Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, membawa berbagai implikasi bagi kehidupan sosial-budaya masyarakat, termasuk masyarakat Denpasar. Misalnya, dengan ditemukannya berbagai peralatan modern dalam bidang kesehatan, telah membuat bertambah baiknya kesehatan masyarakat, sehingga dapat menambah umur lebih panjang. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia (kalangan wanaprasta) dari tahun ke tahun terus meningkat. Sementara tradisi pelayanan kredit sosial lewat sistem resiprositas (saling matulungan, saling runguang, maselisi, dan lain-lain) dalam kehidupan masyarakat modern mulai tergusur, dan telah digantikan oleh sistem pasarisasi dalam bentuk sistem upah. Hal demikian berakibat banyak kalangan manula yang tidak mendapat pelayanan sosial, dari pihak keluarganya, termasuk dari anak kandungnya sendiri. Hal ini menarik dikaji. Penelitian ini tergolong ke dalam peneitian kualitatif dengan tiga teknik pengumpulan data, yakni teknik observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan pendekatan antropologi agama, dengan paradigma interpretatif knowledge paradigm. Dengan harapan ditemukan sebuah proposisi atau konsep baru tentang formulasi yang dapat ditempuh oleh pihak keluarga dalam memperlakukan orang tuanya secara manusiawi, tanpa harus mengurangi kesibukan profesinya yang cenderung bersifat pragmatis.