Rodman Tarigan
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RS Hasan Sadikin, Bandung

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

The Role of Socioeconomic Factors Contributed to The Prevalence of Children under Five Years Old with Small Stature in Jatinangor Indari, Anggie; Setiawati, Elsa Pudji; Tarigan, Rodman
Althea Medical Journal Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Althea Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.581 KB)

Abstract

Background: Indonesia  is on the fifth in world population for children with small stature. It could affect to their future, so growth disorders should be detected as early as possible. The influence of growth disorders is inseparable from the socioeconomic condition of the family.  This study aims to analyze the influence of socioeconomic based on education, occupation and family income towards small stature children under five years old in Jatinangor.Methods: This was a study of analytic cross sectional with multi-stage proportionate consecutive sampling. 110 samples of children under five years of age (12–59months) from 12 villages (6087 children) in Jatinangor sub district were taken on October and November 2012. Their height was measured using a microtoise based on WHO Growth Chart and the socioeconomic status was measured using questionnaire completed by their motherResults: There were 32 children (29,1%) with small stature. The relationship between maternal education with short stature (p=0.310), father’s education with small stature (p=0.368), mother’s occupation with small stature (p=0.774), father’s occupation with small stature (p=0.524) and family income with small stature (p=0.890) after it was examined using chi-squre test were not significant (p>0.05).Conclusion: In Jatinangor, there are still many children with small stature under five years old and the socioeconomic factors do not have any relationship with this condition. [AMJ.2015;2(1):298–303]
Perbandingan Masalah Mental Emosional dan Karakteristik Pasien Remaja dengan Talasemia Mayor di Poli Talasemia RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Qory Aulia Sukma; Rodman Tarigan; Lynna Lidyana
Sari Pediatri Vol 23, No 1 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.1.2021.23-7

Abstract

Latar belakang. Talasemia adalah penyakit genetik hematologik yang berdampak terhadap perubahan fisik dan kegiatan sehari-hari pasien sehingga berpengaruh pada psikososial pasien, terutama pasien remaja yang mengalami perubahan emosional pada fase transisi menuju dewasa.Tujuan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbandingan masalah mental emosional dengan karakteristik pasien remaja talasemia mayor di Poli Talasemia RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.Metode. Penelitian ini adalah studi deskriptif-analitik dengan desain potong lintang yang dilakukan pada bulan Agustus– September 2019. Subjek penelitian adalah 96 pasien talasemia di Poli Talasemia RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan kelompok usia 11-17 tahun yang mengisi self-assessment Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ).Hasil. Dari 96 subjek penelitian, 49 (51%) adalah perempuan. Enam puluh empat (67%) adalah kelompok usia 11-14 tahun, dan 46 (48%) di antaranya adalah siswa SMP. Gambaran masalah mental emosional pasien meliputi masalah emosional 17 (18%), conduct 12 (12%), hiperaktivitas 8 (8%), dan masalah hubungan dengan teman sebaya 7 (7%). Kesimpulan. Tidak ada perbedaan antara masalah mental emosional dan karakteristik pasien remaja dengan talasemia mayor.
Perbedaan antara Pemberian MPASI Komersil dan Buatan Rumah Tangga dengan Kejadian Perawakan Pendek pada Anak Usia 11-23 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinangor Tisnasari Hafsah; Nisita Widyastari; Rodman Tarigan; Viramitha Kusnandi Rusmil
Sari Pediatri Vol 21, No 5 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.5.2020.295-301

Abstract

Latar belakang. Perawakan pendek masih menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi pendek secara nasional adalah 37,2%. Pemilihan dan pemberian makanan pendamping ASI yang tepat berperan sangat penting demi memenuhi kebutuhan gizi anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan guna mencapai pertumbuhan yang optimal. Tujuan. Mengetahui perbedaan antara pemberian makanan pendamping ASI komersil dan buatan rumah tangga terhadap kejadian perawakan pendek pada anak usia 11-23 bulan.Metode. Jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 82 anak kasus dan kontrol yang dipilih menggunakan metode consecutive sampling secara berpasangan. Mengacu pada kurva pertumbuhan WHO, kasus adalah perawakan pendek yang didefinisikan sebagai anak dengan z-score TB/U <-2 SD dan kontrol adalah anak yang tidak pendek. Kedua kelompok dipilih secara matching berdasarkan usia dan jenis kelamin.Hasil. Jenis pemberian makanan pendamping ASI ketika usia 9-11 bulan merupakan faktor dominan yang dapat menyebabkan perawakan pendek.Kesimpulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian jenis makanan pendamping ASI komersil dan buatan rumah tangga yang diberikan pada rentang usia 9-11 bulan dengan kejadian perawakan pendek pada anak usia 11-23 bulan (OR=0,22;p=0,01).
Hubungan Stunting dengan Gangguan Kognitif pada Usia Remaja Awal di Kecamatan Jatinangor Rafa Fathia Suhud; Eddy Fadlyana; Elsa Pudji Setiawati; Siti Aminah; Rodman Tarigan
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.115-20

