Ryan Rachmawan
Universitas Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Kajian Penilaian Risiko Kesehatan Terkait Pajanan BTX Mengacu Pada Metode SQRA di Laboratorium Pengujian Migas PT SCI Ryan Rachmawan; Mila Tejamaya
National Journal of Occupational Health and Safety Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.242 KB) | DOI: 10.59230/njohs.v2i2.5246

Abstract

Laboratorium adalah tempat untuk melakukan percobaan atau eksperimen uji dimana bekerja di tempat tersebut membutuhkan perilaku kehati-hatian dalam menggunakan peralatan dan bahan. Salah satu jenis bahan kimia yang terdapat di laboratorium adalah pelarut organik yang memiliki fungsi sebagai pelarut bahan kimia lainnya. Potensi risiko kanker payudara pada pekerja wanita di laboratorium pada studi kohort ini adalah paparan pelarut organik. Pelarut organik yang sering digunakan di laboratorium adalah benzene, toluene dan xylene (BTX). Dengan adanya pajanan bahan kimia benzene, toluene dan xylene di tempat kerja dan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut, maka perlu dilakukan penilaian tingkat risiko pajanan bahan kimia terhadap kesehatan pekerja di laboratorium PT. SCI dengan suatu penilaian risiko kesehatan melalui inhalasi dengan menggunakan metode SQRA Singapura. Pengumpulan data terkait dengan keluhan kesehatan pekerja gejala neurotoksik laboratorium menggunakan kuisioner yang mengacu pada The German Q18 Questionnaire. Penelitian dimulai dengan pengambilan sampel inhalasi dan udara di lingkungan kerja. Data hasil sampling diolah untuk mengetahui Tingkat Bahaya (Hazard Rating), Tingkat Pajanan (Exposure Rating), dan Tingkat Risiko (Risk Rating). Nilai tingkat pajanan untuk benzene, toluene dan xylene berturut-turut adalah 1,6;2,0;2,1. Nilai RR benzene adalah 3 (risiko moderat) sedangkan nilai RR toluene dan xylene adalah 2 (risiko rendah). Secara keseluruhan terkait jumlah responden yang memiliki gejala neurotoksik positif atau menjawab “ya” pada 5 pertanyaan atau lebih pada kuisioner sebanyak 25% (1 responden) dan 75% (3 responden) lainnya memiliki gejala neurotoksik negatif