Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PEMBELAJAR BAHASA JEPANG DAN BUDAYA LITERASI ABAD 21 setyaningsih, wahyu handayani; Djafri, Fatmawati
Chi'e: Journal of Japanese Learning and Teaching Vol 8 No 1 (2020): CHI'E Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang (Journal of Japanese Learning and Teaching)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/chie.v8i1.37471

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian mengenai budaya literasi di kalangan mahasiswa pembelajar Bahasa Jepang, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui budaya literasi di kalangan mahasiswa Bahasa Jepang, Sekolah Vokasi UGM; (2) mengetahui motivasi dalam aktivitas literasi mahasiswa; dan (3) sebagai studi pendahuluan untuk penelitian selanjutnya, yang diharapkan juga bermanfaat dalam merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan model belajar mahasiswa. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) budaya literasi di kalangan mahasiswa Bahasa Jepang terwujud dalam kegiatan eksploratif seperti mencari informasi yang diminati dan dibutuhkan, serta mencatat informasi yang dianggap perlu. Akan tetapi, aktivitas literasi ini sebagian besar masih dimotivasi oleh ada tidaknya tugas kuliah, serta adanya suatu peristiwa atau fenomena yang sedang menjadi topik perbincangan (trending topic) (75%). Aktivitas literasi yang didasari factor kebutuhan masih tergolong rendah, yaitu sebanyak 12% dari keseluruhan mahasiswa responden; (2) mahasiswa yang mengakses informasi setiap hari juga masih tergolong rendah, yaitu sebanyak 22%; dan (3) media social menjadi media yang paling sering diakses dalam melakukan aktivitas literasi, yaitu sebanyak 52,5%, dan 47,5% sisanya mengakses informasi melalui situs berita online.
HEGEMONI DAN NEGOSIASI DALAM GAYA BERBUSANA Dwiwardani, Wury; Handayani Setyaningsih, Wahyu
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v10i1.28126

Abstract

Tulisan ini berangkat dari ketertarikan pada fenomena fashion statement dari para pejabat publik akhir-akhir ini yang mendapat perhatian dari masyarakat luas. Saat ini, seorang pejabat publik tidak hanya akan mendapatkan perhatian dari khalayak luas karena official atau political statement yang disampaikannya, namun juga karena fashion statement yang ditampilkannya. Fashion statement tersebut memunculkan berbagai pendapat yang merepresentasikan nilai-nilai hegemonik terkait kode-kode fashion yang berlaku, sekaligus juga upaya melakukan negosiasi dan transformasi atasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hegemoni bekerja mengontrol persepsi masyarakat dalam memahami realitas, dan bagaimana negosiasi dan transformasi terjadi dalam kode-kode fashion. Analisis dilakukan dengan mencermati artikel dan komentar-komentar warganet di media-media daring untuk melihat makna yang tersirat. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terlihat adanya upaya untuk melakukan negosiasi dan transformasi pada kode-kode fashion. Fashion dan gagasan-gagasan yang disematkan padanya memunculkan kebutuhan mengkonsumsi pakaian serta assories penyertanya, dan membuka pasar yang tidak pernah mati bagi bisnis dan industri fashion. Pada akhirnya hegemoni budaya pada produk fashion bekerja untuk penguasa yang sesungguhnya, yaitu mereka para pemilik modal.
Pembelajar Bahasa Jepang dan Budaya Literasi Abad 21 setyaningsih, wahyu handayani; Djafri, Fatmawati
Chi'e: Journal of Japanese Learning and Teaching Vol 8 No 1 (2020): CHI'E Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang (Journal of Japanese Learning and Teaching)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/chie.v8i1.37471

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian mengenai budaya literasi di kalangan mahasiswa pembelajar Bahasa Jepang, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui budaya literasi di kalangan mahasiswa Bahasa Jepang, Sekolah Vokasi UGM; (2) mengetahui motivasi dalam aktivitas literasi mahasiswa; dan (3) sebagai studi pendahuluan untuk penelitian selanjutnya, yang diharapkan juga bermanfaat dalam merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan model belajar mahasiswa. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) budaya literasi di kalangan mahasiswa Bahasa Jepang terwujud dalam kegiatan eksploratif seperti mencari informasi yang diminati dan dibutuhkan, serta mencatat informasi yang dianggap perlu. Akan tetapi, aktivitas literasi ini sebagian besar masih dimotivasi oleh ada tidaknya tugas kuliah, serta adanya suatu peristiwa atau fenomena yang sedang menjadi topik perbincangan (trending topic) (75%). Aktivitas literasi yang didasari factor kebutuhan masih tergolong rendah, yaitu sebanyak 12% dari keseluruhan mahasiswa responden; (2) mahasiswa yang mengakses informasi setiap hari juga masih tergolong rendah, yaitu sebanyak 22%; dan (3) media social menjadi media yang paling sering diakses dalam melakukan aktivitas literasi, yaitu sebanyak 52,5%, dan 47,5% sisanya mengakses informasi melalui situs berita online.
JAVANESE IDENTITY THROUGH SYMBOLIZATION OF CANTING: A STUDY OF THE NOVEL CANTING BY ARSWENDO ATMOWILOTO Wahyu Handayani Setyaningsih; Wury Dwiwardani
ISLLAC : Journal of Intensive Studies on Language, Literature, Art, and Culture Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.983 KB)