Abstract

Latar belakang. Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan nasional maupun dunia. Diperkirakan stunting berhubungan dengan penurunan dalam tingkat kognitif, kapasitas belajar, motorik, dan fungsi bahasa.Tujuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan stunting dengan gangguan kognitif pada usia remaja awal di Kecamatan Jatinangor.Metode. Jenis penelitian ini merupakan studi penelitian analitik komparatif dengan metode potong lintang. Kriteria inklusi penelitian ini adalah murid sekolah dasar kelas 5-6 di Kecamatan Jatinangor. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pengambilan data yang tidak lengkap dan memiliki penyakit kronik. Pengambilan data berupa karakteristik subjek, antropometri dilakukan sesuai dengan prosedur WHO, dan fungsi kognitif menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) Folstein. Analisis data menggunakan Fisher’s Exact Test.Hasil. Penelitian ini terdiri dari 58 subjek yang terdiri dari 57% perempuan dan 43% laki-laki dengan rentang usia 10-12 tahun. Terdapat 26% subjek yang termasuk kategori stunting dan 26% yang termasuk kategori Mini Mental State Examination tidak normal. Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik Fisher’s Exact Test didapatkan hubungan antara stunting dengan gangguan kognitif dengan nilai p=0,013.Kesimpulan. Dari hasil penelitian ini ditemukan terdapat hubungan bermakna antara stunting dengan gangguan kognitif pada usia remaja awal di Kecamatan Jatinangor.
Hubungan Gangguan Tidur dan Prestasi Akademik pada Siswa Kelas III, IV, dan V Sekolah Dasar di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat Inge Yasmien; Rodman Tarigan; Lynna Lidyana
Sari Pediatri Vol 21, No 5 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.5.2020.310-16

Abstract

Latar belakang. Dampak gangguan tidur yang melibatkan beberapa aspek dan angka kejadian gangguan tidur yang cukup tinggi masih kurang mendapatkan perhatian dari orang tua anak maupun tenaga medis. Gangguan tidur dikaitkan dengan fungsi kognitif dan keberhasilan akademik anak.Tujuan. Menggambarkan prevalensi gangguan tidur pada anak usia sekolah dasar serta mengetahui pengaruh gangguan tidur dan faktor sosiodemografi terhadap prestasi akademik di kawasan Jatinangor.Metode. Desain penelitian potong lintang dilakukan di tiga sekolah dasar kelas 3, 4, dan 5 di kawasan Jatinangor pada bulan Agustus-September 2019. Orang tua mengisi lembar kuesioner skala gangguan tidur untuk anak (SDSC) dan kuesioner karakteristik subjek. Prestasi akademik dinilai dengan membandingkan nilai rata-rata individu terhadap nilai rata-rata satu kelas.Hasil. Subjek yang dapat dianalisis berjumlah 101 anak. Sebanyak 65,3% subjek mengalami gangguan tidur dan 49,5% subjek memiliki nilai di bawah nilai rata-rata kelas. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan berarti antara gangguan tidur dengan hasil prestasi akademik anak (p=0,044). Terdapat juga hubungan yang berarti antara pendidikan orang tua (p=0,042) dan jenis kelamin (p=0,037) dengan hasil prestasi akademik anak. Kesimpulan. Penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara gangguan tidur dan prestasi akademik. Faktor sosiodemograsi yang berpengaruh terhadap prestasi akademik adalah jenis kelamin dan pendidikan orang tua anak.
Kualitas Hidup Anak dengan Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung Fairuz Sani; Rodman Tarigan; Ahmedz Widiasta
Sari Pediatri Vol 24, No 1 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.1.2022.31-5

