Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Uji Aktivitas Immunomodulator Berbagai Tanaman Famili Piperaceae pada Mencit Galur Balb/C dengan Metode Carbon Clearance Mohammad Roseno; Yayat Sudaryat; Widyastiwi Widyastiwi
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 17 No 2 (2019): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.249 KB) | DOI: 10.35814/jifi.v17i2.558

Abstract

Plants of Piperaceae family are widespread in the tropics region and have been widely used as medicinal plants, these includes kemukus (Piper cubeba), kiseureuh (Piper aduncum), and Java chili (Piper retrofractum). The purpose of this study was to evaluate the immunomodulatory activity of ethanol extracts of several plants from the Piperaceae family in Balb/C strain mice with carbon clearance method. The study was conducted by dividing the experimental animals into 12 groups : normal control group, immunosuppressant comparison, immunostimulant comparison, and low, moderate, and high dose of kemukus, kiseureuh, and Java chili, resepctively. Immunomodulatory activity was measured by phagocytosis index, peripheral blood leukocyte levels, and splenic leukocyte levels. The results showed that ethanol kemukus extract (Piper cubeba) acts as an immunosuppressant, increasing the dose increased the immunosuppressant effect. Low doses of ethanol extract of kiseureh (Piper aduncum) also acts as immunosuppressant, whereas at medium and high doses has a tendency to be immunostimulant. Ethanol extract of Java chili (Piper retrofractum) acts as an immunostimulant, with the highest activity achieved at moderate doses. Ethanol extract of kemukus (Piper cubeba), kiseureh (Piper aduncum), and Java chili (Piper retrofractum) affect the number of peripheral blood granulocyte components, neutrophils levels affects the increase in phagocytic effects. Ethanol extract of kemukus (Piper cubeba), kiseureh (Piper aduncum), and Java chili (Piper retrofractum) did not affect the number of splenic blood granulocyte components.
Pendampingan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) dalam Penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik–Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) di Kota Bandung Widyastiwi Widyastiwi; Mohammad Roseno; Yayat Sudaryat
Jurnal SOLMA Vol. 11 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/solma.v11i1.7769

Abstract

Pendahuluan: Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) wajib menerapkan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB-IRT) dalam kegiatan produksinya. Rendahnya penerapan CPPB-IRT dikhawatirkan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan sehingga pangan yang dihasilkan kurang terjamin mutu, kelayakan dan keamanan bagi kesehatan. Pendampingan IRTP bertujuan untuk meningkatkan penerapan CPPB-IRT sehingga dapat memenuhi level CPPB-IRT yang memenuhi persyaratan Dinas Kesehatan Kota Bandung. Metode: Pendampingan dilakukan pada dua mitra IRTP di Kota Bandung dengan level CPPB-IRT rendah dengan mempertimbangkan resiko bahaya terjadinya cemaran pangan. Dilakukan observasi awal penerapan CPPB-IRT dengan format standar BPOM untuk menentukan level penerapan CPPB-IRT, kemudian dilakukan pelatihan dan pendampingan dalam perbaikan penyimpangan CPPB-IRT. Pendampingan dilakukan sampai kedua mitra mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). Hasil: Pada observasi awal level penerapan CPPB-IRT menunjukkan bahwa kedua mitra memiliki level penerapan IV, yang merupakan level paling rendah. Setelah dilakukan proses pelatihan dan pendampingan, didapatkan perbaikan pada bangunan dan fasilitas, higienitas dan sanitasi karyawan, penyimpanan bahan baku dan bahan jadi, alur produksi, serta pelabelan pangan. Hasil pemeriksaan akhir menunjukkan adanya peningkatan level penerapan CPPB-IRT dari level IV menjadi level I. Kedua mitra juga telah mendapatkan SPP-IRT. Kesimpulan: Pelatihan dan pendampingan IRTP berkontribusi pada peningkatan level penerapan CPPB-IRT kedua mitra dan penerbitan SPP-IRT atas produk pangan yang diproduksinya.
AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL 96% RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Val.) PADA MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI KALIUM OKSONAT DAN JUS HATI AYAM Widyastiwi; Fajira Nurliyananda; Mohammad Roseno
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 26 No. 2 (2022): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/mff.v26i2.20283

