di habitatnya. Interview terhadap informan kunci yang bersangkutpaut dengan aktivitas pengambilan kulit kayu Masohi dan survey lapangan dilakukan untuk tujuan tersebut. Data yang diperoleh mengungkapkan bahwa produksi kulit kayu kayu Masohi turun secara dramatis yaitu hingga 68% dalam periode 2012 -2015. Produksi kulit kayu sebagian besar terlacak berasal dari pohon muda (56%) berdiameter <18 cm. Hal ini mengindikasikan telah terjadi penurunan stok tegakan Masohi alam di Nabire. Oleh karena itu pengembangan penanaman Masohi dalam skala besar sangat dibutuhkan.
Tipologi penggunaan dan perubahan lahan berbasis spasial: pendekatan studi kasus di kabupaten jayapura Donie T. Watopa; Antoni Ungirwalu; Soetjipto Moeldjono; Jimmy F. Wanma; Petrus A. Dimara
Cassowary Vol 5 No 2 (2022): June
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30862/casssowary.cs.v5.i2.104

Abstract

Jayapura Regency is an area in Papua Province with relatively rapid growth since it was formed into a district in 2016. Over the last ten years, massive land use and changes have occurred in Jayapura Regency. Changes in land use can be identified by looking at the land use that occurred in the past and present. Land use change is an unavoidable process, so it is important to study it empirically and in multi-time observations for development planning. In this regard, the formulation of the problem is that the types of land use and change in Jayapura Regency are not yet known with a case study of the spatial approach in 2005 and 2018. Based on the formulation of the problem, the purpose of this study is to determine the typology of land use and change in Jayapura Regency for 2005 and 2018. It is hoped that this study will become a data base and spatial information on land use in Jayapura Regency and enrich knowledge about spatial models of land use change that can be used as an approach to regional development planning. The results of the study show that based on land use classification in Jayapura Regency, there are 20 typologies of land use where primary dry land forest type has an area of ​​983,713.71 ha or 67.98% of the total area. Most of these forests are state forest areas with protection and production functions. During the period 2005 – 2018, Jayapura Regency lost 6,508.08 ha of forested area with an average rate of forest depreciation reaching more than 500.62 ha annually, while open land changed functions almost half of its original use.
DESKRIPSI PEMANFAATAN NIPAH (Nypah fruticans Wurmb.) BERBASIS PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT KAMPUNG NAREI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN Melianus Kayoi; Jimmy F. Wanma; Bernadetta M. G. Sadsoeitoeboen
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol4.Iss1.98

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pemanfaatan nipah (Nypah fruticans Wurmb.) oleh masyarakat Kampung Narei, Distrik Yapen Barat, Kabupaten Kepulauan Yapen. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara dan diskusi dengan pertanyaan secara semi struktural kepada responden yang telah ditentukan. Sementara dukungan data sekunder diperoleh dari stakeholder dan instansi terkait. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hampir sebagian besar (92,16%) dari total responden telah memanfaatkan nipah dalam kehidupan sehari-hari selama lebih dari tiga tahun. Dalam pemanfaatan komponen tumbuhan nipah, terdapat tujuh bagian tumbuhan yang dimanfaakan antara lain: akar, tangkai buah, buah, tulang daun, tulang anak daun, anak daun dan pucuk daun. Sejauh ini proses transfer pengetahuan dilakukan secara informal melalui praktek langsung dan belum ada upaya konservasi dalam menjaga potensi dan ketersediaan jenis nipah.
BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN SAGU (Metroxylon Sp.) OLEH SUB-ETNIS AYAMARU DI KAMPUNG SEMBARO DISTRIK AYAMARU SELATAN Fransiska Asmuruf; Jimmy F. Wanma; Alexander Rumatora
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol4.Iss2.100

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kearifan lokal dalam budidaya dan pemanfaatan tanaman sagu oleh sub-etnis Ayamaru di Distrik Ayamaru Selatan. Guna mendapatkan informasi, metode survei digunakan untuk melihat bentuk pengolahan dan pemanfaatan tanaman sagu dan untuk mengetahui pola pengelolaan berbasis budaya maka digunakan teknik diskusi semi struktural dengan panduan quisioner. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tanaman sagu sangat penting dalam budaya masyarakat sehingga informasi terkait pengelolaan dan pemanfaat tanaman sagu diturunkan dalam struktur komunitas masyarakat. Terdapat dua jenis kultivar sagu yang dimanfaatkan yakni sagu ‘Akek’ dan sagu ‘Koror’ yang sama-sama merupakan jenis sagu berduri namun secara morfologi memiliki perbedaan pada diameter batang, tinggi, ukuran daun, warna empulur dan produktifitasnya. Usia ideal tanaman sagu yang diap dipanen di atas 7 tahun dan rata-rata produksi aci yang dihasilkan antara 10 hingga 15 kg.
JENIS-JENIS INANG SEBAGAI INDIKATOR KEHADIRAN ANGGREK MACAN IRIAN (Gramatophyllum scriptum Blume.) PADA KAWASAN HUTAN DATARAN RENDAH TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA Melky Benyamin Panie; Antoni Ungirwalu; Jimmy F Wanma
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol3.Iss2.169

