Hosainul Basri
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENGARUH TUMPANGSARI TANAMAN SELASIH DAN CABAI MERAH ORGANIK TERHADAP POPULASI DAN INTENSITAS SERANGAN LALAT BUAH (DIPTERA: TEPHRITIDAE) Hosainul Basri; Gatot Mudjiono; Retno Dyah Puspitarini
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 3 No. 2 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pada budidaya cabai merah secara organik terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah adanya serangan hama. Di Kota Wisata Batu, Jawa Timur, serangan lalat buah menyebabkan kerusakan pada tanaman cabai merah. Salah satu upaya untuk mengendalikan dan mengusir lalat buah adalah dengan sistem tanam tumpangsari. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan budidaya cabai merah dengan dua cara budidaya, yaitu tumpangsari dan monokultur. Cara budidaya pada kedua lahan secara umum sama, perbedaannya terletak pada penggunaan tanaman selasih sebagai tanaman pendamping cabai merah pada lahan tumpangsari, sedangkan pada lahan monokultur hanya ditanam tanaman cabai merah. Pengamatan populasi lalat buah menggunakan perangkap metil eugenol (ME) dan perangkap kuning. Perangkap ME dibuat dari botol mineral yang dipotong 15 cm dari mulut botol dan dipasang terbalik menghadap ke dalam mirip corong yang di dalamnya diberi senyawa ME. Sedangkan, perangkap kuning terbuat dari botol mineral yang dilapisi mika kuning yang diolesi dengan lem perekat. Jumlah perangkap pada kedua lahan masing-masing adalah 1 buah. Variabel pengamatan  adalah jenis, populasi, dan intensitas serangan lalat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis lalat buah dari perangkap ME dan perangkap kuning adalah Bactrocera carambolae. Dari perangkap ME, rata-rata populasi lalat buah pada lahan tumpangsari lebih tinggi (54,923) secara nyata dibandingkan lahan monokultur (29,615). Demikian juga rata-rata populasi lalat buah dari perangkap kuning, pada lahan tumpangsari lebih tinggi (35,153)secara nyata dibandingkan lahan monokultur (19,307). Perlakuan tumpangsaridan monokulturtidak berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan lalat buah, berturut-turut 2,705 dan 0,577%. Tingkat populasi lalat buah pada lahan tumpangsari lebih tinggi secara nyata dibandingkan lahan monokultur. Kata Kunci: Bactrocera carambolae, tumpangsari, pertanian organik Â