Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Children Exploitation in Disruptive Technology Era: Child Endorsers in Indonesia Suci Marini Novianty; Emma Rachmawati
Communicare : Journal of Communication Studies Vol. 6 No. 2 (2019): Communicare : Journal of Communication Studies
Publisher : Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) Institut Bisnis dan Komunikasi LSPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37535/101006220194

Abstract

It is impossible to ignore the fact that social media as powerful marketing too in this disruptive era. The user, transform and claim themselves as a content creator, such as endorser and social media influencer. Meanwhile, children are also included in this social media endorser phenomenon. Children are juvenile and not capable of making decisions for themselves. This study aims to map how child exploitation in social media platforms, such as Instagram and YouTube, are conducted. Using the case study method, we observe various child influencer accounts. Based on the research, we found that there are several parties related to child exploitation in social media. Social-media platforms, advertisers, state agencies, followers or subscribers, parents, and children are the parties related to the case. Social-media platforms, verifying the underage accounts. Advertisers are those who choose the children endorser; State agencies as the lawmaker who let this kind of case slip without any further action; Follower or Subscriber who support the contents; Parents who play their power role to use their children; and children as the labor. These findings lead to conclude; children are regarded as workers who generate profit from investments made by their parents.
Brand Politik Presiden Jokowi Di Kanal Berita Daring Suci Marini Novianty
WIDYAKALA: JOURNAL OF PEMBANGUNAN JAYA UNIVERSITY Vol 6, No 2 (2019): Urban Development & Urban Lifestyle
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UPJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (755.9 KB) | DOI: 10.36262/widyakala.v6i2.135

Abstract

Penelitian ini secara empiris meneliti citra brand Jokowi sebagai seorang petahana dalam berita-berita yang tayang di tiga laman berita daring dengan pengakses terbanyak di Indonesia, Tribunnews.com; Detik.com; dan Liputan6.com dalam kerangka pemerintahan periode pertama dalam rentang waktu tahun 2014 - 2018. Peneliti mengambil fokus bahwa brand dibangun dari asosiasi brand yang disematkan, isu yang dipilih, hingga visibility dan valensi berita yang terlihat dari sentimen pemberitaan. Peneliti juga menggali mediatisasi politik serta kampanye permanen yang dilakukan oleh Jokowi, petahana pada Pilpres 2019. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa terdapat perbedaan antara brand yang dibangun oleh Jokowi saat menjadi kandidat pada 2014 dan presiden periode pertama. Namun terdapat kesamaan bahwa pemberitaan Jokowi lebih banyak bernada positif dibandingkan negatif. Temuan ini mengimplikasikan bahwa citra brand politik yang dibangun oleh Jokowi, memang dipengaruhi oleh asosiasi brand yang dikaitkan dengan namanya, isu yang diberitakan oleh media massa, hingga penempatan deskripsi tentang dirinya serta sentimen dalam konten pemberitaan.
Edukasi Pola Komunikasi Keluarga dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Fathiya Nur Rahmi; Sri Wijayanti; Suci Marini Novianty; Isti Purwi Tyas Utami
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2023): November 2023
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v7i2.5572

Abstract

Pola komunikasi keluarga yang efektif merupakan dasar dari pembentukan karakter anak. Namun dalam penerapannya, mitra yang terdiri dari guru, orang tua, dan anak memiliki permasalahan utamanya yang muncul pada masa transisi pandemi Covid-19 seperti munculnya rasa kecemasan dan ketidakpastian. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai implementasi pola komunikasi keluarga dalam membentuk karakteristik anak usia dini dan implementasi pola komunikasi reflektif dalam menghadapi masa transisi pandemi Covid-19. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk seminar dengan peserta yang terdiri dari orang tua siswa dan guru serta menghadirkan pembicara dengan bidang keilmuan Ilmu Komunikasi dan Ilmu Psikologi. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah, terdapat peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta mengenai implementasi pola komunikasi keluarga dalam membentuk karakteristik anak usia dini dan implementasi pola komunikasi reflektif dalam menghadapi masa transisi pandemi Covid-19 sebesar 37% ditunjukan dengan selisih rata-rata skor pengetahuan dan pemahaman di awal dan akhir setelah pemaparan materi seminar. Implikasi kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah materi seminar dapat membantu pihak sekolah dan orang tua dalam menerapkan prinsip komunikasi reflektif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga orang tua dan siswa dapat mengatasi ketidakpastian kognitif dan sikap di masa transisi pandemi Covid-19.
ETHICAL DISCOURSE OF DOXING IN INDONESIAN TWITTER USERS Novianty, Suci Marini; Wijayanti, Sri; Muamar, Jihad
Jurnal InterAct Vol. 12 No. 1 (2023): Jurnal InterAct
Publisher : School of Communication - Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/interact.v12i1.4134

