Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

EFEK EKSTRAK BIJI KOPI ROBUSTA (coffeacanephora) TERHADAP pH SALIVA dan PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus (ATCC® 29213™) (IN VITRO) Lubis, M Rizki Fauzi; Lindawati, Yumi
Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) Vol 12 No 3 (2018): Jurnal Ilmiah PANNMED Periode Januari-April 2018
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemetrian Kesehatan Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.981 KB)

Abstract

Kopi merupakan minuman yang digemari masyarakat. Kandungan dalam kopi terdiri dari kafein, trigonelin, sukrosa, monosakarida, asam klorogenat, dan asam nikotinat. Kafein pada kopi yang berguna sebagai obat antibakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek ekstrak kopi Robusta pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5% untuk mempertahankan pH saliva normal dan mengetahui jumlah koloni Staphylococcus aureus. Besar sampel masing-masing perlakuan berjumlah 20 sampel untuk pengukuran pH saliva dan jumlah koloni Staphylococcus aureus. Pengumpulan saliva dilakukan pada pukul 9 sampai pukul 10 pagi. Pengukuran pH saliva menggunakan indikator pH saliva Hanna Instrument, dan pengujian bakteri Staphylococcus aureus (ATCC®29213™) menggunakan media Mannitol Salt Agar, selama 24 jam pada suhu 37oC, setelah itu dilakukan penghitungan jumlah koloni(CFU). Hasil uji T berpasangan menunjukkan ekstrak kopi Robusta konsentrasi 100%, 50%, dan 25% dapat menurunkan pH saliva secara signifikan. Pada uji kruskal wallis menunjukkan hasil yang signifikan antara seluruh konsentrasi ekstrak kopi Robusta. Hasil uji Mann Whitney U perbedaan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus dari tiap konsentrasi ekstrak kopi Robusta adalah signifikan p <0,05. Uji Korelasi pearson antara pH kopi dan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada tiap konsentrasi terdapat hubungan yang signifikan antara pH kopi terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus. Kesimpulan dari penelitian adalah ekstrak kopi Robusta secara signifikan dapat menurunkan pH saliva dan menurunkan jumlah koloni Staphylococcus aureus.
PERBANDINGAN NILAI KEKERASAN PERMUKAAN ENAMEL PADA PERENDAMAN OBAT KUMUR CENGKEH DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN SALIVA BUATAN Lindawati, Yumi; Novia, Novia
Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) Vol 10 No 3 (2016): Jurnal Ilmiah PANNMED Periode Januari - April 2016
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemetrian Kesehatan Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.417 KB)

Abstract

Nowadays herbal mouthwash is widely consumed by the society, one of which is mouthwash containing cloves. Cloves contain minerals such as calcium and phosphorus which can help the remineralization of enamel. Mouthwash containing clove oil has antibacterial, antimicrobial effects, and can inhibit decalcification of enamel. The purpose of this study was to investigate the effect of immersion in clove mouthwash and the effect of of immersion in clove mouthwash with addition of artificial saliva on the hardness of enamel surface after immersion in commercial orange juice. It was a laboratory experimental pre-posttest control group design. Thirty two permanent maxillary first premolar extracted for orthodontic reason which qualify inclusion and exclusion criteria were used in this study. All samples were immersed in commercial orange juice for 5 minutes for demineralization then they were divided into group of clove mouthwash immersion without addition of artificial saliva and group of clove mouthwash immersion with addition of artificial. The surface enamel hardness before immersion, after immersed in commercial orange juice and after immersed in clove mouthwash of each sample was measured using Microvickers Hardness Tester FM-800. The results of the research that has been tested with Paired T-Test showed a significant decrease (p<0,05) of surface enamel hardness in clove mouthwash immersion without addition of artificial saliva group, while the group of clove mouthwash immersion with addition of artificial saliva showed a significant increase (p<0,05) of surface enamel hardness. The conclusion of this research showed that the value of enamel hardness is higher with the addition of artificial saliva than without addition of artificial saliva in clove mouthwash.
DISTRIBUSI DENTIN TERSIER PADA PUNCAK PULPA GIGI MOLAR MANDIBULA YANG ATRISI AKIBAT MENYIRIH Yendriwati, Yendriwati; Lindawati, Yumi; Nababan, Rahmat Setiadi
Dentika: Dental Journal Vol. 19 No. 1 (2016): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.877 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v19i1.138

