Teguh Samiadi
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pola Pendidikan Agama Hindu Di Dalam Keluarga Untuk Mewujudkan Putra Suputra Teguh Samiadi; I Komang Tri Adiana; Ni Made Indrayani
JPA : JURNAL PENDIDIKAN AGAMA Vol. 13 No. 2 (2022): JURNAL PENDIDIKAN AGAMA
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam ajaran agama Hindu lapangan kehidupan dibagai menjadi empat yangdisebut dengan catur asrama, yakni brahmacari, grahasta, wanaprasta, dan bhisuka.Pada masa grahasta mendidik seorang anak dengan baik, Pendidikan agama di dalamkeluarga tidak dijalankan oleh para orang tua, misalnya dalam hal yang kecil yaitumasalah sembahyang orang tua tidak penah tahu kalau anaknya sudah melakukansembahyang apa belum, ada juga orang tua yang hanya menyuruh anaknya untukmelakukan sembahyang namun, orang tuanya sendiri tidak melakukan sembahyang.Adapun sebuah permasalahan yang terjadi yaitu bagaimana penerapan pendidikan AgamaHindu di dalam keluarga untuk mewujudkan putra suputra di desa Mekar KaryaKecamatan Wawai Karya Kabupaten Lampung Timur dan kendala-kendala apa yangdihadapi oleh keluarga untuk mewujudkan putra suputra. Metode yang digunakan adalahpenelitian kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemangku, tokoh umat danmasyrakat. Penerapan pendidikan agama Hindu di dalam keluarga untuk mewujudkanputra suputra yang sangat berperan penting adalah sebuah keluarga atau orang tua, orangtualah yang pertama memberikan pendidikan kepada anak, agar menjadi anak yangterbaik dan berbhakti kepada kedua orang tua. Kendala-kendala yang dihadapi olehkeluarga untuk mewujudkan putra suputra. Pendidikan yang mendasar diberikan kepadaanak, misal: bertutur kata yang baik, sopan santun, diajak sembahyang dan banyak lagiyang lainnya. Dengan pendidikan seperti itu lah yang harus diberikan kepada anak, agarnantinya pada saat ia dewasa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua,semuanya itu adalah kewajiban kedua orang tua untuk mendidik anak, dengan begitumaka anak akan menjadi anak yang putra suputra.
Analisis Kontribusi Legislator Hindu Terhadap Pendidikan Agama Hindu Di Kabupaten Lampung Tengah Teguh Samiadi; Kadek Dwi Septiana
JPA : JURNAL PENDIDIKAN AGAMA Vol. 13 No. 1 (2022): JURNAL PENDIDIKAN AGAMA
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.965 KB)

Abstract

Abstrak: Perkembangan pendidikan Agama Hindu di Kabupaten Lampung Tengah dalam 5 (lima) tahun terakhir tidak menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini dinyatakan oleh tokoh Parisada, ketua adat, guru-guru Agama Hindu, dan hal ini dibenarkan oleh beberapa legislator Hindu yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Faktor penyebab terjadinya situasi dan kondisi tersebut menurut legislator Hindu diakibatkan oleh kurang adanya koordinasi yang baik antara Parisada, ketua adat, guru-guru Agama Hindu, dan mahasiswa Hindu dengan legislator Hindu yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang telah peneliti laksanakan selama beberapa bulan yang telah berlalu. Hasil yang diperoleh dalam penelitian berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan 6 (enam) orang legislator Hindu yang merepresentasikan pandangan 9 (sembilan) orang legislator Hindu di Kabupaten Lampung Tengah ditambah dengan keterangan para tokoh Parisada, ketua adat, dan guru-guru Agama Hindu dapat disimpulkan, bahwa dalam 5 (lima) tahun terakhir kontribusi legislator Hindu terhadap pengembangan pendidikan Agama Hindu terutama pengangkatan PNS guru Agama Hindu di wilayah Kabupaten Lampung Tengah dirasakan belum signifikan, walaupun dalam bidang-bidang lain seperti bantuan pembangunan pura, bantuan pembangunan Kantor Parisada, bantuan untuk festival ogoh-ogoh, dan bantuan pengembangan ekonomi kerakyatan telah berhasil dilaksanakan oleh para legislator Hindu yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Kata kunci: Kontribusi legislator Hindu, pendidikan Agama Hindu, Kabupaten Lampung Tengah.
