Sebuah karya tari dapat terbentuk melalui proses pencarian ide gagasan yang dilakukan penata tari melalui berbagai cara, sperti melihat objek di sekitar, mengamati fenomena-fenomena yang terjadi dimasyarakat, membaca atau mendengarkan cerita, legenda dan lain sebagainya yang kemudian menjadi landasan bagi penata tari untuk membuat sebuah karya. Ide yang didapatkan oleh penata tari selanjtnya diolah dan dikembangkan. Ide gagasan tersebut lalu dituangkan kedalam konsep garapan tari. Konsep garapan tari adalah bagian yang terpenting dalam sebuah karya tari, yang mana didalamnya memberikan informasi kepada penonton maupun personal yang terlibat di dalamnya. Konsep garapan tari sendiri merupakan sebuah kerangka yang berisi bagian-bagian pembentukan sebuah karya tari. Konsep garapan tari tersusun atas ide gagasan, judul, tema, gerak, penari, pola lantai, tata rias, tata busana, properti, musik iringan tari, tata rias, dan tata cahaya. Karya tari Kama Nilakandi dibentuk dan diawali dengan proses eksplorasi yaitu dengan cara penata tari mengeksplorasi ide gagasan yang diperoleh menjadi sebuah bentuk cerita yang divisualkan ke dalam gerak simbolik yang kemudian dirangkai ragam gerak disetiap adegan. Tari Kama Nilakandi diambil dari sebuah kisah cinta abadi sepasang makhluk surgawi berwujud manusia setengah burung bernama Kinara dan Kinari dengan berpijakan pada gerak tribangga Thailand. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mempermudah pemahaman terhadap karya tari Kama Nilakandi. Hasil yang ingin dicapai dalam penulisan ini yaitu penonton dan penikmat serta penari dapat memahami tari Kama Nilakandi dari dua sisi yang berbeda, selain itu juga karya ini dapat dipahami secara visual (menonton pertunjukan) dan tulisan.