Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PARIWISATA DI KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA Mirah, Rini Erike; Rondonuwu, Dwight Mooddy; Siregar, Frits O. P
MEDIA MATRASAIN Vol. 21 No. 2 (2024): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Organisasi Pariwisata Dunia atau WTO mengatakan bahwa pariwisata akan menjadi industri terbesar di dunia, karena merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat dibandingkan industri lain di dunia. Infrastruktur pariwisata adalah dasar pembangunan dari suatu lokasi wisata. Dengan adanya infrastruktur pariwisata yang baik berdampak bagi pertumbuhan sektor pariwisata daerah. Di Kecamatan Likupang Timur memiliki desa wisata berkembang yang terdapat di Pantai Pulisan Desa Pulisan, Pantai Kinunang Desa Kinunang dan Pantai Paal Desa Marinsow. Memiliki infrastruktur pariwisata yang baik menjadi potensi dan daya tarik pariwisata tersebut. Akan tetapi nyatanya infrastruktur pariwisata juga dapat menjadi suatu kelemahan bagi suatu pariwisata tersebut jika didapati permasalahan didalamnya, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengembangan infrastruktur pariwisata di Kecamatan Likupang Timur. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan analisis data menggunakan Analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal pada objek wisata agar diketahui faktor kekuatan-peluang serta kelemahan-ancaman dari pengembangan infrastruktur pariwisata di Kecamatan Likupang Timur. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan infrastruktur pariwisata di Kecamatan Likupang Timur, khususnya di Pantai Pulisan, Pantai Kinunang dan Pantai Paal memiliki kesamaan serta kekurangan terkait infrastruktur pariwisatanya, dimana sebagian besar telah tersedia, namun masih perlu adanya perbaikan sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku serta perlunya pembangunan untuk beberapa infrastruktur pendukung yang masih belum tersedia.
Identifikasi Karakteristik Pola Spasial Bentang Lahan di Kawasan Pesisir Kota Manado Raintung, Livya Ekaristy; Rondonuwu, Dwight Mooddy; Siregar, Frits O. P.
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 13 No. 2 (2024): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v13i2.59296

Abstract

AbstrakWilayah pesisir Kota Manado merupakan zona transisi daratan dan perairan dengan karakteristik bentang lahan yang unik, mencakup bentang lahan alami dan buatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola spasial bentang lahan di kawasan pesisir menggunakan analisis spasial berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola bentang lahan di kawasan pesisir Kota Manado berongga dan berlekuk-lekuk, dipengaruhi oleh aktivitas reklamasi pantai. Kondisi saat ini didominasi oleh bentang lahan buatan, dengan garis pantai terpanjang sebesar 7,4 km yang berada di segmen 3 (meliputi Kelurahan Titiwungen Utara, Titiwungen Selatan, Wenang Utara, Wenang Selatan, dan Calaca) yang mendukung aktivitas perdagangan dan jasa. Sementara itu, bentang lahan alami dengan panjang garis pantai sebesar 1,37 km ditemukan di segmen 1 (meliputi Kelurahan Malalayang 2, Malalayang 1, dan Malalayang 1 Timur) dengan fungsi tradisional seperti parkir perahu nelayan. Topografi kawasan berupa dataran rendah (0–12 mdpl) dengan kemiringan lereng (0–15%), didominasi lahan untuk permukiman, perdagangan, dan jasa. Studi ini memberikan pemahaman tentang pola spasial bentang lahan untuk mendukung pengelolaan pesisir yang berkelanjutan.Kata kunci: Bentang lahan; Reklamasi; Pesisir; Pola spasial; Manado AbstractThe coastal area of Manado City is a land and water transition zone with unique landscape characteristics, including natural and artificial landscapes. This research aims to identify spatial patterns of landforms in coastal areas using Geographic Information System (GIS)-based spatial analysis and qualitative descriptive analysis. The results showed that the landscape pattern in the coastal area of Manado City is hollow and indented, influenced by coastal reclamation activities. The current condition is dominated by artificial landscapes, with the longest coastline of 7.4 km located in segment 3 (covering North Titiwungen, South Titiwungen, North Wenang, South Wenang and Calaca villages) which supports trade and service activities. Meanwhile, a natural landscape with a coastline length of 1.37 km is found in segment 1 (covering Malalayang 2, Malalayang 1, and Malalayang 1 East villages) with traditional functions such as parking for fishing boats. The topography of the area is lowland (0-12m above sea level) with slopes (0-15%), dominated by land for settlements, trade and services. This study provides an understanding of the spatial pattern of landscapes to support sustainable coastal management.Keyword: Landform; Reclamation; Coastal; Spatial patterns; Manado.
ANALISIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PARIWISATA DI KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA Mirah, Rini Erike; Rondonuwu, Dwight Mooddy; Siregar, Frits O. P
MEDIA MATRASAIN Vol. 21 No. 2 (2024): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Organisasi Pariwisata Dunia atau WTO mengatakan bahwa pariwisata akan menjadi industri terbesar di dunia, karena merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat dibandingkan industri lain di dunia. Infrastruktur pariwisata adalah dasar pembangunan dari suatu lokasi wisata. Dengan adanya infrastruktur pariwisata yang baik berdampak bagi pertumbuhan sektor pariwisata daerah. Di Kecamatan Likupang Timur memiliki desa wisata berkembang yang terdapat di Pantai Pulisan Desa Pulisan, Pantai Kinunang Desa Kinunang dan Pantai Paal Desa Marinsow. Memiliki infrastruktur pariwisata yang baik menjadi potensi dan daya tarik pariwisata tersebut. Akan tetapi nyatanya infrastruktur pariwisata juga dapat menjadi suatu kelemahan bagi suatu pariwisata tersebut jika didapati permasalahan didalamnya, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengembangan infrastruktur pariwisata di Kecamatan Likupang Timur. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan analisis data menggunakan Analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal pada objek wisata agar diketahui faktor kekuatan-peluang serta kelemahan-ancaman dari pengembangan infrastruktur pariwisata di Kecamatan Likupang Timur. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan infrastruktur pariwisata di Kecamatan Likupang Timur, khususnya di Pantai Pulisan, Pantai Kinunang dan Pantai Paal memiliki kesamaan serta kekurangan terkait infrastruktur pariwisatanya, dimana sebagian besar telah tersedia, namun masih perlu adanya perbaikan sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku serta perlunya pembangunan untuk beberapa infrastruktur pendukung yang masih belum tersedia.
Analisis Dinamika Penggunaan Lahan Menggunakan Spatial Metrics di Kota Kotamobagu Makalalag, Wahyu Devito; Rondonuwu, Dwight Mooddy; Siregar, Frits Ontang Poedjianto
Geomedia Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol. 22 No. 2 (2024): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/gm.v22i2.77102

