Fida Asfia
Universitas Banten Jaya

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

DETERMINAN KEPATUHAN INDIVIDU MINUM ZINC PADA BALITA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS CIOMAS KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN TAHUN 2018 Fida Asfia
JOURNAL OF BAJA HEALTH SCIENCE Vol 1 No 01 (2021): Journal of Baja Health Science
Publisher : Universitas Banten Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47080/joubahs.v1i01.1167

Abstract

Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. (KBBI,2007). Yang artinya, kepatuhan adalah sejauh mana perilaku orang tua balita dengan diare tersebut mengikuti aturan atau arahan yang diberikan petugas kesehatan tentang penanganan diare termasuk penggunaan zinc selama 10 hari berturut-turut, untuk mencegah terjadinya diare berulang selama 2-3 bulan kedepan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui determinan kepatuhan minum zinc pada balita penderita diare di Puskesmas Ciomas Kabupaten Serang Propinsi Banten Tahun 2018. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciomas Kabupaten Serang Propinsi Banten pada bulan Mei s.d Juni tahun 2018. Desain penelitian ini menggunakan Crossectional. Dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang diambil dengan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Teknik analisis data meliputi analisis univariat, uji chi square dan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan, tingkat pengetahuan, persepsi aksesibilitas pelayanan kesehatan, persepsi dukungan keluarga dan persepsi dukungan tenaga kesehatan dimana nilai p<0,05. Pada analisis multivariat uji regresi logistik berganda diperoleh variabel persepsi aksesibilitas pelayanan kesehatan dengan nilai Exp(B) 7,241 (1,820– 28,816) yang artinya persepsi aksesibilitas pelayanan kesehatan memiliki pengaruh 7,241 kali terhadap kepatuhan minum zinc pada balita penderita diare.Saran untuk Puskesmas Ciomas Kabupaten Serang adalah perlunya pelatihan bagi tenaga kesehatan sehingga terampil dalam melaksanakan kebijakan, dan menyampaikan informasi gizi kepada masyarakat. Program yang bersifat promosi dan preventif juga diutamakan tidak hanya kuratif dan rehabilitatif. Permasalahan gizi bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, terutama tenaga kesehatan. Kerja sama lintas program dan sektor secara aktif harus terus dilaksanakan dalam mengatasi permasalahan ini.
Hubungan Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Masyarakat dengan Perilaku Pencegahan Wabah Virus Corona (COVID 19) Tahun 2021 Fida asfia
JOURNAL OF BAJA HEALTH SCIENCE Vol 1 No 02 (2021): Journal of Baja Health Science
Publisher : Universitas Banten Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47080/joubahs.v1i02.1500

Abstract

COVID 19 merupakan penyakit menular dimana sebagian besar orang yang terinfeksi virus ini memiliki keluhan gangguan pernafasan yang disertai dengan demam. Serangkaian kasus di China mengungkapkan bahwa sebanyak 81% kasus memiliki gejala ringan, 14% kasus memiliki gejala berat, dan 5% kasus masuk kedalam kategori kritis. Studi yang dilakukan di Cina pada tahun 2020 menyebutkan bahwa dari 1576 pasien yang terinfeksi, sebagian besar memiliki gejala klinis demam yaitu sebesar 91%, diikuti oleh batuk (67,7%), kelelahan (51%) dan dispneu (30,4%). (Jing Yang et all, 2020). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Banten pada bulan Juli s.d Agustus tahun 2021. Desain penelitian ini menggunakan Crossectional. Dengan jumlah sampel sebanyak 143 orang diambil dengan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Teknik analisis data meliputi analisis univariat, uji chi square dan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian ditemukan bahwa Mayoritas responden memiliki perilaku baik dalam hal pencegahan penyakit COVID 19 yaitu sebanyak 56.6%., karakteristik responden mayoritas berada pada kategori dewasa tua (72,7%), memiliki tingkat pendidikan S1 (37.8%) dan Bekerja pada status pekerjaan (67.8%), memiliki tingkat pengetahuan Baik (58%), persepsi pencegahan Covid 19 yang positif (53.1%), dan Sikap yang positif (56.5%). Hasil dari Analisis bivariat yaitu ada hubungan yang signifikan antara usia responden, status pekerjaan, persepsi pencegahan covid 19, dan sikap dengan perilaku pencegahan covid 19 dimana nilai p<0,05.
DETERMINAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM KARENA RETENSIO PLASENTA Fida asfia; Erina Rahmayanti
JOURNAL OF BAJA HEALTH SCIENCE Vol 2 No 02 (2022): Journal of Baja Health Science
Publisher : Universitas Banten Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47080/joubahs.v2i02.2195

