Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Representasi Perempuan Aktivis Gerakan Anti Human Trafficking NTT Dalam Program TV Narasi People Isti Purwi Tyas Utami
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jikb.v8i1.860

Abstract

Isu perempuan dan pekerja migran masih menjadi isu pinggiran media. Representasi keduanya pun seringkali tidak menyenangkan. Media kerap terjebak pada kecenderungan eksploitasi yang diskriminatif. Tayangan yang mencoba mengangkat persoalan perempuan dan pekerja migran adalah video Narasi People episode Penjemput Jenazah TKI. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana Narasi TV merepresentasikan ketiga perempuan aktivis berikut perannya. Penelitian menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis wacana kritis model Sara Mills untuk melihat posisi subjek objek, dan posisi pembaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga perempuan aktivis diposisikan sebagai subjek yang memiliki otoritas dalam menuturkan pengalamannya. Pembaca dalam teks ditempatkan pada posisi perempuan sebagai subjek sehingga dapat menyelami bagaimana pergulatan ketiga perempuan aktivis. Narasi TV merepresentasikan ketiga sosok perempuan secara realistis dan melawan stereotip klasik perempuan di media yang dipengaruhi budaya patriarkal dengan pertama, ketiga perempuan ditampilkan sebagai narasumber utama sebuah isu sosial. Kedua, perempuan menjadi perwakilan tiga kelompok minoritas yang bukan menjadi prioritas utama media. Ketiga, perempuan ditampilkan sebagai sosok berdaya yang mengupayakan perubahan sosial. Ideologi feminisme tampak dalam wacana yang mengupayakan representasi perempuan secara realistis dan adil sebagai wacana yang menantang wacana mayoritas media yang kerap menampilkan bias gender.
Edukasi Pola Komunikasi Keluarga dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Fathiya Nur Rahmi; Sri Wijayanti; Suci Marini Novianty; Isti Purwi Tyas Utami
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2023): November 2023
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v7i2.5572

Abstract

Pola komunikasi keluarga yang efektif merupakan dasar dari pembentukan karakter anak. Namun dalam penerapannya, mitra yang terdiri dari guru, orang tua, dan anak memiliki permasalahan utamanya yang muncul pada masa transisi pandemi Covid-19 seperti munculnya rasa kecemasan dan ketidakpastian. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai implementasi pola komunikasi keluarga dalam membentuk karakteristik anak usia dini dan implementasi pola komunikasi reflektif dalam menghadapi masa transisi pandemi Covid-19. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk seminar dengan peserta yang terdiri dari orang tua siswa dan guru serta menghadirkan pembicara dengan bidang keilmuan Ilmu Komunikasi dan Ilmu Psikologi. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah, terdapat peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta mengenai implementasi pola komunikasi keluarga dalam membentuk karakteristik anak usia dini dan implementasi pola komunikasi reflektif dalam menghadapi masa transisi pandemi Covid-19 sebesar 37% ditunjukan dengan selisih rata-rata skor pengetahuan dan pemahaman di awal dan akhir setelah pemaparan materi seminar. Implikasi kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah materi seminar dapat membantu pihak sekolah dan orang tua dalam menerapkan prinsip komunikasi reflektif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga orang tua dan siswa dapat mengatasi ketidakpastian kognitif dan sikap di masa transisi pandemi Covid-19.
Pemaknaan Pesan Kesetaraan Gender dalam Femvertising pada Penonton Laki-laki Etnis Betawi Isti Purwi Tyas Utami; Ina Nurfika Putri
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol 8, No 2 (2023): Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jikb.v8i2.899

Abstract

Gender equality is still a minority message in the Indonesian advertising industry which tends to be male centric. Femvertising as a form of correction to commodity feminism is still relatively new amid advertising audiences that are strongly influenced by patriarchal culture. In general, femvertising in Indonesia presents women as the main endorsers who carry messages of equality and empowerment. It is rare to find femvertising which displays men in the domestic area and does work that is identical to women's. GoPay, Arisan Mapan and Kecap ABC advertisements are three advertisements that dare to use the slice of life message approach by featuring male endorsers doing domestic work. Advertising messages that portray realities related to gender and roles in the domestic sphere can be interpreted in various ways by advertising audiences in a patriarchal society. One of the ethnic groups closely related to patriarchal culture is the Betawi ethnic group. This study aims to find out how the Betawi ethnic male audience interprets the message of gender equality in femvertising. The study used a constructivist paradigm with qualitative research and reception analysis methods from Stuart Hall. The results of the study involving five Betawi ethnic male informants aged early adulthood and married showed that there were three dominant positions and two negotiation positions. The most influential contextual factor in the meaning of messages is the socialization of family values. The Betawi ethnic factor, which is synonymous with patriarchal traditions, does not affect the acceptance of gender equality messages by informants. Abstrak Kesetaraan gender masih menjadi pesan minoritas dalam industri iklan Indonesia yang cenderung male centric. Femvertising sebagai bentuk koreksi terhadap commodity feminism pun masih terhitung baru di tengah khalayak iklan yang kuat dipengaruhi oleh budaya patriarki. Pada umumnya femvertising di Indonesia menampilkan perempuan sebagai endorser utama yang membawa pesan kesetaraan dan pemberdayaan. Jarang didapati femvertising yang menampilkan laki-laki di wilayah domestik dan melakukan pekerjaan yang identik dengan perempuan. Iklan GoPay, Arisan Mapan dan Kecap ABC adalah tiga iklan yang berani menggunakan pendekatan pesan slice of life dengan menampilkan endorser laki-laki yang melakukan pekerjaan domestik. Pesan iklan yang memotret realitas terkait gender dan peran di wilayah domestik dapat dimaknai secara beragam oleh khalayak iklan dalam masyarakat patriarkal. Salah satu kelompok etnis yang lekat dengan budaya patriarkal adalah etnis Betawi. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pemaknaan penonton laki-laki etnis Betawi pada pesan kesetaraan gender dalam femvertising. Penelitian menggunakan paradigma konstruktivis dengan jenis penelitian kualitatif dan metode analisis resepsi dari Stuart Hall. Hasil penelitian yang melibatkan lima informan laki-laki etnis Betawi berusia dewasa awal dan telah menikah menunjukkan terdapat tiga posisi pemaknaan dominan dan dua posisi pemaknaan negosiasi. Faktor kontekstual yang paling berpengaruh dalam pemaknaan adalah sosialiasi nilai-nilai dalam keluarga. Faktor etnis Betawi yang identik dengan tradisi patriarkal tidak memengaruhi penerimaan pesan kesetaraan gender pada informan.
Membangun Kesadaran Komunitas Mengenai Food Loss dan Food Waste Melalui Storytelling Isti Purwi Tyas Utami
Jurnal Karya untuk Masyarakat (JKuM) Vol 4, No 2 (2023): Jurnal Karya untuk Masyarakat
Publisher : STARKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36914/jkum.v4i2.961

