Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Sukajadi Kota Dumai ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong para fujoshi menyukai karya fiksi romantis homoseksual atau Boys Love dan mengetahui praktik dramaturgi yang dilakukan oleh para fujoshi dalam kehidupan masyarakat sebagai perempuan heteroseksual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, subjek dalam penelitian ini terdiri dari lima orang yang dipilih menggunakan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori Dramaturgi menurut Erving Goffman. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor internal yang mendorong para fujoshi untuk menyukai BL adalah adanya rasa penasaran, timbul rasa bosan terhadap cerita romance pada umumnya, dan ketidaksukaan terhadap karakter wanita di cerita romance pada umumnya. Sedangkan faktor eksternalnya adalah media asupan yang beragam, banyaknya pilihan cerita, BL tidak menjadikan wanita sebagai objek seksual, cerita yang realistis, pemain yang tampan. Praktik dramaturgi yang dilakukan fujoshi dalam kehidupan sehari-harinya yaitu menunjukkan identitas fujoshi pada front stage melalui Instagram dengan personal front yang mereka lakukan yang dibantu oleh appearance (penampilan) dan manner (sikap), selain itu mereka juga mengelola kesan dengan setting. Sedangkan identitas perempuan heteroseksual di area back stage dengan menampilkan versi terbaik dari dirinya seperti menikah dengan lawan jenis, menempuh pendidikan di sekolah dan Perguruan Tinggi; menjalankan norma-norma masyarakat dan agama sesuai aturannya, dan mereka juga akan berpura-pura tidak mengetahui perihal BL dan fujoshi, hal ini mereka lakukan agar terhindar dari stigma negatif masyarakat terhadap dirinya