Abstract

Indonesia sebagai negara mayoritas kelima pengguna Twitter di dunia, menjadikan platform ini sebagai dunia maya populer untuk mencari informasi dan kumpulan opini dengan tujuan memenuhi keinginan rasa ingin tahu, pengetahuan, kebencian, suka, atau topik apapun yang dianggap menarik untuk dibicarakan. Tidak jarang diskusi semacam itu mengarah pada perdebatan penting atau sepele yang membuat seseorang mengungkapkan informasi kredensial lawan mereka. Tindakan mengungkapkan informasi kredensial tentang lawan mereka disebut 'doxing'. Namun demikian, fenomena doxing adalah paradoks, karena beberapa orang mungkin mengatakan doxing dapat terjadi dengan niat jahat, sementara yang lain menganggap doxing sebagai perbuatan baik mengungkapkan aktor kasus kriminal atau tidak bermoral. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk membahas "apa wacana etis untuk aktivitas doxing di kalangan pengguna Twitter Indonesia?". Kasus doxing yang menjadi subjek kajian tulisan ini adalah kasus viral Natalie, Rizky Billar, Gilang 'Bungkus', akun whistle blower anonim, dan dugaan penipuan. Metode dalam tulisan ini adalah kajian wacana kritis, dengan menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi. Hasilnya, tulisan ini menemukan bahwa doxing adalah wacana terbuka yang memiliki kemungkinan untuk diperluas sesuai dengan pluralitas masyarakat, dinamika pemerintah, dan pembatasan kebebasan berbicara di bidang frekuensi publik. 'Doxing Netral' adalah terminologi baru yang diusulkan makalah ini yang percaya bahwa kecukupan doxing terletak pada tujuannya. Kesimpulannya, dalam hak apa pun ada batasan etis untuk mengetahui apakah ada lebih banyak manfaat dalam melakukannya. Ketika, orang memiliki hak untuk mengakui informasi mengenai kesejahteraan mereka maka doxing dapat diterima, juga berlaku sebaliknya. Selain itu, kami percaya bahwa itu berkompromi dengan tujuan doxing.
Representasi Feminisme Radikal dalam K-Drama sebagai Resistensi Budaya Patriarki Novianty, Suci Marini
Jurnal Mahardika Adiwidia Vol. 3 No. 2 (2024): Mahardika Adiwidia 2024
Publisher : Magister of Communication Science, Sahid University Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/mahardikaadiwidi.v3i2.2198

Abstract

This study examines the representation of radical feminism in the South Korean drama "Love to Hate You." Using a qualitative approach with a critical paradigm, the research employs Sara Mills' critical discourse analysis to understand how language and text structure create representations of women in the drama. The analysis aims to unveil how radical feminist values are reflected in dialogues, actions, and character relationships in the drama. The findings of the study suggest that the drama "Love to Hate You" provides a complex and nuanced representation of radical feminism. On the one hand, the drama portrays the protagonist, Yeo Mi Ran, as a strong and independent woman who resists patriarchal norms. Mi Ran rejects marriage, childbirth, and romantic relationships, and she pursues a career in law. On the other hand, the drama also shows how Mi Ran is still subject to patriarchal stereotypes and expectations. For example, Mi Ran is often portrayed as being cold and unemotional, and she is criticized for her lack of femininity. Overall, the study argues that the drama "Love to Hate You" provides a valuable contribution to the understanding of radical feminism in South Korean culture. The drama challenges traditional stereotypes about women, and it portrays a complex and multifaceted image of a radical feminist.
Framing Digital Ethics in Participatory Media: A Qualitative Analysis of the AI Face-Swap Challenge on TikTok Okviosa, Audhiandra; Gunarian, Nathalia; Novianty, Suci Marini; Arrianie, Lely
Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian Vol. 4 No. 11 (2025): JURNAL LOCUS: Penelitian dan Pengabdian
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/locus.v4i11.4697

Abstract

This study investigates how ethical concerns surrounding AI face-swapping are framed in digital discourse, using the case of the viral TikTok Face Swap Challenge. While such content is often perceived as playful and innovative, it raises significant issues related to consent, identity manipulation, and platform accountability. Employing Entman’s (1993) framing theory, this qualitative research analyzes user-generated TikTok videos, Indonesian and international media coverage, and expert interviews to explore how different actors construct meaning around this emerging technology. Using thematic framing analysis, the study identifies four dominant frames: (1) Innovation as Disruption, which celebrates novelty and creativity while minimizing risks; (2) Consent and Deepfake Risk, which highlights ethical concerns around impersonation and agency; (3) Ethics as Afterthought, reflecting how users and platforms sideline moral reflection for engagement; and (4) Platform Responsibility, which shifts focus to systemic enablers of virality without accountability. These frames often intersect, revealing the complex ways that ethical meaning is negotiated across participatory and institutional actors. The findings contribute to framing theory by extending its application to social media ecosystems, where users, media, and experts co-construct public narratives. The study also highlights the ethical vacuum often left by rapid innovation and offers practical implications for digital governance, media literacy, and algorithmic accountability. By mapping how public discourse shapes ethical understanding, this research underscores the urgent need for frameworks that balance technological advancement with robust moral consideration in platform-based communication