Resya Farasy Fitrah Naffasa
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PEMBAHASAN AKIDAH DALAM KITAB AL-JĀMI’ LI AHKĀM AL-QUR’ĀN KARYA AL-QURṬUBI̅ Resya Farasy Fitrah Naffasa; Eka Putra Wirman; Zulheldi Zulheldi
Hadharah: Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol 16 No 2 (2022) Hadharah: Jurnal Keislaman dan Peradaban
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/h.v16i2.4844

Abstract

Banyak orang yang keliru dalam memahami kedudukan akal dan wahyu. Mereka bersifat apatis karena merasa kehidupannya sudah ditentukan oleh Allah. Selain itu, mereka mudah menyalahkan orang lain karena memiliki pemahaman yang berbeda dengan dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan penjelasan al-Qurṭubi̅ tentang permasalahan tersebut yang mana topik pembahasan ini adalah topik kedua yang dibahas al-Qurṭubi̅ secara detail di dalam kitab tafsirnya al-Jāmi' li Ahkām al-Qur'ān.Hasil dari penelitian ini, dilihat dari penafsiran al-Qurṭubi̅ pada ayat-ayat yang berhubungan dengan akal dan wahyu, dapat diketahui bahwa pemahaman al-Qurṭubi̅ tentang hal ini adalah pemahaman aliran Asy’ariyah. Al-Qurṭubi̅, menempati wahyu sebagai posisi yang lebih tinggi daripada akal. Wahyu berfungsi sebagai informasi dan pedoman agar akal tidak terjerumus pada pemahaman yang salah. Sedangkan akal berfungsi untuk memahami dan mengetahui semua hal yang diinformasikan oleh wahyu. Saat menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan kebabasan manusia dalam berkehendak, al-Qurṭubi̅ menjelaskan bahwa sebenarnya Allah memiliki peran dalam pebuatan manusia. Hal ini tidak seperti apa yang dipahami oleh aliran Mu’tazilah. Al-Qurṭubi̅ menekankan bahwa walaupun ada peran Allah dalam perbuatan manusia, manusia tetap harus mengusahakan apa yang ia kehendaki agar mendapatkan manfaat untuk dirinya dan menghindari kemudharatan. Pemahaman al-Qurṭubi̅ tentang pembahasan ini berasal dari pemahaman Asy’ariyah dalam teori al-kasb. Perbuatan manusia pada hakikatnya berasal dari kemampuan yang Allah berikan. Akan tetapi, manusia tidak kehilangan sifatnya sebagai pembuat. Adapun penjelasan al-Qurṭubi̅ tentang kedudukan orang yang berbuat dosa, al-Qurṭubi̅ memberikan kritik dan bantahan pada aliran Khawarij. Dilihat dari cara al-Qurṭubi̅ menafsirkan ayat, al-Qurṭubi̅ memberikan penjelasan yang sama dengan apa yang dijelaskan oleh al-Asy’ariy. Orang yang berbuat dosa tetapi tidak menyekutukan Allah bukanlah disebut sebagai orang kafir. Mereka adalah orang yang fasik.