Abstract

Kota Kotamobagu terus menunjukkan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan prasarana dan sarana perkotaan yang memicu perubahan penggunaan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika pola spasial penggunaan lahan di Kota Kotamobagu menggunakan pendekatan spatial metrics. Dinamika pola spasial penggunaan lahan dianalisis dengan menggunakan perhitungan metric Number of Patch (NP), Patch Density (PD) dan Shannon's Diversity Index (SHDI). Berdasarkan hasil analisis menggunakan spatial metrics, kerapatan penggunaan lahan pada periode 2013-2028 menunjukkan pola perkembangan penggunaan lahan yang terfragmentasi dan cenderung menjadi teragregasi pada periode 2018-2023. Dari segi dinamika keragaman penggunaan lahan, nilai SHDI Kota Kotamobagu menunjukan kenaikan yang tergolong kecil dan masih temasuk dalam kategori keragaman sedang yang mengindikasikan rendahnya tingkat perkembangan penggunaan lahan di Kota Kotamobagu dan masih terdapat jenis penggunaan lahan yang mendominasi.
Identification of Land Use Changes Due to Changes in Coastlines in the Amurang Coastal Area, South Minahasa Regency Simatupang, David; Rondonuwu, Dwight Mooddy; Warouw, Fela
Jurnal Wilayah dan Lingkungan Vol 13, No 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jwl.13.2.20-38

Abstract

Indonesia's coastal areas are dynamic and vulnerable to physical, economic, and socio-cultural changes. This study aims to analyze land use change due to shoreline change in the coastal area of Amurang, South Minahasa Regency, 2005-2022. The main data used included Landsat 7 ETM+, Landsat 8 OLI/TIRS, and Landsat 9 OLI-2/TIRS-2 images, which were processed using GIS-based spatial analysis methods. Shoreline analysis was conducted using the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) technique to measure changes in accretion and abrasion.  The results showed significant changes in land use. In Kawangkoan Bawah Village, the water body turned into 9.23 hectares of green open space and 11.32 hectares of built-up area, in line with shoreline accretion with an average transect value of 68.11 meters. In contrast, in Lopana Village, green open space turned into 12.24 hectares of water body, corresponding to a dominant abrasion of -126.99 meters. An anomaly occurred in Kawangkoan Bawah Village, where built-up land turned into a water body of 2.36 hectares even though the shoreline in the area tends to experience accretion, which is due to the location of the land change not being directly in the area of shoreline change. This research confirms the importance of utilizing spatial analysis to understand the dynamics of coastal areas and the importance of adaptive spatial planning to manage the impacts of shoreline change.