Abstract

This research takes novel Canting as the object of analysis. This research used cultural semiotics approach. The research aims to find the Javanese identity symbolized in canting. The results obtained as follows: (1) Javanese identity is represented by the attitude of "nrimo", which means “accept”; (2) canting is a symbol of high culture which is defeated; (3) high culture must negotiate with mass culture in order to survive.
HEGEMONI DAN NEGOSIASI DALAM GAYA BERBUSANA Wury Dwiwardani; Wahyu Handayani Setyaningsih
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 10 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v10i1.28126

Abstract

Tulisan ini berangkat dari ketertarikan pada fenomena fashion statement dari para pejabat publik akhir-akhir ini yang mendapat perhatian dari masyarakat luas. Saat ini, seorang pejabat publik tidak hanya akan mendapatkan perhatian dari khalayak luas karena official atau political statement yang disampaikannya, namun juga karena fashion statement yang ditampilkannya. Fashion statement tersebut memunculkan berbagai pendapat yang merepresentasikan nilai-nilai hegemonik terkait kode-kode fashion yang berlaku, sekaligus juga upaya melakukan negosiasi dan transformasi atasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hegemoni bekerja mengontrol persepsi masyarakat dalam memahami realitas, dan bagaimana negosiasi dan transformasi terjadi dalam kode-kode fashion. Analisis dilakukan dengan mencermati artikel dan komentar-komentar warganet di media-media daring untuk melihat makna yang tersirat. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terlihat adanya upaya untuk melakukan negosiasi dan transformasi pada kode-kode fashion. Fashion dan gagasan-gagasan yang disematkan padanya memunculkan kebutuhan mengkonsumsi pakaian serta assories penyertanya, dan membuka pasar yang tidak pernah mati bagi bisnis dan industri fashion. Pada akhirnya hegemoni budaya pada produk fashion bekerja untuk penguasa yang sesungguhnya, yaitu mereka para pemilik modal.
The Sustainability of Community Library and Literacy Culture Wahyu Handayani Setyaningsih; Mery Kharismawati
Soshum: Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 11 No 2 (2021): July
Publisher : Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31940/soshum.v11i2.2496

Abstract

Community library is an institution that aims to improve the culture of literacy. It is held by several member of the society. However, community library faces several problems that hinder development, including regeneration problems in the organizational management. The library is generally located in the house of a resident, so its accessibility is very dependent on the existence of the homeowner. The homeowner is also the manager of the library. Therefore, regeneration in management is very important. The lack of awareness of community members causes the problem in the regeneration. This paper discusses the problem on sustainability of the community library. The data was taken from one of the community library in Bantul Regency, namely Widuri Pandan. The results of observations and interviews indicate that: 1) collaboration is needed with various parties to be able to develop the community, not only through donations, but also collaboration activities; 2) it is necessary to design forms of routine activities that can stimulate public interest in literacy; 3) sustainability in the human resources development faces some obstacles, so that regeneration and formation of the literacy team need to be formed.
Workshop Upgrading Kemampuan Mengajar Guru Bahasa Asing SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Sampang: Sebuah Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Yohana Ika Harnita Sari; Endang Soelistiyowati; Tri Nuraniwati; Agnes Siwi Purwaning Tyas; Nabilla Kusuma Vardhani; Wahyu Handayani Setyaningsih; Wury Dwiwardani; Ummul Hasanah; Arismoyo Damar Pambudi
Jurnal Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Vol 3, No 2 (2020): NOVEMBER 2020
Publisher : Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Sekolah Vokasi UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jp2m.51088

