Pendahuluan: Glaukoma dapat menyebabkan terjadinya kebutaan permanen, dikarenakan terjadinya peningkatan tekanan intraokular (TIO) dan kerusakan saraf optik. Terapi medikamentosa pada kasus glaukoma anak, memiliki respon yang kurang baik dan sering membutuhkan tatalaksana pembedahan seperti trabekulektomi, implantasi tube shunt dan siklodestruksi. Tujuan: Untuk menjelaskan karakteristik klinis dan tatalaksana pada 3 pasien anak dengan glaukoma. Laporan Kasus: Kasus 1, anak perempuan usia 4 tahun dengan glaukoma sekunder pada kedua mata akibat mikrosferofakia, dilakukan implantasi tube shunt pada kedua mata dengan hasil post operative day (POD) 1 tekanan bola mata kiri tetap tinggi. Kasus 2, anak perempuan usia 10 tahun dengan juvenile open angle glaucoma (JOAG) kedua mata, dilakukan trabekulektomi dengan antimetabolit untuk mata kiri dengan POD 1 TIO mata kiri normal. Kasus 3, bayi perempuan usia 2 bulan dengan glaukoma sekunder mata kanan akibat disgenesis pada segmen anterior, dilakukan tatalaksana siklodestruksi pada mata kanan dengan TIO POD 1 tetap tinggi. Kesimpulan: Trabekulektomi, implantasi tube shunt dan siklodestruksi merupakan pilihan tatalaksana untuk pasien glaukoma pada anak dengan TIO yang tidak terkontrol secara medikamentosa. Pertimbangan dalam pemilihan tatalaksana pembedahan terdapat beberapa faktor seperti sumber daya medis di rumah sakit, pengalaman operator dan kondisi dari pasien itu sendiri. Pada laporan kasus ini belum dapat dinilai follow up jangka panjangnya sehingga keberhasilan terapi pada laporan kasus ini belum dapat dinilai.