MAKNA FILOSOFIS PELAKSANAAN UPACARA RAMBU SOLO’PADA UMAT HINDU ALUKTA Teguh Samiadi; Ridwan
JPA : JURNAL PENDIDIKAN AGAMA Vol. 12 No. 2 (2021): JURNAL PENDIDIKAN AGAMA
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.131 KB)

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menganalisis tentang makna filosofis pelaksanaan upacara Rambu Solo’ pada umat Hindu Aluktadi Desa Leppan Kecamatan Malimbong Balepe’ Kabupaten Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan dengan rumusan masalah (1) Bagaimanakah proses upacara Rambu Solo’ di Desa Leppan Kecamatan Malimbong Balepe’ Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan? (2) Apakah makna filosofis pelaksanaan upacara Rambu Solo’ pada Hindu Alukta di Desa Leppan Kecamatan Malimbong Balepe’ Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan? Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Proses upacara Rambu Solo’ pada umat Hindu Alukta di Desa Leppan dibagi atas lima bagian yaitu: (a) Aluk Tomate, (b) Aluk Burake Mapato (c) Massabu (d) Ma’tongo’ Liang (e) Aluk Ma’nene’/Ma’paundi.(2)Makna filosofis UpacaraRambu Solo’yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu Aluktaterdapat pada tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan saran yang digunakan dalam pelaksanaan upacara Rambu Solo’. Kata kunci: makna filosofis, upacara rambu solo’, hindu alukta
RELIGIUSITAS KIDUNG IBU PERTIWI DALAM PELAKSANAAN UPACARA BHUTA YADNYA” STUDI KASUS DESA GLAGAH, KECAMATAN BUMI AGUNG, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Teguh Samiadi; Puja Indra Ningsih
JPA : JURNAL PENDIDIKAN AGAMA Vol. 12 No. 1 (2021): JURNAL PENDIDIKAN AGAMA
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.65 KB)

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketidaktahuan masyarakat tentang nilai religiusitas danmakna kidung ibu pertiwi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai religiusitas dan makna yang terkandung dalam Kidung Ibu Pertiwi, intensitas pelantunan Kidung Ibu Pertiwi dan persepsi masyarakat Hindu di desa Glagah tentang Kidung Ibu Pertiwi yang dilaksanakan pada upacara bhuta yadnya. Waktu penelitian dari bulan Juli sampai bulan September. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kepustakaan. Teknik alalisis data yang digunakan deskriptif kualitatif non statistic, Proses analisis data menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini adalah kidung ibu pertiwi memiliki 3 Nilai religiusitas dan 2 makna. Nilai religiusitas yang terkandung dalam Kidung Ibu Pertiwi adalah : 1) Nilai menghargai bumi dan nilai Tri Hita Karana. 2) Nilai menggagungkan, nilai menghormati bumi dan nilai hukum karma. 3) Nilai perasaan sedih, tenang, damai dan nilai rasa syukur. Makna yang terdapat dalam Kidung Ibu Pertiwi adalah bumi memberikan kesejahteraan, manusia harus merawat bumi dan diajarkan ketulusan serta kesabaran, saling memberi, memiliki kemurahan hati serta cinta kasih. Kidung ibu pertiwi sering dilantunkan di desa Gelagah, persepsi masyarakat tentang kidung ibu pertiwi adalah penting dan harus dilantunkan saat upacara bhuta yadnya.
Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan Pura Puseh Di Desa Bali Sadhar Utara Kecamatan Banjit Kabupaten Way kanan Teguh Samiadi
JPA : JURNAL PENDIDIKAN AGAMA Vol. 14 No. 2 (2023): JURNAL PENDIDIKAN AGAMA
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Skripsi ini membahas “Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan PuraPuseh Di Desa Bali Sadhar Utara Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan”. Penelitianini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai mengapa di desa Bali Sadhar UtaraKecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan tidak dibangun Pura Puseh, sedangkan didesa lain di kecamatan Banjit ini sudah memiliki bangunan Pura Puseh. Penelitian iniadalah penelitian kualitatif dengan desain deskriktif, menggunakan wawacara takterstruktur atau wawacara mendalam sebagai teknik pengumpulan data dan penglolaandata sehingga penulis tidak membuat daftar pertanyaan yang baku atau struktural dalampenglolaan data agar mencegah hal-hal yang mengintervensi informan. Penulismelakukan wawancar kepada informan yang merupakan seorang sulinggih, jro mangku,Parisada desa, Parisada Kecamatan, dan masyarakat umum di desa Bali Sadhar Utara.Selain itu juga penulis menggunakan metode kepustakaan sebagai data sekunder untukmendukung pernyataan para informan tersebut. Data yang penulis dapatkan melaluiteknik pengumpulan diatas, penulis melakukan analisis dan penglolaan data sehinggamendapatkan hasil bahwa sebenarnya Pura Puseh itu sangat penting keberadaannya disetiap desa pakraman, karena pada dasarnya ciri khas suatu desa pakraman itu memilikiTiga buah pura yang di sebut Tri Khayangan (tiga buah tempat suci) yang dimana salahsatu bagian pura atau tempat suci tersebut adalah Pura Puseh.
UMAT HINDU DAN HUBUNGAN BERAGAMA DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Teguh Samiadi
JPA : JURNAL PENDIDIKAN AGAMA Vol. 14 No. 1 (2023): JURNAL PENDIDIKAN AGAMA
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan pasal 29 UUD 1945 : Tidak ada perbedaan diantara umat beragamakarena apapun agama yang dianut oleh warga negara selalu tertuju kepada Tuhan. Tidakada agama yang mengajarkan kepada kita kebencian antar umat bergama. Perbedaanagama yang tumbuh di Indonesia tidak dapat dihilangkan dari sejarah datangnya agamaHindu, Budha, Kristen, Islam dan Khonghocu.Perbedaan dibeberapa tempat, biasa menjadikonflik yang serius, seperti yang terjadi di Ambon, masalah Sambas, Sampit dansebagainya. Keberadaan Agama di Desa Bumi Arum Kecamatan Pringsewu KabupatenPringsewu ada beberapa agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia, seperti Hindu,Kristen, Islam dan Katolik. Berdasarkan data agama Hindu menempati urutan keduasetelah agama Islam. Kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan utama pemimpinpemimpinagama karena di era Kaliyuga banyak dari meraka yang mempunyai moral yangtidak baik. Dalam melaksanakan kegiatan menjaga kerukunan antar umat beragama,pemimpin umat Hindu selalu berdasarkan pada Veda yang di tulis dalam kesusastraan,walaupun prilaku yang mereka lakukan berbeda, tetapi pada prinsipnya mempunyai tujuanyang sama.
FUNGSI DAN MAKNA KESENIAN BALEGANJURPADA UPACARA PIODALAN DI PURA PUSEHDUSUN CAKAT RAYA KAMPUNG MENGGALA KECAMATAN MENGGALA TIMUR KABUPATEN TULANG BAWANG Teguh Samiadi; I Made Sudarta
JPA : JURNAL PENDIDIKAN AGAMA Vol. 16 No. 1 (2025): JURNAL PENDIDIKAN AGAMA
