Generasi millenial seharusnya mampu mengarungi derasnya arus teknologi dan informasi menjadi penggagas baru (inovator) menyongsong tahun 2030. Dengan bermodalkan kebudayaan Melayu, orang Melayu mampu menjadi generasi millenial yang banyak melakukan inovasi sehingga kebudayaan Melayu mampu menopang kebudayaan Indonesia bahkan dunia pada umumnya. penelitian bertujuan menganalisis sejauh mana generasi milenial orang Melayu merevitalisasi kearifan local (pantun). Dan metode yang digunakan ialah pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik penentuan subjek yaitu purposive. Dengan teknik pengumpulan data indepth-interview atau wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan FGD. Temuan hasil yang diperoleh ialah generasi milenial orang Melayu dapat merevitalisasikan pantun sebagai kearifan local atau budaya local melalui tiga aspek yaitu (1) pantun melalui (secondary orality) via sosial media. Artinya generasi millenial orang Melayu yang memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai efektivitas promosi kebudayaan dan Ini berpotensi terhadap kearifan lokal. Muncul akun-akun sosial media seperti : Youtobe, Instagram, Facebook, dan lain-lain. (2) Pantun melalui (manuskrip) via teks. Maksudnya surat-surat pribadi antar keluarga dan kekasih, serta pantun yang dituliskan untuk hiasan pidato. Contohnya Komunitas Seni Rumah Sunting, Komunitas Pena Terbang, Sanggar Latah Tuah, Komunitas Menulis Bengkalis, dan lain sebagainya. (3) Pantun melalui (primer orality) via verbal. Artinya dijadikan tolak ukur pertama dalam menyampaikan pesan-pesan. Peranannya sebagai media fasilitator menyampaikan tunjuk ajar yang sarat pesan moral kepada masyarakat dengan nilai-nilai agama, budaya, dan norma sosial.