Latar Belakang: Konstipasi atau sembelit merupakan suatu gangguan proses defekasi yang ditandai dengan berkurangnya frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per minggu dengan konsistensi feces yang keras dan disertai rasa tidak enak di dalam pencernaan. Diketahui lidah buaya memiliki efek pencahar (laksatif) karena mengandung 1,8 dihidroksiantrasen glukosida, aloin A dan B (barbaloin) sehingga muncul inovasi untuk memberikan alternatif minuman fungsional yang praktis dan mudah dikonsumsi setiap saat sebagai pencahar alami yang terbuat dari lidah buaya, lemon dan kayu manis. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembuatan minuman herbal dengan memanfaatkan lidah buaya untuk pencahar serta lemon dan kayu manis sebagai bahan tambahan, selanjutnya untuk mengetahui kestabilan sediaan minuman herbal dari hasil uji organoleptik selama 3 minggu pengamatan, dan bagaimana pendapat responden pada uji kesukaan sediaan minuman herbal pencahar alami. Metode: Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) menggunakan instrumen berupa lembar observasi dan angket. Sediaan dibuat dengan komposisi masing-masing mengandung lidah buaya 75mL, lemon 5mL dan kayu manis 5 gram serta perbandingan komposisi gula pasir sebanyak 5 gram F1, 7,5 gram F2 dan 10 gram F3. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan secara organoleptik sediaan minuman dengan penyimpanan pada suhu ruangan tidak stabil dengan ditandai adanya perubahan aroma, sementara pada suhu dingin menunjukkan tidak adanya perubahan signifikan dalam hal warna, aroma, rasa dan tidak menimbulkan tanda tumbuhnya jamur. Pada hasil uji kesukaan ketiga formulasi, diperoleh F1 yang paling disukai dalam penyimpanan di suhu dingin dengan komposisi lidah buaya sebanyak 75 mL, lemon 5 mL, kayu manis 5 gram dan gula pasir 5 gram. Simpulan: Berdasarkan hasil uji organoleptik dan uji kesukaan yang dilakukan pada ketiga formulasi tersebut dapat dikatakan stabil selama 3 minggu penyimpanan dengan formulasi yang paling disukai adalah F1.