Abstract

Latar belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) dapat mengakibatkan kualitas hidup anak penderita menjadi menurun baik secara fisik, emosional, sosial, maupun prestasi belajar. Terdapat sekitar 52 kasus PGK per tahunnya yang terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.Tujuan. Mengetahui kualitas hidup anak pasien penyakit ginjal kronik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.Metode. Penelitian menggunakan metode deskriptif kategorikal dengan rancangan potong lintang (Cross-sectional) pada periode Juli – Agustus 2019. Subjek penelitian terdiri atas seluruh pasien anak berusia 2-18 tahun dan orangtua pasien dengan PGK. Sampel penelitian diperoleh dengan metode konsekutif. Subjek diekslusi apabila pasien anak PGK sedang mengalami eksaserbasi akut dan pasien atau orangtua pasien yang tidak kooperatif. Data diperoleh menggunakan kuesioner PedsQL 4.0 Generic Core Scales.Hasil. Sebanyak 60% anak dengan PGK di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki kualitas hidup yang buruk berdasarkan self-report dengan rata-rata skor total yaitu 56,85 ± 7,53. Berdasarkan parent-report, kualitas hidup anak dengan PGK termasuk ke dalam kategori yang buruk dengan rata-rata skor total sebesar 69,43±17,07.Kesimpulan. Sebagian besar anak dengan PGK yang ada di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki kualitas hidup yang buruk. Skor total terendah terdapat pada pasien anak dengan PGK yang sudah memasuki derajat akhir (PGK 5).
Profiles of diphtheria cases in children in Hasan Sadikin Hospital, West Java Iskandar, Safira Atya; Setiabudi, Djatnika; Tarigan, Rodman; Alam, Anggraini; Afriandi, Irvan
Paediatrica Indonesiana Vol 64 No 4 (2024): July 2024
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi64.4.2024.305-10

Abstract

Background Diphtheria cases continue to be reported in Indonesia, which has long been one of the countries with the highest number of diphtheria cases worldwide. One of Indonesia's province with the highest annual diphtheria cases is West Java. Dr. Hasan Sadikin General Hospital (RSHS) is one of the tertiary referral hospitals in Bandung, West Java, that treats several diphtheria cases annually. No study focused on the clinical characteristics of diphtheria cases in children admitted to RSHS between 2017 and 2021 yet. Therefore, this study sought to analyze that. Objective To find out the profiles of children < 18-year-old with diphtheria admitted in RSHS between 2017-2021. Methods This descriptive, cross-sectional study reviewed the medical records of diphtheria patients 0 to 18-year-old who were admitted to RSHS between year 2017 and 2021. Results Out of 45 subjects, 76% were males. The median of age was eight years old, ranging from 2 to 17 years. Most patients lived in urban areas and had normal anthropometry status, although some showed abnormal findings. The data showed that 44% had more than 3 days of onset until admission to the hospital, and the median length of stay was 9 days. The clinical characteristics showed that 91% of patients had pseudomembrane, also present with cough, common cold, hoarseness, stridor, and bull’s neck. As many as 44% of patients did not have complete basic immunization status. Complications found were airway obstructions, myocarditis, and sepsis, and 2 deaths were reported. Conclusion Pseudomembrane was found in the majority of patients. Most patients were over five years of age, and almost half number of the patients did not have complete basic immunization status, indicating the need for improved immunization and booster coverage.
Safety and Preliminary Immunogenicity of Recombinant Hepatitis B (Bio Farma) Vaccine in Adults and Children: A Phase 1 Clinical Trial Fadlyana, Eddy; Tarigan, Rodman; Rusmil, Kusnandi; Sari, Rini Mulia; Kartasmita, Cissy B; Mardiah, Behesti Zahra; Dwi Putra, Muhammad Gilang
Althea Medical Journal Vol 10, No 4 (2023)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15850/amj.v10n4.3279

Abstract

Background: In order to fulfil the requirements of the national immunization program and sustain the production capacity of the monovalent Hepatitis B vaccine, this study aimed to assess the safety and immunogenicity of the recombinant Hepatitis B Vaccine (Bio Farma) using the new Hepatitis B bulk. Methods: This study was an experimental, randomized, double-blinded, and controlled Phase I clinical trial, with 100 healthy subjects divided into 50 adults and 50 adolescents. Subjects were randomly assigned to receive either the Bio Farma registered Recombinant Hepatitis B Vaccine (group A) or a new source of Hepatitis B bulk (group B). Subjects received one or three doses of vaccine, depending on the baseline anti-Hbs titer. Subjects were given diary cards to record solicited and unsolicited adverse events for 28 days following vaccination. Vaccine immunogenicity was assessed by measuring the level of HBsAg antibody titer elevation.Results: No serious adverse events were reported during clinical trials. The frequencies of adverse events were not significantly different between the two vaccine-randomized groups. The most immediately observed local reaction was local pain, reported by 35.7–42.8% of adults and 24.0–26.3% of adolescents, without any systemic reactions. Seroconversion in adults in group B reached 100% and 78.5% in group A, meanwhile in adolescent subjects in both groups it reached 100%. A substantial increase in geometric mean titer (GMT) was observed in the majority of subjects after immunization.Conclusion: Recombinant Hepatitis B Vaccine with a new source of HBsAg B bulk is safe, well tolerated, and highly immunogenic.