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asosiasi anggrek macan irian (Gramatophyllum scriptum) dengan pohon inangnya serta untuk mengetahui habitat dari anggrek ini pada hutan dataran rendah Taman Wisata Alam Gunung Meja menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei dan sensus dengan cara menjelajah plot monitoring Biodiversitas TWA Gunung Meja. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 148 jenis pohon dan hanya 2 jenis pohon yang berasosiasi dengan anggrek Grammatophyllum scriptum yaitu Pometia coreacea sebanyak 8 pohon dan Octomeles sumatrana sebanyak 1 pohon dengan diameter rata-rata pohon inang adalah 63,78 cm dan tinggi rata-rata 38,11 m. Tingkat asosiasi anggrek Grammatophyllum scriptum dengan pohon inang Pometia coreacea adalah sangat erat dan tingkat asosiasi anggrek Grammatophyllum scriptum dengan pohon inang Octomeles sumatrana adalah tidak erat. Matoa (Pometia coreacea) dapat digunakan sebagai bioindikator kehadiran anggrek Grammatophyllum scriptum di hutan alam.
POLA ORDINANSI KOMUNITAS POHON DI HUTAN SEKUNDER DISTRIK MANOKWARI UTARA KABUPATEN MANOKWARI INAREN MARKUS HUBY; JIMMY F. WANMA; MARIANA H. PEDAY
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol6.Iss1.195

Abstract

This study aimed to reveal indicator plant species in the secondary forest by applying a descriptive approach and field observation as well as refer to releve method. Tral vegetation data of vascular plant at seedlings, saplings, poles, and tree stages that analyzed using MVA.4 (TWINSPAN) software. The analyzed result indicated 12 groups of associations and 1 group of solitary association in which the species were categorized as dominant. The most often appear species in 12 association group based on their growing shapes were Actinodaphne nitida, Celtis latifolia, Hemappasandra sp., Teijmaniodendron sp., Lea acuelata, Spatiostemon jevensis, Koordersiodendron pinnatum, Sisipus sp., Sterculia macrophylla, Litsea timoriana, Macaranga sp., Aglaia sp., Rhus taitensis, Alstonia scholaris, Archidendron parviflorum, Callophylum inophylum and Ficus sp. While the most dominant species in the solitary association were Chisocheton ceremicus, Cryptocarya sp., Canarium hirsutum, Euodia elleryana, Litsea ladermani, and Litsea timoriana. These species arranged and functioned as the dominant tree structure in the secondary forest along the north Manokwari area of Manokwari.
KUSKUS (Phalangeridae) DI PAPUA: ANTARA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI Agustina Y.S. Arobaya; Johan F.Koibur; Maria J.Sadsoeitoeboen; Evie W. Saragih; Jimmy F. Wanma; Freddy Pattiselanno
Jurnal Hutan Tropis Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Hutan Tropis Volume 3 Nomer 1 Edisi Maret 2015
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v3i1.4167

Abstract

Kuskus adalah salah satu satwa yang menjadi target perburuan yang dari waktu ke waktu yang cukup marak dilakukan di Papua.  Tetapi menurut peraturan yang berlaku di Indonesia, kuskus termasuk dalam jenis hewan yang dilindungi dengan undang-undang. Tulisan ini mengkompilasi hasil berbagai studi tentang pemanfaatan kuskus dan dampaknya terhadap usaha pelestarian kuskus dalam menunjang konservasi satwa liar di Papua. Tujuan pemanfaatan kuskus yaitu dijual sebagai hewan peliharaan dan dikonsumsi sumber protein hewani keluarga. Perburuan kuskus dilakukan dengan menggunakan alat buru yang bervariasi mulai dari tradisional sampai modern. Perburuan kuskus dengan cara menebang pohon pakan dan tempat berlidung kuskus berdampak negatif terhadap perusakan habitat dan penurunan populasi kuskus di alam. Oleh karena itu tindakan perlindungan kuskus perlu terus dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan plasma nutfah yang ada, aplikasi kearifan tradisional masyarakat setempat dan mendukung usaha domestikasi kuskus.Kata kunci: Kuskus, konservasi, perburuan, Papua