Abstract

Hiperurisemia adalah keadaan dimana kadar asam urat di dalam darah meningkat dan mengalami kejenuhan. Penggunaan tanaman sebagai alternatif pengobatan penyakit hiperurisemia saat ini semakin meningkat. Salah satu tanaman yang diduga memiliki aktivitas antihiperurisemia adalah temu giring (Curcuma heyneana Val.). Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek antihiperurisemia ekstrak etanol 96% rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) pada mencit putih jantan (Mus musculus) yang diinduksi kalium oksonat dan jus hati ayam. Penelitian dilakukan dengan desain eksperimental murni menggunakan 6 kelompok hewan uji, masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor mencit, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif, pembanding alopurinol, dan ekstrak etanol 96% temu giring (Curcuma heyneana Val.) dengan dosis masing-masing 50 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB. Induksi hiperurisemia dilakukan dengan pemberian jus hati ayam selama 7 hari dan kalium oksonat yang diberikan pada hari ke-8. Pengukuran kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan dilakukan dengan metode enzimatik menggunakan fotometer klinis dengan panjang gelombang 505 nm. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 96% rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) dosis 50 mg/KgBB, 250 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB mampu menurunkan kadar asam urat hewan coba secara signifikan (p<0.05). Aktivitas antihiperurisemia ekstrak dosis 50 mg/KgBB, 250 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB masing-masing sebesar 50.71%, 94.29%, dan 136.43%. Aktivitas antihiperurisemia terbaik ditunjukkan oleh ekstrak etanol 96% rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) dosis 500 mg/KgBB. Penelitian ini mendukung potensi temu giring (Curcuma heyneana Val.) untuk dikembangkan sebagai terapi komplementer hiperurisemia.
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PASIEN GLAUKOMA TENTANG BEYOND USE DATE (BUD) OBAT TETES MATA DI RUMAH SAKIT DI BANDUNG Widyastiwi; Rini Rahmawati; Liska Ramdanawati; Mohammad Roseno
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 4 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i4.768

Abstract

Glaukoma merupakan salah satu penyakit neuropati optik kronis dan progresif yang memerlukan terapi jangka panjang, salah satunya dengan sediaan tetes mata. Dalam penggunaan sediaan tetes mata, pasien perlu memperhatikan Beyond Use Date (BUD) sediaan. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan praktik pasien glaukoma tentang BUD obat tetes mata di salah satu rumah sakit di Bandung. Penelitian melibatkan 313 subjek penelitian dengan kriteria inklusi menderita glaukoma dan menerima terapi obat tetes mata minidose maupun multidose. Desain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian adalah kuesioner valid dan reliabel yang dikembangkan oleh peneliti untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien. Data dianalisis secara univariat (karakteristik demografi, terapi, tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik) dan bivariat (uji korelasi spearman) untuk menganalisis korelasi antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien glaukoma merupakan pasien lansia (52,8%), dengan pendidikan terakhir SMA (32.3%), menerima obat tetes mata kombinasi minidose dan multidose (55.3%), dengan durasi penggunaan obat 1 bulan sampai 1 tahun (55.3%). Obat yang paling banyak digunakan adalah timolol 0.5% (33,9%), artificial tears (24.8%), prednisolon (13.1%), dan latanoprost (12.6%). Sebagian besar pasien memiliki pengetahuan terkait BUD yang kurang (87.2%), namun memiliki sikap (99.4%) dan praktik (73.4%) penerapan BUD yang positif. Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa sikap pasien berkorelasi dengan praktik pasien terkait BUD secara signifikan dengan kekuatan korelasi moderate (Corr. Coef = 0.441; p=0.000**) dengan arah korelasi positif...