Bagus Ari Pradnyana Dwi Sutanegara
Departemen Ilmu Kardiologi Dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Bali, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Diagnosis dan tatalaksana tromboangitis obliterans/penyakit buerger dengan fenomena raynaud Tjok Ngurah Prasanta Adityaputra; Bagus Ari Pradnyana Dwi Sutanegara; Agung Pradnyana Suwirya
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 2 (2021): (Available Online: 1 August 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.655 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i2.999

Abstract

Introduction: Thromboangitis obliterans (TAO) is segmental, non-atherosclerotic inflammatory disease involving small to moderate arteries, veins, and nerves of extremities. TAO or Buerger's disease has very strong association with tobacco use. The adoption of stricter diagnostic criteria and reduced tobacco use have led to a decline in the number of new TAO patients in United States, Europe, and Asia. Typical TAO patients are young men with history of heavy smoking who present with limb ischemic symptoms before age 45 years. The most common symptoms are due to arterial occlusion disease, secondary vasospasm (Raynaud’s phenomenon), and superficial thrombophlebitis. Clinical diagnosis of TAO requires exclusion of diseases that mimic this diseases such as atherosclerotic vascular disease, thromboembolic disease, and autoimmune diseases such as scleroderma. Therapeutic foundation for TAO is complete cessation of any tobacco use. The use of vasodilators is largely for palliative. Therapeutic anticoagulants have not been shown to be effective in the treatment of TAO. Nonetheless, some physicians have used anticoagulants in attempt to delay amputation and increase collateral flow in severe critical limb ischemia.Case report: A 56 year old man complained of bluish and pain on the finger tips of both right and left hand. Smoking four packs a day. Dupplex ultrasound and CT scan of the superior limb angiography showed no abnormalities in the proximal artery. Echocardiography showed result within normal limit.Conclusion: These findings suggest diagnosis of thromboangitis obliterans with Raynaud's phenomenon, even if he is over 45 years of age.  Pendahuluan: Tromboangitis obliterans (TAO) adalah penyakit inflamasi nonaterosklerotik segmental yang melibatkan arteri, vena, dan saraf kecil dan sedang pada ekstremitas. TAO atau penyakit Buerger memiliki hubungan yang sangat kuat dengan penggunaan tembakau. Penerapan kriteria diagnostik yang lebih ketat dan pengurangan penggunaan tembakau telah menyebabkan penurunan jumlah pasien baru TAO di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Tipikal pasien TAO adalah pria muda dengan riwayat perokok berat yang muncul dengan gejala iskemik ekstremitas sebelum usia 45 tahun. Gejala paling umum akibat penyakit oklusi arteri, vasospasme sekunder (fenomena Raynaud), dan tromboflebitis superfisial. Diagnosis klinis TAO membutuhkan eksklusi penyakit yang menyerupai penyakit tersebut seperti penyakit pembuluh darah aterosklerotik, penyakit tromboemboli, dan penyakit autoimun seperti scleroderma. Landasan terapi untuk TAO adalah penghentian total setiap penggunaan tembakau. Penggunaan vasodilator pada pasien dengan TAO sebagian besar bersifat paliatif. Antikoagulan terapeutik belum pernah terbukti secara efektif dalam pengobatan TAO. Meskipun demikian, beberapa dokter telah menggunakan antikoagulan dalam upaya untuk menunda amputasi dan meningkatkan aliran kolateral pada iskemia ekstremitas kritis yang berat.Laporan kasus: Seorang laki-laki berusia 56 tahun mengeluh kebiruan dan nyeri pada ujung kedua jari tangan kanan dan kiri. Merokok empat bungkus sehari. Temuan dupplex ultrasound dan CT scan angiografi ekstremitas superior menunjukkan tidak ditemukan kelainan pada arteri proksimal. Pemeriksaan ekokardiografi juga menunjukkan hasil dalam batas normal.Simpulan: Dari temuan-temuan tersebut mengarahkan diagnosis pasien dengan tromboangitis obliterans dengan fenomena Raynaud, walaupun usia sudah lebih dari 45 tahun.
Hubungan homosistein dan Mean Platelet Volume (MPV) terhadap skor modifikasi Gensini pada pasien Coronary Artery Disease (CAD) stabil Made Kris Budiman; Bagus Ari Pradnyana Dwi Sutanegara; Anak Agung Wiradewi Lestari
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 2 (2021): (Available Online: 1 August 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.747 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i2.1044

