Article Per Year (5 Year)
p-Index From 2020 - 2025
0.778
P-Index
This Author published in this journals
All Journal ISM (Intisari Sains Medis) : Jurnal Kedokteran
Ni Nyoman Mahartini
Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Bali, Indonesia
Biochemistry, Genetics & Molecular Biology Medicine & Pharmacology

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

 1 
Rasio Mean Platelet Volume (MPV) terhadap hitung trombosit dan Interleukin-6 (IL-6) sebagai prediktor awal kematian pada sepsis neonatal di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia I Putu Sidhi Rastu Karyana; Ni Nyoman Mahartini; I Made Kardana
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 2 (2020): (Available online: 1 August 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.571 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i2.755

Abstract

Background: Neonatal sepsis is a clinical syndrome in infants aged less than 28 days that arises from a systemic inflammatory response (SIRS) by various infectious causes. Both Interleukin-6 (IL-6) and Mean Platelet Volume (MPV) levels are known to play an important role in worsening neonatal sepsis. This study aims to determine the relationship between MPV ratio to platelet count and IL-6 as an early predictor of death in neonatal sepsis at Sanglah General Hospital, Bali, Indonesia.Methods: This prospective observational cohort study was conducted from November 2019 to February 2020 at Sanglah General Hospital Denpasar, involving 54 pediatric patients diagnosed with neonatal sepsis for less than 28 days. The research samples were collected consecutively. Statistical analysis is the survival analysis, Receiver Operating Characteristic (ROC) curve, linear regression, and Fisher exact test using SPSS software version 20 for Windows.Results: Most of the respondents had an average age of 3.46 ± 7,065 days, followed by male gender (72.22%), SNAD type of sepsis (88.89%), birth weight 2,126.6 ± 794.1 grams, normal birth weight (38.89%), and premature birth (61.11%). The mean MPV level in all subjects was 7.11 ± 1.85 fL, followed by a platelet count (218.511 ± 121.085) cells / µL, MPV / PLT ratio (5.404 ± 5.351), IL-6 levels (215.32 ± 444, 48 pg / mL), and as much as 12.95% died within 28 days of treatment. The results of the survival analysis showed a significant relationship between the MPV value (Cut-off: 6.745 (AUC: 0.650: HR: 4.353; p = 0.033) and the MPV / PLT ratio (Cut-off: 3.73; AUC: 0.690; HR: 4.535; p = 0.033) as an early predictor of mortality in neonatal sepsis at Sanglah General Hospital, Bali, Indonesia.Conclusion: MPV / PLT and MPV ratios can be used as predictors of early mortality within 28 days in patients with clinical neonatal sepsis at Sanglah General Hospital, Bali, Indonesia. Latar Belakang: Sepsis neonatal adalah sindrom klinis pada bayi berumur kurang dari 28 hari yang timbul akibat respon inflamasi sistemik (SIRS) oleh berbagai penyebab infeksi. Kadar Interleukin-6 (IL-6) maupun Mean Platelet Volume (MPV) diketahui berperan penting terhadap perburukan pada sepsis neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  hubungan rasio MPV terhadap hitung trombosit maupun IL-6 sebagai prediktor awal kematian pada sepsis neonatal di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia.Metode: Penelitian Kohort prospektif observasional dilakukan sejak November 2019 sampai Februari 2020 di RSUP Sanglah Denpasar dengan melibatkan 54 pasien anak yang terdiagnosis sepsis neonatal kurang dari 28 hari. Sampel penelitian dikumpulkan secara konsekutif. Analsis statistik yaitu dengan analisis kesintasan, kurva Receiver Operating Characteristic (ROC), regresi linier, dan tes Fisher exact menggunakan piranti lunak SPSS versi 20 untuk Windows..Hasil: Sebagian besar responden rata-rata berusia 3.46±7.065 hari, diikuti dengan jenis kelamin laki-laki (72,22%), jenis sepsis tipe SNAD (88,89%), berat lahir 2.126,6±794,1 gram, berat badan lahir normal (38,89%), dan lahir prematur (61,11%). Rerata kada MPV pada seluruh subjek adalah 7,11±1,85 fL, diikuti dengan hitung trombosit (218.511±121.085) sel/µL, rasio MPV/PLT (5,404±5,351), kadar IL-6 (215,32±444,48 pg/mL), dan sebanyak 12,95% meninggal dalam 28 hari perawatan.  Hasil analisis kesintasan menunjukkan hubungan bermakna antara nilai MPV (Cut-off: 6,745 (AUC: 0,650: HR: 4,353; p=0,033) dan rasio MPV/PLT (Cut-off: 3,73; AUC: 0,690; HR: 4,535; p=0,033) sebagai prediktor awal kematian pada sepsis neonatal di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia.Kesimpulan: Rasio MPV/PLT dan MPV dapat digunakan sebagai prediktor awal kematian dalam 28 hari pada pasien dengan klinis sepsis neonatal di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia
Hitung trombosit metode otomatis dikonfirmasi dengan Hapusan Darah Tepi (HDT) tanpa pewarnaan dan dengan pewarnaan giemsa di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia Ivan Master Worung; Ni Nyoman Mahartini; Sianny Herawati
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 3 (2020): (Available online: 1 December 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1141.859 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i3.799