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesenian Baleganjur di Kampung Menggala dapat dibilang eksis karenabanyaknya masyarakat Bali yang beragama Hindu dan Kesenian Baleganjur merupakanbagian penting dalam upacara keagamaan dan adat masyarakat.Kesenian Baleganjur seringdipentaskan pada saat upacara piodalan Pura Puseh Kampung Menggala. Pementasankesenian Baleganjur ini sangat ditunggu-tunggu oleh umat Hindu yang mengikuti prosesiodalan Pura Puseh. Persoalan pokok yang diteliti yaitu: Apa fungsi kesenian Baleganjurpada upacara piodalan di Pura Puseh Dusun Cakat Raya Kampung Menggala KecamatanMenggala Timur Kabupaten Tulang Bawang? Dan apa makna kesenian Baleganjur padaupacara piodalan di Pura Puseh Dusun Cakat Raya Kampung Menggala KecamatanMenggala Timur Kabupaten Tulang Bawang? Adapun jenis penelitian yang digunakanadalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang mengkaji dan yang dapatmenggambarkan realita sosial yang kompleks dan konkrit. Fungsi kesenian Baleganjurpada Upacara Piodalan di Pura Puseh Dusun Cakat Raya Kampung Menggala KecamatanMenggala Timur memiliki dua fungsi pokok yaitu a. Fungsi Baleganjur sebagai fungsiKeagamaan/Pemujaan Kesenian tabuh Baleganjur pada odalan Pure Puseh merupakankebutuhan yang harus ada untuk ditampilkan. Jadi fungsi Baleganjur pada odalan PuraPuseh Banjar Wira Dharma adalah untuk fungsi pemujaan atau keagamaan. Dipercayabahwa datangnya roh leluhur, oleh masyarakat diyakini bahwa leluhur merestui apa yangmenjadi harapan masyarakat dalam prosesi yang mereka lakukan. b. Fungsi Baleganjursebagai Non Keagamaan/Kesenian Tradisional Kini setelah odalan dipentaskan kembalikesenian Baleganjur di wantilan Jabe Tengah Pura Puseh. Fungsi kali ini adalah sebagaihiburan untuk warga setelah pelaksanaan odalan Pura Puseh selesai. Dari beberapawawancara yang penulis lakukan maka diketahui bahwa terdapat beberapa makna tentangkesenian Baleganjur pada saat upacara piodalan khususnya di Pura Puseh Dusun CakatRaya Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur. Makna kesenian Baleganjurtersebut adalah sebagai berikut : a. Makna Spiritual b. Makna Kerukunan d. MaknaEstetika e. Makna Budaya. f. Makna Edukasi
IMPLEMENTASI AJARAN CATUR PARAMITHA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI UMAT HINDU Teguh Samiadi; I Wayan Sumerta
JPA : JURNAL PENDIDIKAN AGAMA Vol. 15 No. 2 (2024): JURNAL PENDIDIKAN AGAMA
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rasa kemanusiaan dewasa ini telah mengalami kemerosotan yangmengkhawatirkan, bagaimana tidak setiap hari selalu ada saja kasus pemerkosaan,perampokan, perkelahian antar kampung, pembunuhan, terorisme, korupsi dan lain-lain.Semua terjadi akibat dari merosotnya moral karena dipengaruhi oleh banyak faktor, namunapapun alasannya tindak kejahatan yang merugikan orang lain tetaplah tidak dibenarkandan seharusnya menjadi perhatian kita bagaimana membentuk karakter yang bertanggungjawab, welas asih dan memiliki rasa kemanusiaan tanpa batasan ras, agama maupunsuku.Hindu mempunyai landasan yang mengajarkan umatnya menjadi manusia bermoraldan berkarakter, salah satunya adalah Catur Paramitha. Persoalan pokok yang dijadikanrumusan masalah yaitupertama, Bagaimana pemahaman umat Hindu di Desa BanjarAgung Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang terhadap konsep CaturParamitha? Kedua, Bagaimana implementasi Catur Paramitha dalam kehidupan seharihariumat Hindu di Desa Banjar Agung Kecamatan Banjar Agung Kabupaten TulangBawang? Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenispenelitian yang mengkaji dan yang dapat menggambarkan realita sosial yang kompleksdan konkrit. Pemahaman umat Hindu di Desa Banjar Agung Kecamatan Banjar AgungKabupaten Tulang Bawang terhadap konsep Catur Paramitha yaitu (l) Maitri (bersahabat);(2) Karuna (cinta kasih); (3) Mudhita (bersimpati); (4) Upeksa (toleransi) dapat dikatakantelah dipahami dan diresapi oleh umat Hindu Desa Banjar Agung, terbukti denganharmonisnya hubungan antar warga. Implementasi dari pelaksanaan Catur Paramita dalamkehidupan sehari-hari umat Hindu di Desa Banjar Agung telah dilaksanakan denganbaik.Umat Hindu Desa Banjar Agung dapat hidup berdampingan, serasi, selaras, harmonisdan damai. Ajaran Catur Paramita sebagai implementasi dari ajaran Tat Twam Asi patutdijadikan pedoman untuk mewujudkan kehidupan yang sempurna.