Albert Suryajaya, Albert
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

THERMAL COMFORT STUDY OF TEACHERS' ROOM AT SEKOLAH BINA MULIA PONTIANAK Suryajaya, Albert; Caesariadi, Tri Wibowo
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.791 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v1i1.18810

Abstract

Thermal comfort is one of the important aspects to ensure the comfort of a building. School building, e.g. Sekolah Bina Mulia, Pontianak is used for education activities for about eight hours a day. The teachersfourth floor and still applies the natural air ventilation system while other rooms use mechanical ventilation system. It is interesting to see thermal comfort condition in the ort of the room depends on the environment. Because of its position on the fourth floor, the wind circulation can flow freely and the application of air ventilation is possible. The average temperature is 29.599ºC, 71.216% for relative humidity and 0.143 m/s for wind speed, and 29.482ºC for MRT. The average value of PMV is 1.615. The thermal comfort value, based on the average of PPS*(PMV) calculation for three days observation is 0.130 and it is the neutral condition. This means the room is comfort for the users and it is mainly because  of the windows, sun shading, and the building materials which support the natural air ventilation of the school Kenyamanan termal merupakan salah satu aspek penting untuk memastikan suatu bangunan dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Bangunan sekolah, seperti Sekolah Bina Mulia Pontianak merupakan bangunan pendidikan yang digunakan kurang lebih delapan jam dalam satu hari. Ruang guru pada sekolah Bina Mulia, yang terletak pada lantai empat masih menggunakan sistem ventilasi udara alami sementara ruangan lain menggunakan sistem penghawaan mekanikal. Kenyamanan termal pada ruangan tentu sangat tergantung pada Keadaan lingkungan. Karena posisinya yang cukup tinggi, pergerakan udara pada ruangan juga lebih bebas. Artinya, aplikasi ventilasi udara alami sangat memungkinkan. Nilai temperatur udara rata-rata pada ruangan adalah 29,599 ºC, kelembaban 71,216%, kecepatan udara 0,143 m/det dan nilai temperatur radiasi 29,482ºC. Nilai PMV rata-rata pada ruangan adalah 1,615. Nilai PPS*(PMV) rata-rata pada ruangan tersebut dalam tiga hari pengamatan adalah 0,130 dan merupakan kondisi netral. Ini artinya ruangan tersebut nyaman bagi penggunanya, yang pada dasarnya dikarenakan sistem jendela, pelindung matahari, dan material bangunan dapat mendukung ventilasi udara alami pada bangunan REFERENCESAlucci, Marcia Peinando; Leonardo Marques Monteiro. 2009. Thermal Comfort Index for The Assessment of Outdoor Urban Spaces in Subtropical Climates. University of Sao Paulo. Sao PauloBrager, G.S. and R. de Dear. 2001. Climate, Comfort, & Natural Ventilation: A new adaptive comfort standard for ASHRAE Standard 55. University of California. Berkeley.Charles, Kate E. 2003. Fanger’s Thermal Comfort and Draught Models. Institute for Research in Construction. OttawaDarby, Sarah and Rebecca White. 2005. Thermal Comfort. University of Oxford. LondonHensen, J.L.M. 1990. Literature Review on Thermal Comfort in Tranisent Conditions. Eindhoven University of Technology. EindhovenMangunwijaya, Yusuf Bilyarta. 1929. Pengantar Fisika Bangunan. Djambatan. JakartaMors, Sanderter, Jan L. M. Hensen, Marcel Loomans, Atze Boerstra. 2011. Adaptive thermal comfort in primary school classrooms: Creating and validating PMV-based comfort charts. Eindhoven University of Technology. EindhovenOrosa, Jose A. 2009. Research on the Origins of Thermal Comfort. University of A Coruña. A CoruñaParsons, Ken. 2003. Human Thermal Environments: The effect of Hot, Modern, and Cold Environments on Human Health, Comfort, and Performance. Tj International Ltd. CornwallPau, J.S., William K.S. Pao, Shaharin A. Sulaiman, and E. Halawa. 2013. Adaptive Thermal’s Model for Optimum Thermal Comfort Setting fo Lecture Halls in Malaysia. CREAM - Current Research in Malaysia Vol.2, No. 2Satwiko, Prasasto. 2005. Fisika Bangunan 1 Edisi 2. Andi. Yogyakarta
Mixed-Use Building di Kota Pontianak Suryajaya, Albert
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 3, No 2 (2015): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1029.744 KB) | DOI: 10.26418/jmars.v3i2.11973

Abstract

Manusia memiliki berbagai kebutuhan hidup, contohnya tempat tinggal, tempat kerja, dan tempat berbelanja. Keanekaragaman kebutuhan tersebut berpengaruh pada kebutuhan ruang untuk beraktivitas. Demi meningkatkan efisiensi kebutuhan-kebutuhan tersebut, dibutuhkan ruang yang mampu mewadahi beberapa fungsi sekaligus. Perancangan mixed-use building menjadi upaya dalam menyatukan beberapa fungsi sekaligus dalam satu bangunan. Tema perancangan mixed-use building ini adalah TOWN (Tower of Woods and Necessity). Perancangan mixed-use building mempertimbangkan kebutuhan ruang yang dirancang, lingkungan sekitar, serta pengguna bangunan. Perancangan mixed-use building bertujuan untuk menyediakan ruang yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia serta memberi kenyamanan bagi pengguna. Mixed-use building dirancang dalam bentuk bangunan vertikal yang menyatukan bangunan, kebutuhan manusia, serta ruang hijau sebagai upaya mendukung perkembangan suatu kota. Perancangan mixed-use building ini menggunakan bentuk bangunan berbentuk podium dengan fungsi pusat perbelanjaan dan dua tower dengan fungsi hunian vertikal dan kantor sewa. Fasade podium bangunan memanfaatkan secondary skin untuk meningkatkan luas permukaan bidang dinding, sedangkan pada tower menggunakan kantilever-kantilever yang berfungsi sebagai ruang hijau sekaligus pelindung radiasi panas. Fungsi hunian dan komersial pada bangunan menjadi alasan perancangan bangunan dengan luas bersih yang dirancang secara maksimal, demi meningkatkan prospek ekonomi bangunan. Bangunan dirancang dengan ketersediaan infrastruktur utilitas sebagai pendukung kebutuhan manusia dengan desain yang mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.   Kata kunci: Mixed-Use Building, Penyatuan Fungsi, Bangunan Vertikal