This Author published in this journals
All Journal Risenologi
I Gusti Agung Sri Jayantini
Universitas Mahasaraswati Denpasar

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Eksplorasi Keanekaragaman Biokultur Masyarakat Adat: Analisis Dokumen Desa Demulih Bangli di Bali dengan ATLAS.ti I Gusti Agung Sri Jayantini; Sang Putu Kaler Surata; Anak Agung Inten Paraniti
Risenologi Vol. 7 No. 2 (2022): Risenologi
Publisher : Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47028/j.risenologi.2022.72.306

Abstract

Keanekaragaman biokultur (KB) mencakup keanekaragaman hayati, keanekaragaman budaya (termasuk bahasa), dan interaksi di antara keduanya. KB merupakan sumber daya penting bagi kehidupan berkelanjutan masyarakat adat sejak ribuan tahun lalu. Namun sampai saat ini cara masyarakat adat mengelola sumber daya tersebut belum banyak dipaparkan. Penelitian ini bertujuan menemukan pola pengelolaan KB Desa Adat Demulih, Bangli di Bali. Analisis dilakukan terhadap berbagai dokumen virtual desa tersebut dengan menggunakan piranti lunak ATLAS.ti. Analisis diawali dengan mengimpor dokumen ke dalam ATLAS.ti, kemudian dilakukan pengkodean, penciptaan tema, konsep dan terakhir penyusunan diagram jejaring kerja yang memvisualisasikan pola pengelolaan KB di Desa Demulih. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola interaksi keanekaragaman biokultur masyarakat Desa Adat Demulih yang terbentuk dari lima aspek utama biokultur, meliputi (1) keanekaragaman hayati di Bukit Demulih; (2) tari rejang wastra sebagai unsur keanekaragaman budaya; (3) seni budaya yang tumbuh dan dijaga dengan baik oleh masyarakat; (4) kegiatan spiritual dan pendalaman ajaran agama di pasraman; dan (5) organisasi masyarakat adat dengan berbagai elemen lainnya yang saling berinteraksi. Tiga aspek biokultur, yaitu keanekaragaman hayati, seni budaya, dan organisasi, dapat menjadi modal bagi pengembangan smart village dan objek wisata; sedangkan tari rejang wastra dan pasraman tidak dapat berhubungan langsung dengan potensi keragaman biokultur sebagai objek wisata. Keanekaragaman biokultur perlu dimengerti dalam konteks lokal. Konservasi atau restorasi sistem ekologi sosial secara integral dapat dilakukan secara efektif dan fungsional. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi para pengambil keputusan untuk mengelola KB secara berkelanjutan sesuai dengan konteks lokal.