Widyastiwi
Poltekkes Kemenkes Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL 96% RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Val.) PADA MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI KALIUM OKSONAT DAN JUS HATI AYAM Widyastiwi; Fajira Nurliyananda; Mohammad Roseno
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 26 No. 2 (2022): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/mff.v26i2.20283

Abstract

Hiperurisemia adalah keadaan dimana kadar asam urat di dalam darah meningkat dan mengalami kejenuhan. Penggunaan tanaman sebagai alternatif pengobatan penyakit hiperurisemia saat ini semakin meningkat. Salah satu tanaman yang diduga memiliki aktivitas antihiperurisemia adalah temu giring (Curcuma heyneana Val.). Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek antihiperurisemia ekstrak etanol 96% rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) pada mencit putih jantan (Mus musculus) yang diinduksi kalium oksonat dan jus hati ayam. Penelitian dilakukan dengan desain eksperimental murni menggunakan 6 kelompok hewan uji, masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor mencit, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif, pembanding alopurinol, dan ekstrak etanol 96% temu giring (Curcuma heyneana Val.) dengan dosis masing-masing 50 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB. Induksi hiperurisemia dilakukan dengan pemberian jus hati ayam selama 7 hari dan kalium oksonat yang diberikan pada hari ke-8. Pengukuran kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan dilakukan dengan metode enzimatik menggunakan fotometer klinis dengan panjang gelombang 505 nm. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 96% rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) dosis 50 mg/KgBB, 250 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB mampu menurunkan kadar asam urat hewan coba secara signifikan (p<0.05). Aktivitas antihiperurisemia ekstrak dosis 50 mg/KgBB, 250 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB masing-masing sebesar 50.71%, 94.29%, dan 136.43%. Aktivitas antihiperurisemia terbaik ditunjukkan oleh ekstrak etanol 96% rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) dosis 500 mg/KgBB. Penelitian ini mendukung potensi temu giring (Curcuma heyneana Val.) untuk dikembangkan sebagai terapi komplementer hiperurisemia.
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PASIEN GLAUKOMA TENTANG BEYOND USE DATE (BUD) OBAT TETES MATA DI RUMAH SAKIT DI BANDUNG Widyastiwi; Rini Rahmawati; Liska Ramdanawati; Mohammad Roseno
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 4 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i4.768

Abstract

Glaukoma merupakan salah satu penyakit neuropati optik kronis dan progresif yang memerlukan terapi jangka panjang, salah satunya dengan sediaan tetes mata. Dalam penggunaan sediaan tetes mata, pasien perlu memperhatikan Beyond Use Date (BUD) sediaan. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan praktik pasien glaukoma tentang BUD obat tetes mata di salah satu rumah sakit di Bandung. Penelitian melibatkan 313 subjek penelitian dengan kriteria inklusi menderita glaukoma dan menerima terapi obat tetes mata minidose maupun multidose. Desain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian adalah kuesioner valid dan reliabel yang dikembangkan oleh peneliti untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien. Data dianalisis secara univariat (karakteristik demografi, terapi, tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik) dan bivariat (uji korelasi spearman) untuk menganalisis korelasi antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien glaukoma merupakan pasien lansia (52,8%), dengan pendidikan terakhir SMA (32.3%), menerima obat tetes mata kombinasi minidose dan multidose (55.3%), dengan durasi penggunaan obat 1 bulan sampai 1 tahun (55.3%). Obat yang paling banyak digunakan adalah timolol 0.5% (33,9%), artificial tears (24.8%), prednisolon (13.1%), dan latanoprost (12.6%). Sebagian besar pasien memiliki pengetahuan terkait BUD yang kurang (87.2%), namun memiliki sikap (99.4%) dan praktik (73.4%) penerapan BUD yang positif. Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa sikap pasien berkorelasi dengan praktik pasien terkait BUD secara signifikan dengan kekuatan korelasi moderate (Corr. Coef = 0.441; p=0.000**) dengan arah korelasi positif...