Abstract

Penguasaan bahasa asing merupakan salah satu kunci dalam memenangkan persaingan di era globalisasi ini. Oleh karenanya, pembelajaran bahasa asing khususnya di tingkat pendidikan menengah/kejuruan perlu diupayakan agar memiliki kondisi yang ideal agar outcome pembelajaran dapat tercapai sehingga lulusannya lebih berdaya saing. Dalam kenyataannya, di banyak daerah di Indonesia belum memiliki kondisi yang ideal untuk pembelajaran bahasa, tidak terkecuali di Kabupaten Sampang, Jawa Timur yang indeks pendidikannya masih rendah. Kompetensi pedagogis, mindset, dan motivasi pengajar menjadi hal yang krusial dalam penentuan keberhasilan pembelajaran bahasa di daerah tersebut. Oleh karenanya, pelatihan untuk peningkatan kemampuan mengajar guru bahasa asing menjadi jalan keluar yang tepat untuk meminimalisir dampak negatif dari kurangnya penguasaan kompetensi guru secara pedagogis. Penelitian ini bertujuan untuk  mendeskripsikan tahapan R&D dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang berjudul “Workshop Upgrading Kemampuan Mengajar Guru Bahasa Asing (Bahasa Inggris dan Lainnya) SMA/SMK/MA Se-Kabupaten Sampang” yang diselenggarakan pada tanggal 17-19 September 2019. Secara umum, tahapan R&D yang dilaksanakan selama bulan Mei-Oktober 2019 tersebut diadaptasi dari siklus R&D yang dikembangkan oleh Borg & Gall (2003), yaitu (1) pengumpulan informasi dan penelitian, (2) perencanaan, (3) mengembangkan produk,  (4) diseminasi 1 dan implementasi , (5) evaluasi, dan (6) diseminasi 2.
Variasi Metode Dalam Pembelajaran Membaca di Program Studi Bahasa Jepang di Sekolah Vokasi UGM Wahyu Handayani Setyaningsih
JLA (Jurnal Lingua Applicata) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.539 KB) | DOI: 10.22146/jla.28317

Abstract

Learning method is one of the important aspects to reach the aim of learning. In foreign language learning, especially in Japanese, various method is needed in order to improve the student’s skill and also give chance to the students to be more active in learning Japanese. This paper aims to explore the impact of various method used in Japanese learning in Vocational College, UGM. Based on the research, there are several impact on various method use to the student’s learning outcome. First, the students become more active in learning and show their opinions. Second, various method build the student’s self-reliance, and third, improving the student’s skill of communication, especially in Japanese.   
Kesalahan Terjemahan Konjungtor -te pada Kalimat Majemuk Bahasa Jepang: Kajian Struktur dan Makna Saidatun Nishfullayli; Wahyu Handayani Setyaningsih
JLA (Jurnal Lingua Applicata) Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (906.223 KB) | DOI: 10.22146/jla.50356

Abstract

In translating Japanese compound sentences, generally, students still have difficulty in interpreting the meaning of the -te verb which functioned as a conjunction (-te conjunction) in compound sentences. Semantically, the -te verb form has some meanings that can be distinguished based on the context of the sentence. Inaccuracy in determining the meaning of the -te conjunction can affect the results of translating compound sentences. In this research, the forms of -te conjunction translation errors which causes the error in translating compound sentence will be elaborated. Data in this research taken from the translation of 'Haha no Tanjobi', which is one of the subtitles in the Rudolf Beethoven biography book titled Beetoben Kodomo Denki Zenshuu, translated by semester VI students of the Japanese Language Program, Vocational College, UGM. From the analysis, the causes of errors in translating conjunctions can be concluded as follows: learners do not understand the classification of the -te conjunctions’ meaning, lack of mastery of Japanese and Indonesian compound sentence structures, and have not been able to understand the message/ meaning of each clause forming compound sentences in Japanese.
Watching Doraemon: Dismantling hegemony in a Japanese popular series Setyaningsih, Wahyu Handayani; Wahidati, Lufi
Diksi Vol. 31 No. 2: DIKSI (SEPTEMBER 2023)
Publisher : Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/diksi.v31i2.65749

Abstract

This article examines hegemony spread through Japanese popular series, Doraemon. In 2008, the character Doraemon was made the Anime Ambassador and was sent around the world to campaign for Japanese popular culture. This appointment is part of the Japanese government's public diplomacy strategy. Doraemon is then synonymous with the perfect character figure, which has become one of the symbols of the progress of the Japanese state. Hegemony theory is used to dissect how ideology works through characters that have become state icons and are widely accepted with a very positive image. The results of the analysis show that patriarchal hegemony works through the depiction of scary female characters, male superiority, and the role of the media as a means of ideological dissemination. The Doraemon series preserves the patriarchy wrapped in a beautiful dream story of a future with Japan's advanced technology.