Retensio plasenta menyumbang sebesar 2-3% kematian ibu dinegara berkembang (Ulya et al., 2021). Retensio Plasenta menurut Rukiyah dalam Scientia Journal (2019) adalah keadaan dimana plasenta belum terlepas saat 30 menit setelah bayi lahir. Berdasarkan Juraida dalam The Indonesian Journal of Health Promotion(2021) retensio plasenta menyumbang angka sebanyak 16-17% yang menyebabkan perdarahan. Penelitian ini dilakukan di RSUD Berkah Pandeglang pada bulan April 2022 dengan menggunakan data sekunder berdasarkan Medical Record pada ibu bersalin dengan perdarahan di tahun 2021. Desain penelitian ini menggunakan Crossectional. Dengan jumlah sampel sebanyak 55 orang diambil dengan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Teknik analisis data meliputi analisis univariat, uji chi square dan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian ditemukan bahwa Mayoritas responden mayoritas responden penelitian sebanyak 54,5% tidak mengalami retensio plasenta Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah mayoritas memiliki usia 21-35 tahun yaitu sebanyak 50,9%, memiliki paritas multipara sebanyak 60%, jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 54.5%, memiliki riwayat anemia sebanyak 65.5%, dan tidak memiliki riwayat kuretase sebanyak 94.5%. Hasil dari Analisis bivariat yaitu ada hubungan yang signifikan antara usia responden, paritas dan Riwayat anemia dengan kejadian perdarahan post partum karena retensio plasenta (nilai p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa dari keseluruhan variable independent yang diduga mempengaruhi kejadian perdarahan post partum karena retensio plasenta adalah paritas dengan nilai OR 4.471 yang artinya jika semakin banyak jumlahanak/semakin sering melahirkan maka akan memiliki resiko 4,471 kali mengalami perdarahan post partum karena retensio plasenta.