Abstract

Dentin tersier adalah jaringan yang dibentuk sebagai respon yang terlokalisasi terhadap stimulus eksternal yang kuat dalam penggunaan gigi geligi. Atrisi akibat pengunyahan yang cepat dan berlebihan seperti menyirih akan memicu odontoblast-like cell membentuk dentin tersier. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi dentin tersier yang terbentuk pada gigi penyirih di setiap puncak pulpa yaitu mesio lingual, linguodistal, bukomesial, bukodistal dan fisur, melihat perbedaan distribusi dentin tersier di setiap bagian puncak pulpa dan distribusi dentin tersier yang terbentuk berdasarkan derajat atrisi gigi. Desain penelitian ini adalah cross-sectional, dengan melakukan observasi pada 11 gigi molar satu atau molar dua rahang bawah untuk melihat dentin tersier yang terbentuk pada gigi penyirih yang mengalami atrisi. Sampel ditanam kedalam dental stone sampai sepertiga akar gigi, dibelah secara vertikal menggunakan diamond bur disc dari arah mahkota gigi sampai ke batas dental stone. Sampel diobservasi dan difoto menggunakan mikroskop Olympus SZX16 yang dilengkapi kamera dan terintegrasi dengan komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dentin tersier ditemukan pada setiap puncak pulpa gigi yang mengalami atrisi dengan distribusi pada bagian linguomesial 90%, linguodistal 72,8%, bukomesial 100%, bukodistal 100%, dan fisur 90,9%. Distribusi persentase dentin yang terbentuk lebih banyak ditemukan pada atrisi derajat 2 (100%) dibandingkan atrisi derajat 1. Sebagai kesimpulan, dentin tersier terbentuk pada seluruh puncak pulpa bagian bukal gigi yang mengalami atrisi dan semakin parah atrisi yang terjadi dentin tersier yang terbentuk semakin kompleks.
The Effect of Fixed Orthodontic Treatment on Salivary Component: Efek Perawatan Ortodonti Cekat Terhadap Komponen Saliva Lindawati, Yumi; Sufarnap, Erliera; Munawarah, Wihda
Dentika: Dental Journal Vol. 22 No. 2 (2019): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.426 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v22i2.1073

Abstract

Saliva is a complex oral fluid that has an important role on maintaining oral health. Mechanical stimulation such as fixed orthodontic appliance can alter saliva characteristics. The objective of this study is to recognize the components of saliva in a fixed orthodontic treatment. This study in an observational analytic study with a cross sectional approach, the sample is stimulated saliva of 44 subjects (18-25 years of age) consisting of subjects without orthodontic appliance and subjects with orthodontic appliances. Sample is obtained by purposive sampling based on inclusion and exclusion criteria. The result of this study is to understand significant differences in salivary flow, pH, buffer capacity and calcium between subjects between subjects with and without orthodontic appliances (p=0,001). The conclusion in this study is that fixed orthodontic appliance can increase salivary flow, pH, buffer capacity and calcium.
PERBANDINGAN KONSENTRASI STATERIN DAN ION KALSIUM PADA SALIVA DAN PLAK SUPRAGINGIVA: COMPARISON OF STATHERIN AND CALCIUM ION CONCENTRATION IN SALIVA AND SUPRAGINGIVAL PLAQUE Yumi Lindawati; Ameta Primasari; Dwi Suryanto
Dentika: Dental Journal Vol. 18 No. 1 (2014): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.696 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v18i1.1934

