Diana Novita Sari
Social Studies Education Department, FKIP Lambung Mangkurat University

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

The Spirit of Nationalism of the Banjar People on the Proclamation of 17th May 1949 Diana Novita Sari; Syaharuddin Syaharuddin; Muhammad Rezky Noor Handy; Ismi Rajiani; Bambang Subiyakto
The Kalimantan Social Studies Journal Vol 4, No 1 (2022): THE KALIMANTAN SOCIAL STUDIES JOURNAL, OCT 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan IPS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/kss.v4i1.4970

Abstract

Sejarah perjuangan ALRI Divisi IV sendiri merupakan gambaran perjuangan rakyat Kalimantan Selatan dalam menunjukkan kesetiaan kepada NKRI dari para pejuang di Kalimantan. sejarah perjuangan ALRI Divisi IV yang dipimpin oleh Hassan Basry memproklamirkan bahwa Kalimantan ada wilayah Republik Indonesia pada 17 mei 1949. Tujuan penulisan artikel ini adalah memaparkan bagaimana kesadaran nasionalisme masyarakat Banjar pada peristiwa Proklamasi 17 Mei 1949. Artikel adalah penelitian studi kepustakaan dengan mengkaji sumber-sumber artikel jurnal, buku-buku sejarah dan sumber terkait dengan Peristiwa Proklamasi 17 Mei 1949 dengan Analisa dari sumber-sumber terkait yang ditarik kesimpulan mengenai topik yang dibahas. Hasil dari artikel ini adalah Perjuangan ALRI Divisi IV Kalimantan yang dipimpin oleh Hassan Basry yang bermarkas di wilayah Kandangan melakukan perlawanan sengit kepada pihak NICA Belanda. Pada tahun 1949, Ketika wilayah perjuangan dari ALRI Divisi IV bertambah luas di Kalimantan Selatan. Karena mereka mengaku sebagai alat pemerintah Republik Indonesia maka para pejuang atau gerilyawan ini berinisiatif melakukan rapat dan hingga pada peristiwa Proklamasi 17 Mei 1949 di desa Mandapai Hulu Sungai Selatan, yang telah mendorong meningkatnya semangat perjuangan pada jiwa masyarakat Banjar, yang dimana masyarakat Banjar sendiri berjuang dan sudah merasa menjadi bagian dari Republik Indonesia bukan menjadi wilayah boneka Belanda.