Abstract

Background: Stable Coronary Artery Disease (CAD) is one of Indonesia's most common cardiovascular diseases. One of the most influential risk factors of CAD is homocysteine and Mean Platelet Volume (MPV) levels. Research in Acute Coronary Syndrome (ACS) showed that the increase of homocysteine and MPV positively correlates with coronary artery stenosis showed by angiography. This study evaluates the relationship between MPV and homocysteine to the modified Gensini score in stable CAD.Methods: This is a cross-sectional observational study conducted in Integrated Heart Service (IHS) Sanglah General Hospital, Bali, Indonesia. Homocysteine and MPV levels were measured and correlated with the Gensini score using the Pearson correlation test. Data were analyzed using SPSS version 20 for Windows and considered statistically significant if the p-value less than 0.05.Results: The results showed that most of the patients were male (88.2%), non-obese (94.2%), comorbid hypertension (61.1%), taking statins (98.0%), Ejection Fraction (EF) >40% (84.3%), Glomerular Filtration Rate (GFR) > 60 ml/min/1.7 m2 (86.27%), MPV value < 9.4 (86.3%), and homocysteine levels < 15 (64.7%). There was no significant correlation between homocysteine (r = 0.071; p > 0.05) and MVP (r = 0.088; p > 0.05) on the Gensini score. Meanwhile, Pearson correlation analysis showed a significant negative correlation between serum creatinine levels and Gensini score (r = -0.383; p = 0.006) and also statistically significant in logistic regression analysis (p = 0.022).Conclusion: The results of this study indicate that there is no significant correlation between the examination of homocysteine levels and MPV on the Gensini score in patients with stable CHD. Latar Belakang: Penyakit Arteri Koroner (PJK) stabil merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum di Indonesia. Salah satu faktor risiko PJK yang paling berpengaruh adalah kadar homosistein dan Mean Platelet Volume (MPV). Penelitian pada Sindrom Koroner Akut (SKA) menunjukkan bahwa peningkatan kadar homosistein dan MPV berkorelasi positif dengan stenosis arteri koroner yang ditunjukkan oleh angiografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara MPV dan homosistein terhadap skor Gensini termodifikasi pada pasien dengan PJK stabil.Metode: Studi observasional potong lintang dilakukan pada Pelayanan Jantung Terpadu (IHS) RSUP Sanglah, Bali, Indonesia. Kadar homosistein dan MPV diukur dan dikorelasikan dengan skor Gensini menggunakan uji korelasi Pearson. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20 untuk Windows dan dianggap bermakna secara statistik jika nilai p kurang dari 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-laki (88,2%), non-obese (94,2%), komorbid hipertensi (61,1%), mengonsumsi statin (98,0%), Ejection Fraction (EF) >40% (84,3%), Glomerular Filtration Rate (GFR) > 60 ml/min/1,7 m2 (86,27%), nilai MPV < 9,4 (86,3%), dan kadar homosistein < 15 (64,7%). Tidak ditemukan korelasi yang bermakna antara homosistein (r = 0,071; p > 0,05) dan MVP (r = 0,088; p > 0,05) terhadap skor Gensini. Sedangkan analisis korelasi Pearson menunjukkan korelasi negatif lemah bermakna antara kadar serum kreatinin dengan skor Gensini (r = -0,383; p = 0,006) dan juga bermakna secara statistik pada analisis regresi logistik (p=0,022).Simpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna terhadap pemeriksaan kadar homosistein dan MPV terhadap skor Gensini pada pasien dengan PJK stabil.