Abstract

Kalsium yang diperoleh dari saliva dapat masuk ke lapisan dalam plak gigi. Peningkatan konsentrasi ion kalsiumpada biofilm menyebabkan penyerapan mineral menjadi meningkat sehingga terlihat juga peningkatanpembentukan kalkulus bila disertai pemeliharaan kebersihan rongga mulut yang tidak adekuat. Staterinmenghambat pengendapan kalsium-fosfat dari saliva. Staterin berikatan dengan hidroksiapatit, mengindikasikankemungkinan perannya dalam pembentukan pelikel dan pembentukan plak. Tujuan penelitian ini untukmengetahui rerata dan membandingkan konsentrasi staterin dan kalsium pada saliva dengan plak supragingiva.Desain penelitian studi cross-sectional. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteriaeksklusi dan inklusi saliva, dan plak supragingiva pada pasien. Konsentrasi kalsium saliva dan plak supragingivadiukur menggunakan spektrofotometri, konsentrasi staterin saliva dan plak supragingiva diukur menggunakanELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Hasil penelitian menunjukkan median konsentrasi staterin saliva1,5 µg/ml, plak supragingiva 223µg/ml, median konsentrasi kalsium saliva adalah 0,9475 mmol/l, dan plaksupragingiva 63,13 mmol/l. Konsentrasi staterin dan kalsium pada plak supragingiva lebih tinggi secarasignifikan dibandingkan konsentrasinya pada saliva. Sebagai kesimpulan, plak supragingiva memiliki kadar ionkalsium dan staterin yang lebih banyak dibandingkan saliva.
Perbedaan nilai pH dan jumlah koloni Streptococcus species sebelum dan setelah mengonsumsi minuman probiotikThe difference of the salivary pH and Streptococcus colonies in saliva before and after consuming probiotic drinks Yumi Lindawati; Diana Verawati Simanjuntak
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 4, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v4i2.28038

Abstract

Pendahuluan: Probiotik merupakan salah satu produk pasaran yang memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu produk probiotik yang popular sekarang ini adalah yogurt. Yogurt mengandung bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus yang dapat memelihara kesehatan rongga mulut dengan cara bersaing dengan bakteri patogen, memproduksi komponen antimikroba, dan memengaruhi sistem imun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan nilai pH dan jumlah koloni Streptococcus sp pada saliva sebelum dan setelah mengonsumsi minuman probiotik. Metode: Jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design. Subjek penelitian adalah 20 mahasiswa FKG USU yang berusia 19-22 tahun dan metode pengambilan sampel dengan cara purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek diinstruksikan untuk mengonsumsi minuman probiotik yogurt, sekali sehari selama tujuh hari dan akan dianalisa salivanya secara statistik. Hasil: Hasil uji paired t-test didapatkan perbedaan yang signifikan secara statistik pada nilai pH (dari 7,36 menjadi 7,56) dan jumlah koloni Streptococcus sp (dari 4262 CFU/ml menjadi 507 CFU/ml) pada saliva sebelum dan setelah tujuh hari mengonsumsi yogurt (nilai p<0,05). Simpulan: Mengonsumsi minuman probiotik yogurt secara berkala selama tujuh hari dapat meningkatkan pH dan menurunkan jumlah koloni Streptococcus sp pada saliva.Kata kunci: Probiotik, yoghurt, pH saliva, Streptococcus sp. ABSTRACT Introduction: Probiotics are one of the typical products that provide health benefits. A popular probiotic product is known as yoghurt. Yoghurt contains Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophillus bacteria that can maintain oral health by resisting the pathogenic bacteria, producing antimicrobial components, and influencing the immune system. This study was aimed to analyse the difference of the salivary pH and the Streptococcus colonies in saliva before and after consuming probiotic drinks. Methods: This research was an experimental study with one group of pre-test and post-test design. The subjects of this study were 20 students of the Faculty of Dentistry North Sumatra University; aged 19-22-years-old taken by the purposive sampling method following the inclusion and exclusion criteria. All subjects were instructed to consume the yoghurt once a day for seven days, and the saliva sample will be taken and analysed statistically. Results: Result of paired t-test showed that the p-value < 0.05, which showed a significant difference in the salivary pH (from 7.36 to 7.56). Also, the Streptococcus colonies in the saliva was decreasing from 4262 CFU/ml to 507 CFU/ml, before and after seven days of yoghurt consumption. Conclusion: Daily probiotic drinks such as yoghurt consumption for seven days can improve the salivary pH and reduce the number of Streptococcus colonies in saliva.Keywords: Probiotics, yoghurt, salivary pH, Streptococcus sp.
Efek obat kumur mengandung cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi Yumi Lindawati; Novia .
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 1 (2017): Vol 6 No 1 April 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.77 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i1.18

