Artikel ini bertujuan untuk merekonstruksi dakwah di media online dengan menganalisis makna hikmah dalam Q.S. Al-Nahl: 125. Redaksi yang tertera dalam surah tersebut menyerukan kepada seluruh muslim agar mensyiarkan syariat Islam dengan hikmah. Namun di era kontemporer ini, jalan mensyiarkan Islam beraneka ragam, salah satunya melalui media online. Berdasarkan asumsi tersebut, perlu adanya kajian untuk membahas mengenai kontekstualisasi makna hikmah. Penulis dalam hal ini menggunakan pendekatan Ma'na-Cum-Maghza sebagai pisau analisisnya. Kesimpulan yang didapat menunjukkan: pertama makna kontekstual kata “hikmah” dijadikan sebagai landasan dalam berdakwah di media online, bahwa hikmah tidak hanya dipahami sebagai ibrah atau kesimpulan, namun hikmah memiliki makna kebaikan secara umum. Kedua makna signifikansi historis dan dinamis dari Q.S. Al-Nahl: 125 adalah menumbuhkan semangat mensyiarkan Islam. Ketiga, dalam berdakwah tidak memandang gender. Keempat, menampakkan identitas dalam berdakwah adalah nilai fundamental dalam kisah peperangan Nabi. Kelima, diam adalah salah satu upaya berdakwah untuk menjaga kemaslahatan. [This article aims to reconstruct da'wah in online media by analyzing the meaning of wisdom in Q.S. Al-Nahl: 125. The editor listed in the surah calls on all Muslims to spread Islamic law with wisdom. However, in this contemporary era, there are various ways to broadcast Islam, one of which is through online media. Based on these assumptions, a study is needed to discuss the contextualization of the meaning of wisdom. The author in this case uses the Ma'na-Cum-Maghza approach as an analytical knife. The results of this study are, firstly, able to provide contextual meaning regarding the word wisdom as a basis for preaching in online media, that wisdom is not only understood as ibrah or conclusions, but wisdom has the meaning of goodness in general. Both the historical and dynamic significance of Q.S. Al-Nahl: 125 is to cultivate the spirit of spreading Islam. Third, in preaching does not look at gender. Fourth, showing identity in preaching is a fundamental value in the story of the Prophet's war. Fifth, silence is one of the efforts to preach to maintain the benefit.]