Ni Nyoman Ayu Dewi
Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pemberian deer placenta secara oral meningkatkan kadar hormon testosteron pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan muda I Made Oka Negara; Wimpie Pangkahila; I Gusti Made Aman; Alex Pangkahila; I Wayan Weta; Ni Nyoman Ayu Dewi
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 2 (2020): (Available online: 1 August 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.658 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i2.651

Abstract

Background: Men who experience hypogonadal symptoms are increasingly experienced by a younger age. This is due to a decrease in the hormone testosterone. Efforts to increase the hormone testosterone in hypogonadal men are often made to restore sexual function, libido, muscle mass, physical strength, bone density, and feelings of pleasure. This study aims to determine the effect of giving deer placenta orally in increasing levels of the hormone testosterone in young male Wistar rats (Rattus norvegicus).Methods: The experimental study was conducted using a pretest and posttest control group design involving 18 young male Wistar rats aged 2.5-3 months with a bodyweight of 150-180 grams. Wistar rats were divided into two groups, each totaling 9 rats, one group as a control group (giving placebo for 28 days) and the treatment group (giving deer placenta orally as much as 10.5 grams per day for 28 days). The data obtained were analyzed by SPSS version 20 for Windows.Results: The results showed that there was a significant increase in testosterone levels both before (3.018±0.282 ng/ml) and after (4.516±0.796 ng/ml) giving deer placenta orally as much as 10.5 grams for 28 days (p <0.010). However, the results of this study showed that there was no increase in testosterone levels in the control group either before or after the placebo treatment (p> 0.05).Conclusion: The results of this study indicate that the administration of deer placenta orally for 28 days showed an increase in testosterone levels among young male Wistar rats. Latar Belakang: Laki-laki yang mengalami gejala-gejala hipogonad semakin dialami oleh usia yang semakin muda. Hal ini dikarenakan terjadi penurunan hormone testosterone. Upaya meningkatkan hormon testosteron pada laki-laki hipogonad kerap dilakukan untuk dapat mengembalikan fungsi seksual, libido, masa otot, kekuatan fisik, densitas tulang, dan perasaan senang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian deer placenta secara oral dalam meningkatkan kadar hormon testosteron pada tikus Wistar (Rattus norvegicus) jantan muda.Metode: Penelitian eksperimental dilakukan dengan menggunakan pretest and posttest control group design yang melibatkan 18 ekor tikus putih Wistar jantan muda berusia 2,5-3 bulan dengan berat badan 150-180 gram. Tikus Wistar terbagi menjadi dua kelompok masing-masing berjumlah 9 ekor tikus dimana satu kelompok sebagai kelompok kontrol (pemberian plasebo selama 28 hari) dan kelompok perlakuan (pemberian deer placenta secara oral sebanyak 10,5 gram per hari selama 28 hari).  Data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS versi 20 untuk Windows.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan kadar testostesteron secara bermakna baik sebelum (3,018±0,282 ng/ml) maupun setelah (4,516±0,796 ng/ml) pemberian deer placenta secara oral sebanyak 10,5 gram selama 28 hari (p<0,010). Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat peningkatan kadar testosteron pada kelompok kontrol baik sebelum atau setelah perlakuan yang diberikan plasebo (p>0,05).Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian deer placenta secara oral selama 28 hari menunjukkan terdapat peningkatan kadar testosteron pada tikus Wistar jantan muda.
Prevalensi obesitas pada pasien kanker kolorektal di RSUP Sanglah periode 2019 - 2020 Bagus Agung Arya Dharma Pramana Dwi Sutanegara; Ni Nyoman Ayu Dewi; I Wayan Gede Sutadarma
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 1 (2021): (Available online : 1 April 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.817 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i1.907

