Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hegemoni Heteronormativitas Jepang dalam Film Karera Ga Honki De Amu Toki Wa Karya Ogigami Naoko Tia Saraswati
Jurnal Sakura : Sastra, Bahasa, Kebudayaan dan Pranata Jepang Vol 4 No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JS.2022.v04.i02.p06

Abstract

Artikel ini akan menganalisis bentuk heteronormatif dan hegemoni heteronormatif dalam film transgender berjudul Karera ga Honki de Amu Toki wa karya Ogigami Naoko. Tokoh utama dalam film ini adalah seorang transpuan bernama Rinko. Dengan mengambil adegan-adegan film yang menunjukkan bentuk-bentuk heteronormatif (diskriminasi, homofobia dan kecurigaan dari masyarakat Jepang di sekitar Rinko) dan bagaimana hegemoni heteronormatifitas dialami oleh Rinko, analisis akan dilakukan dengan menggunakan kerangka teori hegemoni heteronormatif dan juga konsep heteronormativitas dengan tetap mengacu pada konteks budaya Jepang dalam film. Meskipun hidup Rinko seakan sempurna karena dikelilingi orang-orang yang mencintainya dan menerima dirinya apa adanya, namun, Rinko hidup di dalam masyarakat yang heteronormatif sehingga tetap mengalami perlakuan homophobia dan diskriminatif dari orang disekitarnya. Selain itu, transpuan Rinko tidak bisa sepenuhnya memiliki kebebasan untuk mewujudkan keinginannya memiliki anak (mengadopsi Tomo) karena ada aturan-aturan yang membuatnya harus tunduk pada masyarakat heteronormatif. Dalam hal ini, representasi transpuan dalam film ini masih pada tataran transpuan yang belum diterima sepenuhnya oleh masyarakat karena masyarakat Jepang sendiri sebagian besar adalah masyarakat yang heteronormatif yang masih belum menerima gender minoritas seperti transgender. Selain itu, adanya hegemoni heteronormatif membuat transpuan Rinko harus tunduk pada aturan-aturan dan kuasa yang berlaku di dalam masyarakat Jepang.
Celebrating Virtual Existence on Social Class and Social Media Dwi Prasetyo; Tia Saraswati; Mochammad Arkansyah
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Spektrum Komunikasi : March 2023
Publisher : LPPM Stikosa - AWS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37826/spektrum.v11i1.447

Abstract

This research involves a qualitative descriptive method in which the researcher describes different situations, conditions, and variables. To collect relevant data, the research utilizes secondary data techniques and photo searches on social media. Flexing, which has become a new and popular culture among the public, has become a widely discussed issue across various social groups. Flexing content on social media platforms like Instagram, TikTok, and Facebook is often posted with the intention of gaining recognition, honor, and social status, although the wealth displayed may not always come from personal asset ownership.
Lower Class Representation in the Film Shoplifters Setyaningsih, Wahyu Handayani; Saraswati, Tia
Humanus Vol 21, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Kajian Humaniora FBS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.261 KB) | DOI: 10.24036/humanus.v21i2.116350

Abstract

This paper discusses the representation of the lower class and social reality in Japan through the film Shoplifters. This film is analyzed using the representation theory of Stuart Hall, with critical discourse analysis. The characters in the film are members of a marginalized social class who voice problems of poverty, stigmatization, family problems, and social alienation that on the other hand, are clashed with humanism values. The result of this study indicate that Shoplifters is a social critique that represent the lower class in Japan. The humanistic side shown by the characters through their attitude and dialogue becomes a paradox, as an effort to fight the stigmatization of the lower class that has taken root due to sociohistorical factors. Japan's advancement has impact on the alienation which they tried to overcome by building social cohesion in the form of a family.