Abstract

Background: The platelet count calculation is a basic hematological examination, which is indispensable due to laboratory tests that are important for making clinical decisions. However, in practice, it was found that several methods of examining the platelet count showed inconsistent results. Therefore, this study aims to determine the platelet count's suitability on the peripheral blood smear with staining, without staining, and automatic platelet count using the flowcytometry method.Methods: This study used an observational method on 36 samples. A blood smear without staining and staining was made, read on a microscope with a magnification of 1,000 times, then compared with the platelet count results by the flowcytometry method. The data were then performed statistical tests using the One-Way ANOVA test, followed by the post-hoc test. Data were analyzed using SPSS version 17 for Windows.Results: Most of the respondents were female (55.56%) and had a mean age of 42.37 ± 20.90 years. From the One-Way ANOVA test, it was found that there was no difference in the platelet count between groups of the calculation method used (p = 1,000). The post-hoc test also showed that the results of the calculation of the automatic tool flowcytometry method were compatible with the stained and non-stained peripheral blood smear (p> 0.05).Conclusion: There is an agreement between the unstained method, staining, and flowcytometry. Latar Belakang: Perhitungan jumlah trombosit merupakan pemeriksaan hematologi dasar dimana sangat diperlukan sebagai hasil pemeriksaan laboratorium yang penting untuk membuat keputusan klinis. Akan tetapi dalam pelaksanaannya ditemukan bahwa beberapa metode pemeriksaan jumlah trombosit menunjukkan hasil yang tidak sesuai. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hitung trombosit pada hapusan darah tepi dengan pewarnaan, tanpa pewarnaan dan hitung trombosit otomatis dengan metode flowcytometry.Metode: Penelitian menggunakan metode observasional pada 36 sampel. Dibuat hapusan darah tepi tanpa pewarnaan dan dengan pewarnaan, dibaca pada mikroskop dengan pembesaran 1.000 kali, kemudian dibandingkan dengan hasil hitung trombosit dengan metode flowcytometry. Data kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji One-Way ANOVA dilanjutkan dengan uji post-hoc. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 17 untuk Windows.Hasil: Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (55,56%) dan memiliki rerata usia 42,37±20,90 tahun. Dari uji One-Way ANOVA ditemukan tidak terdapat perbedaan hitung trombosit diantara kelompok metode perhitungan yang digunakan (p=1,000). Uji post-hoc juga menunjukkan terdapat kesesuaian hasil perhitungan alat otomatis metode flowcytometry dengan metode hapusan darah tepi dengan pewarnaan dan tanpa pewarnaan dengan (p>0,05).Kesimpulan. Terdapat kesesuaian antara metode hitung trombosit tanpa pewarnaan, dengan pewarnaan dan dengan hitung otomatis metode flowcytometry.
Kesesuaian hasil pengukuran Low Density Lipoprotein Cholesterol menggunakan persamaan Friedewald, Hopkins, dan Homogeneous Enzymatic Colorimetric Assay di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia I Made Dharma Pramana; Ida Ayu Putri Wirawati; Ni Nyoman Mahartini
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 1 (2021): (Available online : 1 April 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.587 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i1.842