Abstract

Background: Colorectal cancer is cancer that develops slowly and begins as a tumor or growth of tissue from the inner surface of the rectum or colon. Colorectal cancer can be influenced by exogenous factors that can be modified, one of which is obesity. This study aims to determine the prevalence of obesity in colorectal cancer patients.Methods: This research was a descriptive study with a retrospective approach using medical record data and the sampling technique was total sampling. The data obtained according to the inclusion and exclusion criteria were 100 data which were then analyzed using SPSS version 20 for Windows. Data was taken from the 100 medical records for age, sex, Body Mass Index (BMI), and histopathology of colorectal cancer. The data was obtained from the Installation Medical Record at Sanglah Hospital.Results: The results found a difference in colorectal cancer patients with BMI ?25 and <25 kg/m2. Patients with a BMI <25 kg/m2 were 90 patients (90.00%) more suffering from colorectal cancer than 10 patients (10.00%) who had a BMI ?25 kg/m2. Based on age, the most colorectal cancer was found at ? 56 years old, namely 52.0%. In contrast, based on the type of cancer, there were more adenocarcinoma types, namely 88 patients (88.0%) compared to histopathological types of cancer that were difficult to find (12.00%).Conclusion: From the results of this study, it can be concluded that colorectal cancer patients attack more than or equal to 56 and BMI <25 kg/m2. Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan kanker yang berkembang dengan lambat dan berawal sebagai tumor atau perkembangan jaringan dari permukaan dalam rektum atau kolon. Kanker kolorektal dapat dipengaruhi oleh faktor eksogen yang dapat dimodifikasi salah satunya adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi obesitas pada pasien kanker kolorektal.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif menggunakan data rekam medis dan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Data yang diperoleh sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 100 data yang kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi 20 untuk Windows. Dari 100 rekam medis diambil data umur, jenis kelamin, IMT dan histopatologi kanker kolorektal. Data diperoleh dari Instalasi Rekam Medis RSUP Sanglah.Hasil: Pada hasil ditemukan adanya perbedaan pada pasien kanker kolorektal dengan IMT?25 dengan <25 kg/m2. Pasien dengan IMT<25 kg/m2 yaitu sebanyak 90 pasien (90,0%) lebih banyak menderita kanker kolorektal dibandingkan dengan 10 pasien (10,0%) yang memiliki IMT ?25 kg/m2. Dilihat dari usia pasien, didapatkan kanker kolorektal paling banyak pada usia ? 56 tahun yaitu 52,0%, sedangkan pada jenis kanker didapatkan tipe adenokarsinoma lebih banyak yaitu 88 pasien (88,0%) dibandingkan tipe histopatologi kanker yang sulit dijelaskan (12,0%).Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien kanker kolorektal lebih banyak menyerang pada usia lebih dari atau sama dengan 56 dan IMT <25 kg/m2.
Obesitas sebagai faktor risiko terjadinya peningkatan kadar trigliserida dalam darah: tinjauan pustaka Baiq Rissa Khaerawati Salim; Desak Made Wihandani; Ni Nyoman Ayu Dewi
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 2 (2021): (Available Online: 1 August 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.946 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i2.1031

Abstract

Obesity is considered a major factor in the emergence of various diseases such as coronary heart disease, stroke ischemia, and type 2 diabetes mellitus in developed and developing countries. Obesity is defined as an increase in body weight above 20% of normal limits and is associated with abnormal serum lipoprotein levels. Obese people are more at risk for diseases such as Diabetes Mellitus type 2, stroke and other diseases. Excessive fat accumulation in obese people results in increased amounts of free fatty acids hydrolyzed by endothelial lipoprotein lipases. This increase triggers the production of oxidants that have a negative effect on the endoplasmic reticulum and mitochondria. The free fatty acids released due to excessive fat accumulation also inhibit lipogenesis, resulting in an increase in triglyceride levels in the blood. This literature study aims to determine whether obesity is a risk factor for increased blood triglyceride levels based on the relevant literature.  Obesitas dianggap sebagai faktor utama munculnya berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan diabetes mellitus tipe 2 yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan di atas 20% dari batas normal dan berhubungan dengan kadar lipoprotein serum tidak normal. Orang obesitas lebih berisiko untuk mengalami penyakit seperti Diabetes Mellitus tipe 2, stroke dan penyakit lainnya. Penumpukan lemak yang berlebihan yang terjadi pada orang obesitas mengakibatkan meningkatnya jumlah asam lemak bebas yang dihidrolisis oleh lipoprotein lipase endotel. Peningkatan ini memicu produksi oksidan yang berefek negatif terhadap retikulum endoplasma dan mitokondria. Asam lemak bebas yang dilepaskan karena adanya penimbunan lemak yang berlebihan juga menghambat terjadinya lipogenesis sehingga mengakibatkan peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui apakah obesitas sebagai faktor risiko peningkatan kadar trigliserida dalam darah berdasarkan pada studi literatur yang relevan.