Abstract

Obat kumur oleh masyarakat awam telah diketahui bermanfaat sebagai penyegar mulut dalam waktu singkat dan sebagai antibakteri. Pemakaian obat kumur berbahan dasar klorheksidin yang banyak beredar di masyarakat dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan indera pengecapan, dan meninggalkan stain pada gigi, oleh karena itu masyarakat banyak yang beralih ke obat kumur herbal yang dianggap lebih aman, salah satunya obat kumur yang mengandung cengkeh. Cengkeh mengandung bahan antibakteri dan dapat menghambat dekalsifikasi enamel. Akan tetapi, obat kumur herbal mengandung cengkeh juga tidak dapat digunakan secara umum tanpa indikasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah cengkeh yang terkandung di dalam obat kumur dapat mempertahankan kekerasan email di dalam kondisi rongga mulut mengandung saliva dan tanpa saliva (hiposalivasi), dilakukan secara eksperimental laboratorium (in vitro) dengan pre-post test group design. Hasil penelitian terhadap 18 gigi premolar pertama rahang atas yang telah didemineralisasi dengan larutan asam sebagai perumpamaan kondisi rongga mulut saat setelah makan, menunjukkan rata-rata peningkatan kekerasan email gigi yang direndam dengan obat kumur mengandung cengkeh pada lingkungan yang mengandung saliva lebih tinggi signifikan (p<0,05) dibandingkan kekerasan enamel gigi tanpa lingkungan saliva. Proses destilasi cengkeh dalam pembuatan obat kumur kemungkinan menjadi penyebab turunnya nilai agen remineralisasi yang harusnya terdapat pada cengkeh sehingga proses remineralisasi enamel pada gigi yang tanpa lingkungan saliva tidak dapat terjadi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa obat kumur herbal mengandung cengkeh akan aman untuk melindungi kekerasan enamel apabila digunakan dalam keadaan lingkungan yang mengandung saliva.
Effect of lemon on saliva and Staphylococcus aureus Batubara, Natasya Angelyna; Lindawati, Yumi
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 31, No 2 (2019): July 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.703 KB) | DOI: 10.24198/pjd.vol31no2.17955

Abstract

Introduction: Lemon juice contains citric acid. It is a highly antibacterial organic acid by gargling with, will be able to decrease the spreading of Staphylococcus aureus colony in saliva. The acid stimulation of lemon juice able to increase salivary secretion. The purpose of this study was to see the effect of gargling lemon juice of 100%, 50%, 25%, and 12.5% concentrations towards the salivary flow rate, salivary pH, the number of Staphylococcus aureus colony, and also, correlation between salivary flow rate and pH, salivary flow rate and number of Staphylococcus aureus colony, and salivary pH and number of Staphylococcus aureus colony. Methods: This research conducted with a pre-and-post-test group design. Saliva was taken from 24 subjects before and after the subjects gargled with lemon juice. Measurements performed were salivary flow rate per minute, and salivary pH (using pH Hanna Instrument). The Staphylococcus aureus bacteria were placed in a Mannitol Salt Agar for 24 hours at 370C temperature, then the number of the colonies were counted (x103 CFU). Results: The Wilcoxon test results showed that lemon juice with 100%, 50%, 25%, and 12.5% concentrations significantly increased the salivary flow rate and decreased the number of Staphylococcus aureus colony (p < 0.05). The result of the paired t-test showed that lemon juice with 25% and 12.5% concentration decreased the salivary pH significantly (p<0,05). The Pearson’s correlation results showed no significant correlation between salivary flow rate and salivary pH, flow rate and the number of Staphylococcus aureus colony, and salivary pH and number of Staphylococcus aureus colony. Conclusion: Lemon juice can decrease the salivary pH and the number of Staphylococcus aureus colony, but increases the salivary flow rate. It is considered to be good enough as one of the ingredients of mouthwash.Keywords: Flow rate, lemon, pH, saliva, Staphylococcus aureus