Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam yang memiliki berbagai keunggulan, namun di pihak lain posisinya berada dalam wilayah yang memiliki kondisi gegrafis, geologis, hidrologis dan demografis yang rawan terhadap terjadinya bencana dengan frekuensi yang cukup tinggi, sehingga memerlukan penanganan yang sistematis, terpadu dan terkoordinasi. Indonesia adalah Negara yang rawan terhadap berbagai macam bencana.Hal ini disebabkan letak geografis wilayah Indonesia terletak di daerah rawan bencana, Indonesia dilewati cincin api (Ring Of Fire), serta terdapat lempeng Eurosia dan Indorustralia. Bencana di Indonesia yang sering terjadi adalah bencana alam seperti gempa bumi, erupsi gunung berapi, tsunami, badai tropis, banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Bencana non alam seperti ledakan hama, wabah penyakit, kejadian luar biasa kesiapsiagaan suatu daerah atau kota di butuhkan untuk mengantisipasi bencana yang terjadi.Kota Batu merupakan daerah rawan bencana dan bencana dapat terjadi disebabkan oleh alam maupun non alam. Hal ini terbukti telah terjadi berbagai bencana di Kota Batu seperti banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, angin puting beliung, kekeringan, kegagalan teknologi, kecelakaan transportasi, wabah/hama penyakit, serta konflik sosial. Akibat dari bencana-bencana dimaksud berdampak pada rusaknya lingkungan, permukiman penduduk, sarana prasarana vital dan membawa kerugian harta benda dan penderitaan serta korban jiwa manusia. Selain itu, bencana-bencana dimaksud juga berdampak pada terjadinya pengungsian yang disebabkan oleh rumah tinggalnya rusak atau ancaman lainya dan memaksa mereka mencari tempat lain yang lebih aman.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, teknik analisis menggunakan model analisi dan interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1994). Untuk mewujudkan kota Batu yang tangguh terhadap bencana maka perlu diawali dengan pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana sebagai satuan terkecil dari Kota. Sehingga dapat dilakukan langkah antisipasi dan kesiapsiagaan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang tepat, terarah, dan terpadu. Adapun yang dilakukan oleh BPBD tidak lepas dari faktor penghambat dan faktor pendukung. Berkaitan dengan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah meningkatkan kesadaran akan potensi bencana dan dampak bencana dengan mendukung BPBD dalam pembentukan desa tangguh bencana yang diharapkan memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana. Kata Kunci : Kesiapsiagaan Bencana ; Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)