Panca Bagja Mohamad
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Pedas dengan Indeks Massa Tubuh pada Wanita Dewasa di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2021 Aulia Nurfajriani Suseno; Rizky Suganda Prawiradilaga Suseno; Panca Bagja Mohamad
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.540

Abstract

Abstract. Many people enjoy spicy food that consumed comes from chili. Chili contains capsaicin which is considered give a pleasant or euphoric taste when consumed. Indonesian people usually eat sambal as spicy food. However, consuming spicy foods with calories some people seem consume large amounts and add complementary foods to reduce the spiciness (rice, juice, sweet drinks, etc.). The addition of calorie intake is risk of increasing body weight. The purpose of this study was to determine association between the spicy food consuming habit and body mass index (BMI) in adult women in Tasikmalaya City in 2021. This type of research is analytic observational study with cross-sectional. The number of samples is 96 adult women aged 20-45 years and the sampling technique used is random sampling. All participants were given spicy dietary habit questionnaire to obtain the primary data. The Kruskal-Wallis H test was used to analyze. The results showed that the pattern of interest spicy food was moderately interested category, interested/very interested, and not interested/very not interested respectively, namely 52.1%, 34.4%, and 13.5%. The frequency of the habit of eating spicy food was 43.8% for often (>4x/week), 42.7% for rarely/never (<4x/week), and 13.5% for very often (≥1x/day). The frequency of eating spicy snacks, 65.6% for rarely/never (<4x/week), 29.2% for frequent (>4x/week), and 5.2% for very often (≥1x/day). The preference for spicy food in category interested/very interested is obtained who have obesity. There were no significant relationship between the interested/very interested in spicy food (p=0.313), the habit of consuming spicy food (p=0.323), and the habit of consuming spicy snacks (p=0.724) with BMI. Abstrak. Banyak orang menikmati makanan pedas yang dikonsumsi berasal dari cabai. Cabai mengandung capsaicin yang dianggap memberi rasa menyenangkan atau euphoric saat dikonsumsi. Masyarakat Indonesia biasa mengonsumsi sambal sebagai makanan pedas. Akan tetapi, dalam mengonsumsi makanan pedas yang berkalori, sebagian orang terlihat mengonsumsi dalam jumlah yang banyak dan menambah makanan pendamping lain untuk mengurangi kepedasannya (nasi, jus, minuman manis, dsb.). Penambahan asupan kalori ini berisiko terhadap peningkatan berat badan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kebiasaan mengonsumsi makanan pedas dengan indeks massa tubuh (IMT) pada wanita dewasa di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel adalah 96 wanita dewasa dengan usia 20-45 tahun dan teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Data yang didapatkan adalah data primer menggunakan instrumen kuesioner. Uji analisis yang digunakan adalah Uji Kruskal-Wallis H. Hasil penelitian didapatkan pola kesukaan terhadap makanan pedas dengan kategori sedang-sedang saja, suka/sangat suka, dan tidak/kurang suka secara berurutan yaitu 52.1%, 34.4%, dan 13.5%. Frekuensi pola kebiasaan makan makanan pedas adalah 43.8% untuk kategori sering (>4x/minggu), 42.7% untuk jarang/tidak pernah (<4x/minggu), dan 13.5% untuk sering sekali (≥1x/hari). Untuk frekuensi kebiasaan makan cemilan pedas, 65.6% untuk kategori jarang/tidak pernah (<4x/minggu), 29.2% untuk sering (>4x/minggu) dan 5.2% untuk sering sekali (≥1x/hari). Kesukaan terhadap makanan pedas dengan kategori suka/ sangat suka didapat yang memiliki status gizi obesitas. Tidak ada hubungan signifikan antara kesukaan/keminatan makanan pedas (p=0.313), kebiasaan mengonsumsi makanan pedas (p=0.323), dan kebiasaan mengonsumsi cemilan pedas (p=0.724) dengan IMT.
Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Tingkat Kecemasan Selama Masa Pandemi COVID-19: Scoping Review Sayida Nafisa; Mia Kusmiati; Panca Bagja Mohamad
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.570

Abstract

Abstract. During the COVID-19 pandemic, social restrictions and self-isolation policies were carried out to prevent and reduce the number of COVID-19 diseases. These policies led to the closure of various public facilities such as schools, offices, fitness centers, places of worship, etc. So that it has an impact on the level of physical and psychological activity. The purpose of this study was to assess how physical activity affects anxiety levels and what types of physical activity can be done during the quarantine period of the COVID-19 pandemic. This study was conducted with a scoping review approach. The databases used are PubMed, ProQuest, ScienceDirect, and SpringerLink with several keywords including Exercise (OR “Physical Activity”) AND Anxiety Disorder AND Self Isolation, and Physical Activity AND Anxiety AND Pandemic Covid 19 AND Self Isolation, as well as Physical Activity AND Anxiety Disorder AND Pandemic Covid 19 Self Isolation. The search for selected articles starts from 2019 – 2021 with a research design that is a cross-sectional study. The total journals obtained were 30495 articles which were then screened using PICOS, and 10 articles were obtained. There are 10 articles that meet the eligible criteria based on critical appraisal using JBI's critical appraisal tools. The results found in 4 selected articles showed that physical activity had a positive effect on reducing anxiety symptoms. Hypothalamic Pituitary-Adrenal (HPA) and brain-derived neurotrophic factor (BDNF) are said to play a role in this. Moderate to vigorous physical activity is said to reduce symptoms of anxiety. Abstrak. Selama masa pandemi COVID – 19, kebijakan pembatasan sosial dan isolasi mandiri dilakukan untuk mencegah dan mengurangi jumlah penyakit COVID – 19. Kebijakan tersebut menyebabkan penutupan berbagai sarana fasilitas publik seperti sekolah, kantor, pusat kebugaran, tempat ibadah, dll. Sehingga hal tersebut berdampak terhadap tingkat aktivitas fisik dan psikologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai bagaimana pengaruh aktivitas fisik terhadap tingkat kecemasan dan apa jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan selama masa karantina pandemi COVID – 19. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan scoping review. Database yang digunakan yaitu PubMed, ProQuest, ScienceDirect, dan SpringerLink dengan beberapa kata kunci diantaranya Exercise (OR “Physical Activity”) AND Anxiety Disorder AND Self Isolation, dan Physical Activity AND Anxiety AND Pandemic Covid 19 AND Self Isolation, serta Physical Activity AND Anxiety Disorder AND Pandemic Covid 19 Self Isolation. Pencarian artikel yang dipilih yaitu dimulai dari tahun 2019 – 2021 dengan desain penelitian yaitu cross-sectional study. Total jurnal yang didapatkan yaitu 30495 artikel yang kemudian dilakukan screening dengan menggunakan PICOS, dan didapatkan 10 artikel. Terdapat 10 artikel yang memenuhi kriteria eligible berdasarkan critical appraisal dengan menggunakan JBI’s critical appraisal tools. Hasil yang ditemukan pada 4 artikel yang terpilih menunjukan bahwa aktivitas fisik memiliki pengaruh positif dalam menurunkan gejala kecemasan. Hypothalamic Pituitary-Adrenal (HPA) dan brain-derived neurotrophic factor (BDNF) disebut berperan dalam hal ini. Aktivitas fisik sedang hingga berat dikatakan mampu menurunkan gejala kecemasan.