Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang secara historis menempatkan penekanan kuat pada pertanian sebagai penggerak ekonomi utamanya. Padi merupakan salah satu hasil bumi yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Selain penting dalam perekonomian masyarakat Karo, beras juga memainkan peran penting dalam praktik keagamaan dan sosial masyarakat Karo. Dengan harapan tercapainya hasil yang baik, yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk pesta guro-guro aron, maka setiap langkah proses penanaman, dari awal hingga akhir, harus diakui, dihargai, dan menunjukkan rasa syukur agar hasil yang diperoleh memuaskan. Suku Karo ialah budaya yang memegang teguh tradisi yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya oleh nenek moyang mereka. Tradisi ini telah diturunkan dari generasi ke generasi. Kegiatan Guro-guro aron Year Work mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Karo yang kaya akan cita-cita gotong royong, dan nilai-nilai sosial sebagai falsafah hidup. Dalam bidang pertanian Karo, orang yang bergotong royong atau melakukan usaha pertanian di sawah, kebun, atau sawah disebut aron. Orang Karo memiliki sejarah panjang bekerja sama dalam jarak dekat satu sama lain di lahan pertanian, sebuah praktik yang dikenal sebagai aron. Aron telah berkembang menjadi sistem yang membangun ikatan dalam komunitas petani, yang mengarah pada pola kerjasama yang terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai tertentu yang menghubungkan petani Karo lainnya dalam suatu kesepakatan. Hak dan kewajiban masing-masing anggota dituangkan dalam perjanjian sebagai konsekuensi dari perjanjian tersebut. Setelah ini, Aron dibuat sebagai model kolaborasi yang memungkinkan modifikasi dalam pengaturan kerja sama. Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang secara historis menempatkan penekanan kuat pada pertanian sebagai penggerak ekonomi utamanya. Padi dianggap sebagai salah satu tanaman yang paling signifikan ditanam oleh orang Karo. Selain penting dalam perekonomian masyarakat Karo, beras juga memainkan peran penting dalam praktik keagamaan dan sosial budaya. Dengan harapan tercapainya hasil yang baik, yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk pesta guro-guro aron, maka setiap langkah proses penanaman, dari awal hingga akhir, harus diakui, dihargai, dan menunjukkan rasa syukur agar hasil yang diperoleh memuaskan. Suku Karo ialah budaya yang memegang teguh tradisi yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya oleh nenek moyang mereka. Tradisi ini telah diturunkan dari generasi ke generasi. Kegiatan Guro-guro aron Year Work mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Karo yang kaya akan cita-cita gotong royong, dan nilai-nilai sosial sebagai falsafah hidup. Dalam bidang pertanian Karo, orang yang bergotong royong atau melakukan usaha pertanian di sawah, kebun, atau sawah disebut aron. Orang Karo memiliki sejarah panjang bekerja sama dalam jarak dekat satu sama lain di lahan pertanian, sebuah praktik yang dikenal sebagai aron. Aron telah berkembang menjadi sistem yang membangun ikatan dalam komunitas petani, yang mengarah pada pola kerjasama yang terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai tertentu yang menghubungkan petani Karo lainnya dalam suatu kesepakatan. Hak dan kewajiban masing-masing anggota dituangkan dalam perjanjian sebagai konsekuensi dari perjanjian tersebut. Setelah ini, Aron dibuat sebagai model kolaborasi yang memungkinkan modifikasi dalam pengaturan kerja sama. Bagi masyarakat Karo yang tinggal di pedesaan dan mengandalkan mata pencaharian sebagai petani dengan lahan yang luas tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah pertaniannya sendiri tanpa bantuan dari masyarakat sekitarnya. Dengan cara bergotong royong dan bekerja sama dalam sistem aron-lah masalah yang berat dapat diselesaikan dengan cara bekerjasama. Dan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa maka dilakukanlah upacara guro-guro aron yang sarat dengan nilai-nilai filosofis sosial-budaya.