Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Tingkah Laku Ikan Setelah Pengambilan Lendir Pada Ikan Air Tawar Di Apostolic Campus Training School (ACTS) John Etry Ririhena
JURNAL BIOSAINSTEK Vol 3 No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/biosainstek.v3i1.1433

Abstract

Ikan nila (Oreochromis niloticus)merupakan jenis ikan air tawar yang sangat potensial untuk dibudidayan, karena dagingnya yang cukup tebal. Ikan ini juga tidak hanya dimanfaatkan dagingnya tetapi tulang, sisik dan kulit yang dimanfaatkan untuk menghasilkan lendir yang dijadikan sebagai bahan pembuatan kolagen. Tujuan Penelitian ini adalah berapa besar lendir ikan nila (Oreochromis yang dihasilkan dalam wadah pemeliharaan dan bagaimana tingkah laku ikan nila (Oreochromis niloticus )setelah pengambilan lendir. Sedangkan manfaat penelitian adalah sebagai bahan pustaka maupun informasi bagi peneliti, masyarakat maupun mahasiswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.Dengan wadah yang disiapkan berupa Aquarium dengan ukuran 40×60 1 buah dan 30×40 1 buah. Wadah berukuran 40×60 berisi 10 ekor ikan, sedangkan akuarium berukuran 40×30 berisi 6 ekor ikan. Hasil Penelitian yang dicapai antara lain pengukuran lendir dari wadah 40 x 60 nilai yang didapat berkisar antara 2-4 ml, untuk wadah akuarium yang berukuran 30 x 40 berkisar 1,5-3 ml. Sedangkan tingkah laku ikan yang diperoleh setelah pengambilan lendir ada 5 antara lain ikan yang baru mengalami pencabutan sisik cenderung mengalami stress, ikan tersebut setelah berenang di dalam wadah sering menggosokan badannya pada akuarium, ikan sering mengeluarkan feses, agresif dan suka menyerang ikan lain dalam satu wadah pemeliharaan,dan ikan sering menghindar dari cahaya.
Analisis Potensi Sumberdaya Perikanan Tahun 2019-2022 di Pulau Halmahera John Etry Ririhena; Edom Bayau; Baltazar Z Erbabley; Yuliana Natan
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 5 (2023): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v5i.702

Abstract

Sumberdaya perikanan di pulau Halmahera memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat sehingga menunjang ketahanan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis potensi sumberdaya alam perikanan dan Faktor Penyebab naik turunnya potensi sumberdaya perikanan di Pulau Halmahera. Penelitian ini menggunakan Metode Kuantitatif. Dari data hasil olahan yang didapat jumlah luasan Ekosistem Terumbu karang tahun 2022 untuk Halmahera Barat 2.581,1 Ha, Halmahera Selatan 16.338,3 Ha, Halmahera Tengah 6.164,8 Ha, Halmahera Timur 5.333,6 Ha dan Halmahera Utara 5.206,6 Ha. Jumlah Luasan Ekosistem Lamun untuk Halmahera Barat 470,4 Ha, Halmahera Selatan 8.283,2 Ha, Halmahera Tengah 1.215,9 Ha, Halmahera Timur 2.447,5 Ha, dan Halmahera Utara 994,7 Ha. Jumlah Luasan Ekosistem Mangrove Tahun 2022 Halmahera Barat 3.696,1 Ha, Halmahera Selatan 17.843,7 Ha, Halmahera Tengah 2.730,8 Ha, Halmahera Timur 6.634,1 Ha, Halmahera Utara 3.270,6 Ha. Jumlah Hasil Perikanan Tangkap Tahun 2019 Halmahera Barat 16.637 Ton, Halmahera Selatan 65.284 Ton, Halmahera Tengah 22.762 Ton, Halmahera Timur 15.191 Ton, Halmahera Utara 28.659 Ton. Tahun 2020 Halmahera Barat 17. 494 Ton, Halmahera Selatan 52.951 Ton, Halmahera Tengah 23.782 Ton, Halmahera Timur 9.786 Ton dan Halmahera Utara 28.841 Ton. Sedangkan Tahun 2021 Halmahera Barat 25.675 Ton, Halmahera Selatan 53.812 Ton, Halmahera Tengah 23.006 Ton, Halmahera Timur 24.231 Ton dan Halmahera Utara 32.021 Ton. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2020 dan 2021 Halmahera Barat 305,46 dan 307,76 Ton, Halmahera Selatan tidak ada, Halmahera Tengah tidak ada, Halmahera Timur 50,31 dan 50,14 Ton, dan Halmahera Utara Tidak ada. Faktor Kondisi ekosistem Terumbu Karang, Lamun dan Mangrove masih dalam kategori baik. Tren produksi perikanan tangkap tidak seimbang dikarenakan karna alat tangkap tergolong sederhana, Pasokan BBM yang kurang dan harga tinggi, kapal atau perahu dijadikan transportasi antar pulau. Sedangkan untuk produksi budidaya perikanan yang tidak seimbang karna masih skala lokal yang khusus konsumsi dan sisanya di jual, sehingga belum memenuhi target.