Abstract

Background: LDL-C concentration can be obtained by calculation from equations and measurement methods. There are many LDL-C equations, but the most commonly used is the Friedewald equation, and the most recent is the Hopkins equation. This study aims to determine LDL-C measurements' agreement using the Friedewald equation, Hopkins equation, and homogeneous enzymatic colorimetric assay.Methods: This was a cross-sectional study, from January-February 2020, with 570 samples LDL-C examination results by Friedewald equation, Hopkins equation, and homogeneous enzymatic colorimetric assay divided into 3 groups based on TG levels. Data were analyzed by SPSS version 17 for Windows.Results: Spearman correlation test found a near-perfect correlation between LDL-C using Friedewald and Hopkins equations to direct examinations with values r =0.921 and r =0.907. Limit of agreement from the Bland-Altman test shows an average of >90% for both equations with direct measurements. Mann-Whitney test showed a significant difference between LDL-C direct measurement and Friedewald equation in Total Group, TG 200-400 mg/dL and TG> 400 mg/dL while for Hopkins equation only in TG group> 400 mg/dL (p<0.05). Based on Total Allowable Error (TAE) analysis, LDL-C from Hopkins equation in TG group 200-400 mg/dL appears to be superior to the Friedewald equation.Conclusion: Friedewald equation and Hopkins equation give good concordance at TG levels <200 mg/dL while at triglyceride levels 200-400 mg/dL Hopkins equation gives better concordance than the Friedewald equation. At triglyceride levels,> 400 mg/dL Friedewald and Hopkins equations show low accuracy, so it is recommended to use the direct method. Latar Belakang: Konsentrasi low density lipoprotein cholesterol (LDL-C) dapat diperoleh dengan 2 cara yaitu menggunakan perhitungan dengan persamaan dan metode pengukuran langsung (direct). Banyak persamaan perhitungan LDL-C tetapi yang paling umum digunakan adalah persamaan Friedewald dan yang terbaru adalah persamaan Hopkins. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian hasil pengukuran LDL-C menggunakan persamaan Friedewald, persamaan Hopkins dan homogeneous enzymatic colorimetric assayMetode: Penelitian menggunakan rancangan analitik potong lintang dari bulan Januari-Pebruari 2020 dengan 570 sampel hasil pemeriksaan LDL-C dengan persamaan Friedewald, persamaan Hopkins dan homogeneous enzymatic colorimetric assay yang dibagi 3 kelompok berdasarkan kadar trigliserida (TG). Data dianalisis dengan SPSS versi 17 untuk Windows.Hasil: Uji statistik Spearman didapatkan korelasi mendekati sempurna antara  LDL-C menggunakan persamaan Friedewald dan Hopkins terhadap pemeriksaan direct dengan nilai r=0,921 dan r=0,907. Limit of agreement dari uji Bland-Altman menunjukkan rata-rata > 90% untuk kedua persamaan dengan pengukuran direct. Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan bermakna antara LDL-C pengukuran direct dengan persamaan Friedewald pada Kelompok Total, TG 200-400 mg/dL dan TG >400 mg/dL sedangkan untuk persamaan Hopkins perbedaan hasil yang bermakna hanya pada kelompok TG >400 mg/dL (p<0,05). Berdasarkan analisis Total Allowable Error (TAE), LDL-C persamaan Hopkins pada kelompok TG 200-400 mg/dL lebih unggul dari persamaan Friedewald.Kesimpulan: Persamaan Friedewald dan persamaan Hopkins memberikan kesesuaian yang baik pada kadar TG <200 mg/dL sedangkan pada kadar trigliserida 200-400 mg/dL, persamaan Hopkins memberikan kesesuaian yang lebih baik daripada persamaan Friedewald. Pada kadar TG >400mg/dL persamaan Friedewald dan Hopkins menunjukkan akurasi yang rendah sehingga disarankan untuk menggunakan metode direct.
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) akibat gigitan ular: laporan kasus Ni Komang Krisnawati; Ida Ayu Putri Wirawati; Sianny Herawati; Ni Nyoman Mahartini; Anak Agung Ayu Lydia Prawita; Ekarini Katharina Yunarti Nabu
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 2 (2021): (Available Online: 1 August 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.895 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i2.1050

