Harryanto Reksodiputro, Harryanto
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Efficacy and Safety of In-Asia-Manufactured rhG-CSF 300 mcg As Primary Prophylaxis for Prevention of CHOP Chemotherapy-induced Severe Neutropenia in Elderly Patients with Lymphoma Non-Hodgkin Reksodiputro, Harryanto; Djoerban, Zubairi; Tambunan, Karmel L.; Sudoyo, Aru W.; Widjanarko, Abidin; Atmakusuma, Djumhana; Syafei, Syafrizal; Prayogo, Nugroho; Hukom, Ronald; Ranuhardy, Dody; Jack, Zakifman; Harsal, Asrul; -, Noorwati S; Karsono, Bambang; Effendi, Shufrie; Tadjoedin, Hilman
Indonesian Journal of Cancer Vol 3, No 1 (2009): Jan - Mar 2009
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (790.74 KB)

Abstract

Penelitian open-label, non-komparatif ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan recombinant human G-CSF produksi Asia sebagai profilaksis primer dalam pencegahan neutropenia derajat berat pada pasien usia lanjut (>60 tahun) dengan limfoma non-Hodgkin (LNH) derajat sedang dan lanjut (stadium II,III,IV) yang mendapat terapi CHOP (siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin). Profilaksis primer recombinant human G-CSF (rhG-CSF) produksi Asia dapat mengurangi median durasi neutropenia derajat 4 pada siklus sitostatistika ke-1 dan ke-2 menjadi tiga hari, sementara median durasi neutropenia derajat 3 pada siklus sitostistika ke-1 menjadi dua hari dan pada siklus sitostatistika ke-2 menjadi dua setengah hari, dari median durasi neutropenia grade 4 dan grade 3 tanpa G-CSF, yaitu empat dan lima hari berurutan. Febrile neutropenia ditemukan pada 7 pasien yang mendapat rhG-CSF produksi Asia (24.1%), lebih rendah jika dibandingkan studi tanpa rhG-CFS (31.3-34% FN). Tiga pasien mendapat rhG-CSF produksi Asia (10,3%) dirawat inap akibat febrile neutropenia, lebih rendah jika dibandingkan rawat inap pada studi tanpa rhG-CSF (24-28%). Kejadian yang tidak diinginkan terbanyak adalah mual dan muntah yang terjadi pada 9 (31%) pasien. Sebagai kesimpulan, penggunaan rhG-CSF produksi Asia untuk profilaksis primer pada pasien LNH usia lanjut yang mendapat regimen CHOP dapat mengurangi durasi neutropenia, mengurangi kejadian febrile neutropenia, dan angka rawat inap akibat febrile neutropenia.Kata kunci : Efektivitas, keamanan, G-CSF, LNH pada usia lanjut
Non-Hodgkin’s Lymphoma in Jakarta Reksodiputro, Harryanto; Irawan, Cosphiadi; Hardjolukito, Endang
Indonesian Journal of Cancer Vol 5, No 3 (2011): Jul - Sep 2011
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.379 KB)

