Fitriah Basalamah
Program Magister Prodi Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional, Jakarta, Indonesia Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Do Orangutans Have Digestion Problems After Eating Oil Palm Fruit? A Review Didik Prasetyo; Fitriah Basalamah
Journal of Tropical Biodiversity Vol 1 No 3 (2021): August 2021
Publisher : Universitas Nasional Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.9 KB)

Abstract

This review discusses the assumptions of orangutans using oil palm by reviewing the daily activities and dietary composition of feeding behavior in wild and ex-rehabilitant orangutans. The percentage pattern of daily activity shows the same trend, spending more time on feeding than other activities. Similarly, the diet composition of wild or ex-rehabilitant orangutans in Sumatera and Borneo show the choice of fruit as their main diet, as a frugivore animals. However, when the fruit season decreases, both wild and ex-rehabilitant orangutans’ choice to use bark or termites to meet their nutritional needs. There are three assumptions in this paper, First, forest fruit scarcity will drive orangutans to utilize other food resources. Second, based on ape dietary studies on oil palm fruit, chimpanzees, orangutans and gorillas preferred bark and young leaves rather than the fruit. Third, health problems arise after consuming oil palm fruit. This is an early sign that nutrients do not drive orangutan to consume oil palm fruit.
AMFIBI DI CAGAR ALAM LEUWEUNG SANCANG, JAWA BARAT, INDONESIA Fajar Kaprawi; Farits Alhadi; Fitriah Basalamah; Ona Noerwana; Tom Kirschey; Tatang Mitra Setia; Amir Hamidy
ZOO INDONESIA Vol 31, No 1 (2022): Juli 2022
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v31i1.4337

Abstract

Cagar Alam Leuweung Sancang merupakan cagar alam yang terletak di bagian selatan dari Kabupaten Garut, tepatnya Kecamatan Cibalong, Jawa Barat. Keanekaragaman flora dan fauna pada kawasan ini diketahui tinggi. Chirixalus pantaiselatan merupakan jenis baru yang ditemukan dan menunjukkan bahwa amfibi di kawasan ini belum sepenuhnya terungkap. Pengumpulan data dalam survei ini menggunakan metode Visual Encounter Survey (VES) yang dipadukan dengan sistem transek sampling yang dilakukan secara purposive berdasarkan tipe habitat. Survei dilakukan pada dua lokasi, yaitu Cijeruk dan Cikalongberan dengan waktu survei selama lima hari. Selain data amfibi, diukur juga komponen habitatnya meliputi cuaca, suhu udara, kelembaban, dan pH air. Berdasarkan hasil survei, ditemukan sebanyak 82 individu yang terdiri dari 4 suku dan 11 jenis dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H') keseluruhan sebesar 1,59. Hasil perhitungan tersebut juga tidak berbeda siginifikan pada masing-masing lokasi survei. Suhu pada lokasi survei berkisar antara 29,9ºC hingga 33,2ºC dengan kelembaban cukup tinggi antara 69,1 - 85,8%, serta pH air antara 6-7. Jenis amfibi yang paling umum ditemukan pada lokasi survei, yaitu Chirixalus pantaiselatan sebanyak 38 individu. Sementara itu, jenis amfibi dengan jumlah temuan paling sedikit, yaitu Indosylvirana nicobariensis, Fejervarya iskandari, Ingerophrynus biporcatus, Limnonectes macrodon, Kaloula baleata, dan Polypedates leucomystax dengan masing-masing sebanyak satu individu.
AMFIBI DI CAGAR ALAM LEUWEUNG SANCANG, JAWA BARAT, INDONESIA Fajar Kaprawi; Farits Alhadi; Fitriah Basalamah; Ona Noerwana; Tom Kirschey; Tatang Mitra Setia; Amir Hamidy
ZOO INDONESIA Vol 31, No 1 (2022): Juli 2022
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v31i1.4337

Abstract

Cagar Alam Leuweung Sancang merupakan cagar alam yang terletak di bagian selatan dari Kabupaten Garut, tepatnya Kecamatan Cibalong, Jawa Barat. Keanekaragaman flora dan fauna pada kawasan ini diketahui tinggi. Chirixalus pantaiselatan merupakan jenis baru yang ditemukan dan menunjukkan bahwa amfibi di kawasan ini belum sepenuhnya terungkap. Pengumpulan data dalam survei ini menggunakan metode Visual Encounter Survey (VES) yang dipadukan dengan sistem transek sampling yang dilakukan secara purposive berdasarkan tipe habitat. Survei dilakukan pada dua lokasi, yaitu Cijeruk dan Cikalongberan dengan waktu survei selama lima hari. Selain data amfibi, diukur juga komponen habitatnya meliputi cuaca, suhu udara, kelembaban, dan pH air. Berdasarkan hasil survei, ditemukan sebanyak 82 individu yang terdiri dari 4 suku dan 11 jenis dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H') keseluruhan sebesar 1,59. Hasil perhitungan tersebut juga tidak berbeda siginifikan pada masing-masing lokasi survei. Suhu pada lokasi survei berkisar antara 29,9ºC hingga 33,2ºC dengan kelembaban cukup tinggi antara 69,1 - 85,8%, serta pH air antara 6-7. Jenis amfibi yang paling umum ditemukan pada lokasi survei, yaitu Chirixalus pantaiselatan sebanyak 38 individu. Sementara itu, jenis amfibi dengan jumlah temuan paling sedikit, yaitu Indosylvirana nicobariensis, Fejervarya iskandari, Ingerophrynus biporcatus, Limnonectes macrodon, Kaloula baleata, dan Polypedates leucomystax dengan masing-masing sebanyak satu individu.