Abstract

Retensio plasenta menyumbang sebesar 2-3% kematian ibu dinegara berkembang (Ulya et al., 2021). Retensio Plasenta menurut Rukiyah dalam Scientia Journal (2019) adalah keadaan dimana plasenta belum terlepas saat 30 menit setelah bayi lahir. Berdasarkan Juraida dalam The Indonesian Journal of Health Promotion(2021) retensio plasenta menyumbang angka sebanyak 16-17% yang menyebabkan perdarahan. Penelitian ini dilakukan di RSUD Berkah Pandeglang pada bulan April 2022 dengan menggunakan data sekunder berdasarkan Medical Record pada ibu bersalin dengan perdarahan di tahun 2021. Desain penelitian ini menggunakan Crossectional. Dengan jumlah sampel sebanyak 55 orang diambil dengan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Teknik analisis data meliputi analisis univariat, uji chi square dan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian ditemukan bahwa Mayoritas responden mayoritas responden penelitian sebanyak 54,5% tidak mengalami retensio plasenta Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah mayoritas memiliki usia 21-35 tahun yaitu sebanyak 50,9%, memiliki paritas multipara sebanyak 60%, jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 54.5%, memiliki riwayat anemia sebanyak 65.5%, dan tidak memiliki riwayat kuretase sebanyak 94.5%. Hasil dari Analisis bivariat yaitu ada hubungan yang signifikan antara usia responden, paritas dan Riwayat anemia dengan kejadian perdarahan post partum karena retensio plasenta (nilai p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa dari keseluruhan variable independent yang diduga mempengaruhi kejadian perdarahan post partum karena retensio plasenta adalah paritas dengan nilai OR 4.471 yang artinya jika semakin banyak jumlahanak/semakin sering melahirkan maka akan memiliki resiko 4,471 kali mengalami perdarahan post partum karena retensio plasenta.
Gambaran Karakteristik Kejadian Intrauterine Fetal Death ( IUFD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang Tahun 2021 Fida Asfia
JOURNAL OF BAJA HEALTH SCIENCE Vol 3 No 01 (2023): Journal of Baja Health Science
Publisher : Universitas Banten Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47080/joubahs.v3i01.2435

Abstract

IUFD is one event that contributes to perinatal mortality. IUFD has a percentage of 29.5% as a cause of death in the perinatal group. Indonesia is in the 10 countries with the highest number of maternal and newborn deaths in the world, there are 2 mothers and 6 neonatal or newborn babies die every day in Indonesia. Meanwhile, the perinatal mortality rate in Indonesia is 21 deaths per 1000 pregnancies (Juwita et al., 2021). This research was conducted at Berkah Pandeglang Hospital, data collection was carried out in April 2022 with research subjects being pregnant women with IUFD in 2021. The sampling technique was total sampling with a total sample of 43 respondents. Data analysis technique used univariate analysis technique with cross sectional descriptive design. The results of the study found that the majority of respondents experienced Advanced IUFD events (gestational age> 24 weeks), namely as many as 62.8%, with the characteristics of respondents having a non-risk age category (20-35 years) namely as many as 58.1%, multipara parity, namely as many as 60.5% and Mass Index Body (BMI) Normal is as much as 65.1%.
GAMBARAN FAKTOR RISIKO KEMATIAN NEONATAL DI KABUPATEN SERANG Fauzul Hayat; Nia Kurniatillah; Linardita Ferial; Fida Asfia; Najah Syamiyah
JOURNAL OF BAJA HEALTH SCIENCE Vol 3 No 02 (2023): Journal of Baja Health Science
Publisher : Universitas Banten Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47080/joubahs.v3i02.2755

Abstract

Kematian neonatal sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Sistem pelayanan kesehatan yang baik akan menjamin derajat kesehatan ibu dan bayi yang dilahirkan karena sebagian besar penyebab kematian neonatal dapat dicegah. Beberapa faktor seperti faktor ibu, neonatal dan pelayanan kesehatan ditentukan sebagai prediktor kematian neonatal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor risiko kematian neonatal di Kabupaten Serang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari-April 2021. Teknik pengambilan sampel penelitian adalah total sampling. Populasi dalam penelitian adalah seluruh kematian neonatal di wilayah Kabupaten Serang. Sampel yang diambil merupakan total populasi sebanyak 215 kematian neonatal.Analisis dilakukan melalui olahan rangkuman dan kajian data yang tersedia berdasarkan temuan/laporan seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian neonatal di Kabupaten Serang sebanyak 215 kasus. Proporsi kematian neonatal tertinggi yaitu Kecamatan Baros (8,8%), Jawilan (6,9%), Kramatwatu (6,9%), Cikande (6,5%), Padarincang (5,6%), Kragilan (5,6%). Proporsi kasus berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebesar 60,5% dan perempuan sebesar 39,5%. Penyebab kematian neonatal di Kabupaten Serang disebabkan oleh BBLR (46%), asfiksia (27,9%), kelainan bawaan (11,6%), penyebab lainnya (11,6%), tetanus neonatorium (1,4%), dan sepsis (1,4%). Cakupan pelayanan kesehatan (K4) sebesar 92%, cakupan pertolongan persalinan (99,4%), cakupan persalinan di pelayanan kesehatan (89,3%), cakupan kunjungan neonatal lengkap (99,6%), cakupan Inisiasi Menyusui Dini (77,5%). Tingginya kasus kematian neonatal di Kabupaten Serang disebabkan oleh faktor ibu, neonatal dan pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang dilahirkan dalam upaya menekan angka kematian neonatal.