Abstract

Food loss dan food waste (FLW) merupakan persoalan yang dekat dengan kehidupan warga masyarakat sehari-hari namun belum disikapi secara serius layaknya sampah plastik yang lebih dulu dikenal berbahaya bagi lingkungan. Persoalan sampah makanan tidak hanya berkaitan dengan keberlangsungan lingkungan hidup namun juga persoalan sosial ekonomi mengingat tingginya angka kelaparan di masyarakat dan besarnya kerugian ekonomi yang ditimbulkan. Gereja sebagai bagian dari masyarakat pun memiliki tanggungjawab dalam mengatasi persoalan ini melalui keterlibatan beragam komunitas yang ada di dalamnya seperti komunitas Wanita Katolik maupun Seksi Lingkungan Hidup. Komunitas Wanita Katolik Paroki Maria Bunda Karmel, Wanita Katolik Paroki Santo Andreas, Wanita Katolik dan Seksi Lingkungan Hidup Paroki Santa Theresia merupakan beberapa komunitas gereja Katolik di Jakarta yang memiliki kepedulian terhadap isu FLW. Melalui seminar daring yang memaparkan pengelolaan FLW serta bagaimana menginisiasi perubahan dalam komunitas melalui story telling diharapkan aksi nyata dari setiap komunitas. Tindak lanjut dari seminar daring adalah pendampingan produksi story telling untuk komunitas melalui WhatsApp group. Berdasarkan evaluasi kegiatan didapati bahwa tujuan kegiatan yang menyasar perubahan pada level individu dan komunitas baru tampak pada level individu (choice maker) yang ditandai dengan perubahan sikap anggota komunitas dalam pengelolaan FLW seperti kebiasaan melakukan food audit dan mengolah sampah makanan menjadi eco enzyme. Perubahan di level komunitas (carrier of practice) yang ditandai dengan sikap kritis dengan mengevaluasi dan mengubah pola konsumsi harian (food audit) bersama secara konsisten hingga mampu berbagi inspirasi mengenai FLW melalui story telling media sosial komunitas belum terlaksana sepenuhnya. Upaya edukasi masih sebatas berbagi pengalaman melalui WA group komunitas. Kendala utama adalah belum adanya kebiasaan menulis dan penyajian konten media sosial yang memerlukan penguasaan teknik produksi foto dan video. Solusi yang disarankan adalah mengundang keterlibatan anak muda yang menguasai teknik produksi media digital di komunitas masing-masing untuk membantu produksi story telling media sosial. ABSTRACT Food loss and food waste (FLW) are problems that affect people in the community on a daily basis, but they have not received the same attention as plastic trash, which was once considered to be bad for the environment. The problem of food waste is not only related to environmental sustainability but also to socio-economic issues given the high rate of hunger in society and the large economic losses it causes. The Church, as part of society, also has a responsibility to overcome this problem through the involvement of various communities within it, such as the Catholic Women's Community and the Environment Section. The Catholic Women's Community of Maria Bunda Karmel Parish, the Catholic Women's Parish of Saint Andreas, and the Catholic Women and Environment Section of Santa Theresia Parish are several Catholic church communities in Jakarta that are concerned about the FLW issue. Through online seminars that explain the management of FLW and how to initiate change in the community through story telling, real action is expected from each community. The follow-up to the online seminar is assisting in the story telling production for the community through the WhatsApp group. Based on the evaluation of the activity, it was found that the objective of the activity, which targeted change at the individual and community levels, was only seen at the individual (choice maker) level, which was marked by changes in the attitude of community members toward FLW management, such as the habit of conducting food audits and processing food waste into eco enzyme. Changes at the community level (carrier of practice) that are marked by a critical attitude by consistently evaluating and changing daily consumption patterns (food audit) together so that we are able to share inspiration about FLW through community social media story telling have not been fully implemented. Educational efforts are still limited to sharing experiences through the WA community group. The main obstacle is the absence of the habit of writing and presenting social media content that requires mastery of photo and video production techniques. The suggested solution is to invite the involvement of young people who master digital media production techniques in their communities to help produce social media story telling.