Abstract

Background: Snakebite cases are cases of emergency that are often found in the Emergency Unit, especially in rice fields, forests, plantations and swamps. There is no definitive data on the number of snakebite cases in Indonesia. Morbidity and mortality of snakebite cases are highly dependent on the type of snake species, the number and type of can that enter the body, as well as the availability of anti-snake serum.In these patients were found Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) due to snake bites.Case Presentation: A 5-years female patient complained of pain in the right hand due to snakebite about 30 minutes before entering the hospital. The snake is green with a red tail, a triangular head shape and a length of about 30 centimeters, biting the middle finger of the patient's right hand. Swollen redness and pain are felt spreading to the shoulders. Physical examination of compos mentis patients with a pulse rate of 96 times per minute, breath rate of 20 times per minute and temperature of 36.7oC. There was found edema and bullae in digiti III in the right manus region, palpably warm, and there is press pain. In the antebrachial region to the right humerus also found the presence of edema and press pain. Patients with normochromic normositer anemia with thrombocytopenia as well as lengthening of coagulation physiology decreased fibrinogen and increased D-dimer.Conclusion: Snake venom can be hemotoxic, neurotoxic and cytotoxic. Snakebite cases require rapid and comprehensive management to minimize the possibility of disability and death.  Latar Belakang: Kasus gigitan ular merupakan kasus kegawatan yang sering dijumpai di Unit Gawat Darurat terutama di daerah area persawahan, hutan, perkebunan dan rawa. Tidak ada data yang pasti mengenai jumlah kasus gigitan ular di Indonesia. Morbiditas dan mortalitas kasus gigitan ular sangat tergantung dari jenis spesies ular, jumlah dan jenis bisa yang masuk ke dalam tubuh serta ketersediaan serum anti bisa ular.Presentasi Kasus: Pada pasien ini ditemukan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) akibat gigitan ular. Pasien perempuan, usia 5 tahun dengan keluhan nyeri pada tangan kanan akibat gigitan ular sejak sekitar 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Ular berwarna hijau dengan ekor merah, bentuk kepala segitiga dan panjang sekitar 30 centimeter, menggigit jari tengah tangan kanan pasien. Bengkak kemerahan dan nyeri dirasakan menjalar sampai ke bahu. Pemeriksaan fisik pasien compos mentis dengan laju nadi 96 kali per menit, laju nafas 20 kali per menit dan suhu 36,7oC. Pada regio manus kanan ditemukan adanya edema dan bullae pada digiti III, teraba hangat dan terdapat nyeri tekan. Pada region antebrachii sampai humerus kanan juga ditemukan adanya edema dan nyeri tekan. Pasien mengalami anemia normokromik normositer dengan trombositopenia serta pemanjangan faal koagulasi, penurunan fibrinogen dan peningkatan D-dimer.Kesimpulan: Bisa ular dapat bersifat hemotoksik, neurotoksik dan sitotoksik. Kasus gigitan ular memerlukan penatalaksanaan yang cepat dan komprehensif sehingga dapat meminimalkan kemungkinan kecacatan dan kematian.
Co-Authors Anak Agung Ayu Lydia Prawita Ekarini Katharina Yunarti Nabu I Made Dharma Pramana I Made Kardana I Putu Sidhi Rastu Karyana Ida Ayu Putri Wirawati Ivan Master Worung Ni Komang Krisnawati Sianny Herawati