Abstract

Tujuan: Melihat karakteristik pasien Limfoma Non Hodgkin di Jakarta. Metode: studi retrospektif. Sampel adalah pasien Limfoma Non Hodgkin yang berobat di RS Cipto Mangunkusumo dan RSK “Dharmais” antara tahun 2004-2005.Hasil: Tujuh puluh delapan persen pasien memiliki usia kurang dari 60 tahun dengan gambaran mayoritas jenis kelamin laki-laki, stadium awal (60,8%) dan status performans yang baik (ECOG 0-1; 86,67%). Berdasarkan evaluasi terhadap paparan, didapati delapan puluh persen pasien tidak diketahui paparannya.Dari 153 pasien, 94 pasien diobati dengan kemoterapi regimen CHOP, namun hanya 51 pasien yang menyelesaikan minimal 6 siklus kemoterapi. Dilaporkan juga respon terhadap terapi adalah: remisi komplit (52,38%), remisi parsial (26,19%) dan respon minimal (14,2%).Pada kelompok pasien yang diobati dengan regimen kemoterapi CHOP, dilaporkan bahwa delapan puluh persen pasien berusia di bawah 60 tahun, memiliki stadium awal (stadium I-II; 74,47%) dan status performmans yang baik (ECOG I-II; 93,3%). Juga dilaporkan bahwa sembilan puluh persen pasien memiliki ? 1 keterlibatan ekstranodal dan kadar LDH normal (60%). Berdasarkan hasil patologi, dilaporkan lima puluh persen pasien memiliki gambaran patologi DLBCL (Diffuse Large B Cell L).Kesimpulan: Sebagian besar pasien Limfoma Non Hodgkin di Jakarta memiliki karakteristik klinis: usia di bawah 60 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, stadium awal dan status performans yang baik. Pada kelompok pasien yang menjalani kemoterapi regimen CHOP juga dilaporkan karakteristik klinis yang sama. Lima puluh persen pasien yang menjalani kemoterapi regimen CHOP mencapai respon komplit setelah menjalani minimal 6 siklus kemoterapi.Katakunci: Limfoma Non Hodgkin, Performa studi, remisi
UJI SITOTOKSISITAS IN VITRO SEDIAAN JADI BRM (BIOLOGICAL RESPONSE MODIFIER) TERHADAP SEL KANKER SERVIKS Harahap, Yahdiana; Reksodiputro, Harryanto; Heffen, Wan Lelly; Krismartina, Mirna
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 3, No 2 (2006)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cancer was the third big death-caused disease in the developed countries. To overcome the disease, cancer patient can use combinaton of conventional and alternative therapy, such as using herbal   medicine. Nowadays there are many anti cancer herbal medicines in the market, one of which was BRM (Biological Response Modifier), that contain tansinon, polisaccharide, Lycium barbarum, Codonopsis pilosulae Radix extract, and marine algae extract. To investigate the cytotoxic effect of BRM, we  conducted cytotoxicity test in vitro using cancer cell culture. The test examined the activity of ethanol and aquoeus extract of BRM  on Ca Ski cells (cervix cancer cells), using Neutral Red Intake Cytotoxicity Test Method.  Results of the experiment revealed the LC50 of ethanol and aquoeus extract were 274.16 and 55.21mg/ml consecutively, after 24 hour incubation and 118.58 and 35.17 mg/ml after 48 hours incubation. It was concluded that ethanol and aquoeus extract of BRM had low cytotoxicity due to LC50 value greater than 20 mg/ml. ABSTRAK Kanker merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di negara berkembang. Untuk mengatasi penyakit tersebut, penderita kanker dapat mengkombinasikan terapi konvensional dengan terapi alternatif, yaitu dengan menggunakan sediaan herbal. Saat ini banyak sekali sediaan herbal antikanker yang beredar di pasaran, diantaranya sediaan jadi BRM, yang mengandung tansinon, polisakarida, Lycium barbarum, ekstrak Codonopsis pilosulae Radix, dan ekstrak marinealgae. Untuk mengetahui efek sitotoksik sediaan tersebut maka dilakukan uji sitotoksisitas secara in vitro menggunakan biakan sel kanker. Pengujian sitotoksisitas ekstrak etanol dan air sediaan jadi BRM dilakukan terhadap sel Ca Ski (sel kanker serviks) meggunakan metode Uji Sitotoksisitas Ambilan Merah Netral. Dari penelitian ini diperoleh nilai LC50 ekstrak etanol dan air setelah inkubasi 24 jam masing-masing sebesar 274, 16 dan 55,21mg/ml, sedangkan setelah inkubasi 48 jam sebesar 118,58 dan 35,17 mg/ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan air sediaan jadi BRM mempunyai efek sitotoksik rendah karena memiliki nilai LC50 lebih besar dari 20 mg/ml.
UJI SITOTOKSISITAS IN VITRO SEDIAAN JADI BRM (BIOLOGICAL RESPONSE MODIFIER) TERHADAP SEL KANKER SERVIKS Harahap, Yahdiana; Reksodiputro, Harryanto; Heffen, Wan Lelly; Krismartina, Mirna
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 3, No 2 (2006)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v3i2.72

Abstract

Cancer was the third big death-caused disease in the developed countries. To overcome the disease, cancer patient can use combinaton of conventional and alternative therapy, such as using herbal   medicine. Nowadays there are many anti cancer herbal medicines in the market, one of which was BRM (Biological Response Modifier), that contain tansinon, polisaccharide, Lycium barbarum, Codonopsis pilosulae Radix extract, and marine algae extract. To investigate the cytotoxic effect of BRM, we  conducted cytotoxicity test in vitro using cancer cell culture. The test examined the activity of ethanol and aquoeus extract of BRM  on Ca Ski cells (cervix cancer cells), using Neutral Red Intake Cytotoxicity Test Method.  Results of the experiment revealed the LC50 of ethanol and aquoeus extract were 274.16 and 55.21mg/ml consecutively, after 24 hour incubation and 118.58 and 35.17 mg/ml after 48 hours incubation. It was concluded that ethanol and aquoeus extract of BRM had low cytotoxicity due to LC50 value greater than 20 mg/ml. ABSTRAK Kanker merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di negara berkembang. Untuk mengatasi penyakit tersebut, penderita kanker dapat mengkombinasikan terapi konvensional dengan terapi alternatif, yaitu dengan menggunakan sediaan herbal. Saat ini banyak sekali sediaan herbal antikanker yang beredar di pasaran, diantaranya sediaan jadi BRM, yang mengandung tansinon, polisakarida, Lycium barbarum, ekstrak Codonopsis pilosulae Radix, dan ekstrak marinealgae. Untuk mengetahui efek sitotoksik sediaan tersebut maka dilakukan uji sitotoksisitas secara in vitro menggunakan biakan sel kanker. Pengujian sitotoksisitas ekstrak etanol dan air sediaan jadi BRM dilakukan terhadap sel Ca Ski (sel kanker serviks) meggunakan metode Uji Sitotoksisitas Ambilan Merah Netral. Dari penelitian ini diperoleh nilai LC50 ekstrak etanol dan air setelah inkubasi 24 jam masing-masing sebesar 274, 16 dan 55,21mg/ml, sedangkan setelah inkubasi 48 jam sebesar 118,58 dan 35,17 mg/ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan air sediaan jadi BRM mempunyai efek sitotoksik rendah karena memiliki nilai LC50 lebih besar dari 20 mg/ml.